Empat

2197 Words
Pukul 20.43 Dee melirik jam di hp nya, dan kemudian beralih pada pria yang baru saja tiba di ujung koridor rumah sakit. Pria itu memberikan senyum manis padanya. "Udah lama ya ?" Tanya Rezky. Begitu ia tiba di hadapan Dee. Dee menggeleng, "enggak kok, Tante Rahmi baru datang tadi " jawab Dee berbohong. Rezky hanya tersenyum, kemudian pria itu izin untuk bertemu ibu nya Reno di dalam sekalian mau pamitan juga katanya. Sedangkan Dee memilih menunggu di luar. Tidak lama Rezky kembali keluar dan mengajak Dee pulang. Tidak banyak yang bisa mereka bicarakan, selama perjalanan pulang juga hanya hening yang tercipta. Tiba di apartemen Rezky langsung memilih pamit untuk bersih - bersih di kamar. Begitu juga dengan Dee. Malam itu benar - benar tidak ada obrolan apapun di antara mereka. Dee tidak tau apa yang terjadi, Rezky menjadi lebih diam malam ini. Esok pagi nya ia mendapati Rezky sedang duduk di meja makan. Dengan satu gelas s**u coklat di depan pria itu. "Kamu mau sarapan apa ?" Tanya Dee, ketika ia melihat Rezky hanya minum s**u. Rezky menggeleng, ia jari nya mengetuk - ngetuk meja. Membuat Dee heran, ia pun memilih untuk duduk di seberang Rezky. Pria itu terus menatap nya seperti tengah menimang sesuatu. "Ada apa ?" Tanya Dee berinisiatif lebih dulu. Rezky bukan nya menjawab, ia malah menghela napas kasar. Kemudian menggeleng kepala. "Hari ini kamu kerumah sakit ?" Tanya Rezky. "Iya, mungkin cuma mampir aja nanti makan siang sama sore. Hari ini aku harus ke kantor " jawab Dee. Rezky mengangguk, ia baru ingat kalau cuti Dee sudah habis. Dan harus kembali masul kerja hari ini. "Emm.. mau bareng ,?" Tawar Rezky, dengan sedikit ragu. Dee hendak menjawab, tapi tertahan dengan dering hp Rezky yang terletak di atas meja makan. Dee ikut melirik ke hp suami nya, dan nama kontak Renata beserta foto gadis itu terpampang jelas di sana. Tanpa sadar ia membuang napas kasar. Dan memutar bola matanya dengan malas. Dee melirik Rezky yang menerima telfon dari Renata. "Re, siang ini aku ada kerjaan sama Om Radith. " sepertinya Renata ingin bertemu dengan Rezky siang nanti. "...." "Sorry, Re.. Re kok kamu jadi maksa gini sih. Kamu tau kan, kalau aku bisa pasti nemenin kamu. Tapi hari ini benar - benar tidak bisa. " "..." "Hallo.. Re.. Renata " Rezky melihat layar hp nya. Dan ternyata sambungan telfon di putus sepihak. Dee jadi geram sendiri, ia bisa melihat dengan jelas raut frustasi pria itu. Bahkan jengkel. Membuat nya penasaran dengan hubungan kedua orang itu. "Ky " panggil nya, membuat Rezky menoleh padanya. "Kamu sama Renata ada hubungan apa ,?" Dan sedetik kemudian Dee menyesali pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Tentu saja itu bukan urusan nya kan ? Terserah Rezky mau memiliki hubungan apa saja dengan si super model itu. "Lupa kan " ujar Dee, ia langsung beranjak dari duduk nya. Dan terlihat terburu menaiki anak tangga menuju atas. Rezky hanya mengerutkan dahi melihat tingkah Dee yang kemudian membuatnya tersenyum sendiri serta menggeleng. *** "Kamu udah bicarain sama Dee " suara itu membuat Rezky kaget dan dengan cepat menoleh ke arah pintu masuk. "Mama " ucap nya kaget. Bagaimana tidak, tiba - tiba saja mama nya masuk keruang kerja nya. Tanpa lam dan kum. "Kamu udah bicara sama Dee ?" Tanya Kinal mengulang setelah duduk di depan meja kerja anak nya. "Bicara apa ?" Tanya Rezky, dengan malas. Ia kembali membaca berkas yang sejak tadi ia pelajari. "Abang " nada itu terdengar kesal. Rezky membuang napas kasar. "Gak ada yang perlu di bicarain Ma, hubungan Abang sama Dee cuma sementara. Jadi buat apa bulan madu segala " ucap Rezky dengan santai dan tanpa menoleh pada Mamanya. Ia tidak mengerti kenapa Mama nya mendadak berubah seperti ibu - ibu dalam novel yang sering ia baca yang selalu saja memaksa anak laki - laki nya menikah dan memberi nya cucu. Ya ampun!.. Mama nya bahkan belum cocok menggendong cucu. Fikir Rezky. "Abang, kamu sama Dee bisa serius kan " "Kalau mama lupa, abang ingat kan. Dee itu calon istri Reno sahabat abang. Oke. Jadi gak mungkin kan abang nusuk sahabat abang sendiri " ujar Rezky. Kinal terdiam, walau tampak jelas tidak terima akan ucapan anak sulung nya itu. "Abang, " panggil Kinal pelan dan terlihat merajuk. Rezky mendesah lelah. Ia menutup berkas di depan nya. Lalu menatap fokus pada sang mama. "Abang percaya takdir gak ?" Tanya Kinal, menatap lekat anak nya. Rezky mengangguk. "Gimana kalau Allah, memang mentakdirkan kalian berdua " "Ma .. " "Abang, " kini sang Mama mulai merengek manja. Hal yang selalu di lakukan untuk meluluhkan hati laki - laki di dalam rumah nya. Mulai dari suami hingga si bungsu akan selalu luluh pada senjata nya itu. Di tambah dan muka melas nya. Rezky mendesah lelah, kemudian menjatuhkan kening nya ke meja. Membuat Kinal langsung tersenyum menang. Ia tau anak nya telah luluh. Semua laki - laki rumah nya terlalu menyayangi nya. "Abang coba aja tanya Dee dulu, kalau Dee gak mau ya.. yaudah. Mama gak akan maksa kok " lagi, Kinal mengeluarkan jurus nya. Tidak perduli jika anak nya migran mendadak, karena kini Rezky terlihat mengantuk - antukkan jidat nya sendiri di meja. "Atau abang mau, Mama yang ngomong ?" "Ya Allah, Maaa... " kini malah Rezky yang merengek. Membuat Kinal langsung cemberut. "Seharusnya kamu nikah nya sama Renata aja, pasti semua lebih gampang. " gerutu Kinal dengan muka sedih. Lalu dengan sengaja membuang muka nya menghindari tatapan anak nya kini. Berpura - pura mengusap mata nya. Rezky tau Mama nya itu sedang berpura - pura. Dia sudah sangat hafal dengan acting sang Mama sejak ia kecil. Ia tau jelas gimana selalu merayu ayah nya jika sedang mengingin kan sesuatu. "Yaudah kalau abang gak mau, gak apa. Biar aja Miftah jadi cucu tunggal Mama saja. " ujar Kinal, terisak. Miftah adalah anak tunggal Bilqis dan Devin yang baru saja berumur satu tahun. Dan sudah pasti cucu pertama Kinal dan Dika. "Iya, nanti abang bicara sama Dee " "Beneran !?" Respon Kinal cepat. Bahkan raut nya tidak lagi sedih terlihat sangat bersemangat. Rezky mencabik bibir nya melihat respon mama nya. Memang sudah sejak kemarin Mamanya yang cantik dan masih narsis itu terus saja menceramahi nya dengan tugas suami, tugas anak. Dan lain sebagai nya. Membuat nya lelah sendiri. "Yaudah kalau gitu, nanti Mama minta Ayah nyiapin tiket. Tenang aja, mau kemana pun boleh. Kamu tinggal bilang " lagi, Kinal terlalu bersemangat. "Mama jangan berharap dulu. Dee belum tentu mau " jawab Rezky. Membuat Kinal mendelik padanya. "Kamu usaha dong " "?!?!,#@;!/! " Rezky mengacak rambutnya frustasi dengan Mama nya itu. Sedangkan Kinal malah beranjak dan kemudian pamit untuk kembali keruangan suaminya setelah mengecup sayang pipi anak nya. "Good luck my boy " Rezky mengusap kasar wajah nya setelah mama nya menghilang. Sekarang bagaimana ia harus berbicara dengan Dee?. Belum lagi ucapan Papa nya Reno masih terngiang di kepala nya. "Om percaya kamu tidak akan menghianati Reno, sahabat mu " Huft Rezky membuanh napasnya dengan kasar. Dan kembali menjatuhkan kening nya di permukaan meja. *** "Bu, ada Pak Ikmal yang ingin bertemu " ucap Della, sekertaris nya Dee. Dee mengangguk, ia dengan penasaran ia mempercepat langkah nya menuju ruangan nya. Tumben sekali Papa nya mampir ke studio milik nya. Cklek "Pa " sapa nya melangkah masuk. Dee menghampiri sang Papa yang sedang duduk membuka - buka majalah yang ada di meja. "Ini, suami mu kan ?" Tanya Ikmal, melempar majalah dengan cover foto Rezky dan Renata. "Itu majalah lama Pa, " "Kamu sudah tanya, ada hubungan apa dia sama Renata ?" "Pa, itu hak Rezky. Papa tau kan kenapa kami menikah ?" "Tapi dia gak bisa begitu, kamu istri nya. Dia harus bisa menghargai kamu " geram Ikmal. Dee mendesah lelah, ia melirik majalah itu. Di sana tertulis jelas gosip tentang Renata dan Rezky. Ia tidak tau pasti benar atau tidak gosip itu. Tapi, melihat kedekatan keduanya membuat nya sedikit percaya. "Papa ada apa menemui Dee? Pasti ada yang penting kan ?" Ujar Dee mengalihkan topik. Pak Ikmal menghela napas kasar nya. Ia jadi, lupa tujuan datang mengunjungi anak bungsu nya karena majalah lama itu. "Papa mau ngasih ini " ucap Ikmal, menaruh dua tiket di atas meja. Kemudian mendorong nya kehadapn Dee. "Untuk ?" "Hadiah dari Papa buat pernikahan kamu " ujar Pak Ikmal. Dee mengerutkan dahi nya, menatap Papa nya dengan tidak mengerti. "Oke, gini. Papa dan Mama sudah putuskan. Kita tidak bisa berharap lagi pada Reno. Kondisi nya tidak ada peningkatan. Apa udah bicarain ini baik - baik dengan keluarga Reno " "Pa!" Dee mulai tidak suka dengan arah pembicaraan Papa. "Dee, kita gak tau kapan Reno akan bangun dari koma nya. Papa udah menemui dokter yang nangani Reno. Belum ada kemajuan apapun. Dan orang tua Reno juga menyerahkan semua keputusan pada kita. " "Pa, aku akan nunggu sampai Reno bangun, dia pasti bangun " ujar Dee dengan tegas. "Dee.." "Enggak Pa!. Aku sama Rezky hanya status. Kita akan pisah begitu Reno bangun! Jadi, aku mohon papa jangan berharap apapun dengan pernikahan bodoh ini!!!" Jerit Dee, tertahan. Ikmal terdiam, ia tau kalau anak sudah marah. Berati ia tidak bisa melakukan apa - apa lagi. Selain mengambil kembali tiket tersebut dan memasukkan nya kembali kedalam saku jas nya. "Yaudah, kalau itu sudah jadi keputusan kamu. Papa gak akan maksa " ujar pak Ikmal dengan lemah. Jelas Dee tau kalau Papa nya kecewa. "Papa pamit dulu, ada kerjaan yang harus papa selesai kan " ujar Pak Ikmal. Dee hanya diam, bahkan ia terlalu gengsi untuk sekedar meminta maaf pada Papanya. Walau ia sendiri menyesal dalam hati. Cklek Pak Ikmal keluar dari ruangan Dee. Dan ia terkejut melihat menantu nya ternyata di sana. Ia menoleh kebelakang, Dee juga sama dengan nya. "Kamu sudah lama ?" Tanya Pak Ikmal dengan santai. Rezky menggeleng, pria itu kemudian menyalami papa mertua nya. "Baru kok, Pa. Papa sudah mau balik ?" Tanya Rezky dengan sopan dan ramah. Pak Ikmal mengangguk, ia tersenyum senang dengan menantunya yang sangat sopan dan ramah. "Oya, Papa mau nanyak. Kamu sama Renata ada hubungan apa ?" "Hah ?" Respon Rezky, kaget. "Pa " tegur Dee yang sudah berdiri di ambang pintu ruangan nya. Pak Ikmat mengacuhkan teguran sang anak. "Papa gak sengaja liat majalah tadi, dan nemu artikel yang mengatakan kamu berpacaran dengan Renata " jelas Pak Ikmal. "Oh, itu cuma gosip Pa, aku sama Renata cuma temenan aja. Kita bertiga sama Reno memang dekat sejak kuliah dulu " jelas Rezky jujur. Ikmal sangat lega, ia pun mengangguk dan kemudian berpamitan pergi. Kini menyisakan Rezky dan Dee berdua. "Masuk " Dee mempersilahkan Rezky untuk masuk keruangan nya. Ia melangkah lebih dulu dengan Rezky menyusul di belakang. "Ada apa kamu ke sini ? Bukan nya seharus nya kamu masih di kantor ?" Tanya Dee menyiapkan minuman untuk tamu yang menjabat sebagai suami nya. "Aku mau bicara sesuatu sama kamu, tadi nya. Tapi, setelah mendengar perdebatan kamu sama Papa. Tidak jadi " ujar Rezky. Dee menaikkan satu alis nya, menatap lekat pada suami nya. Kemudian ia langsung mengumpat dalam hati. "Mama menyuruh ku untuk mengajak mu bulan madu, aku udah jelasin tentang ke adaan rumah tangga kita sama Mama, tapi Mama orang yang keras kepala. Jadi, tadi nya aku datang mau bahas itu. Tapi, aku udah dapat jawaban nya. " ujar Rezky dengan santai. Dee tidak tau di balik nada santai dan sikap biasa itu, Rezky sedang menelan rasa kecewa juga mengasihani diri sendiri. "Ky.-" "Gak apa, aku tau kok. Aku datang hanya karena Mama saja. Karena udah ada jawaban, yaudah. Mama juga gak akan maksa. "Ujar Rezky. Dee jadi merasa bersalah, Rezky pasti mendengar semuanya. Dan merasa bersalah karena ia kembali melukai pria itu entah untuk keberapa kali nya. Memang nya dia masih mencintai mu, Dee? Dia punya Renata. Jadi jangan gr deh. Belum tentu ia kecewa dengan ucapan mu. Batin nya menolak perasaan nya. Membuat Dee menghela napas berat. "Maaf, aku gak bisa menuruti permintaan Mama mu. "Ucap Dee. "Gak apa, Mama gak maksa kok. Aku juga ngerti. " ujar Rezky. Dengan senyuman manis nya. Dee diam, ia tidak bisa begini terus. Semakin lama ia bersama Rezky, maka ia semakin takut akan kembali luluh dan akhirnya melupakan Reno. Tidak, ia tidak bisa melakukan itu. Ia mencintai Reno. Fikir nya. "Ekhem " Dee berdehem pelan. Ia menatap serius pada pria yang duduk di hadapan nya. "Ky " "Hm ?" "Sebaik nya kita menjaga jarak " Rezky menautkan alis nya kini. Ia tidak mengerti akan maksud Dee. "Aku tidak mau terjadi hal yang akan membuat kita saling berharap. Kita hanya masa lalu. Aku mencintai Reno, Ky. Aku ingin setia pada nya. Jadi, aku ingin kita jaga jarak. Untuk mempermudah kedepan nya. Aku yakin, Reno bakal bangun. Dan jika itu terjadi, maka kita harus berpisah. Bukan kah, begitu perjanjian nya ?" Rezky diam, kemudian ia mengangguk. "Iya, kamu benar " "Oke, jadi. Aku harap kamu mengerti. Kita cukup menjadi teman. " ucap Dee. Rezky mengangguk, ia menunjukkan senyum manis nya pada Dee. Menunjukkan kalau ia sama sekali tidak keberatan dengan ucapan Dee. Dan Dee bernapas lega melihat senyum Rezky. Walau sebenar nya ia tidak enak mangatakan itu pada Rezky. Entah perasaan nya atau memang benar. Rezky masih mencintainya. Tapi, ia membuang jauh fikiran itu. oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD