Pagi yang Sial

1124 Words
Gadis berambut panjang yang diurai bebas itu terlihat begitu terburu-buru ketika keluar dari dalam rumahnya. Menghampiri motor matic yang masih berada di dalam garasi mininya, ia lantas segera menaruh tas hitamnya di tempat gantungan yang sejajar dengan dashboard motornya. Setelah itu, ia pun mulai memanaskan mesin motornya sambil sesekali melirik jam tangannya yang melingkar di tangan kirinya. "Aduh... Semoga aja aku gak telat. Ini hari pertamaku, jangan sampai aku bikin kesan yang buruk di tempat kerjaku yang baru," gumamnya penuh harap. Kemudian, selepas mesin motornya ia rasa sudah cukup dipanaskan, tanpa berlama-lama lagi ia pun lekas meraih helmnya guna dipasangkan untuk membungkus kepala. Selain itu, ia pun sudah siap bergegas menjalankan motornya sebelum sebuah suara terdengar berseru dari arah pintu. "Nirma kotak makannya!" Walau sang gadis sudah memakai helmnya, tapi ternyata suara seruan itu masih terdengar jelas di indra pendengarannya. Terbukti dari cara ia yang kini tampak menoleh ke sumber suara, mendapati seorang wanita yang menunjukkan sebuah kotak makan di tangan, gadis yang sudah memakai helm itu pun lantas menghela napas sembari berkata, "Oh iya. Aku lupa.... " Sigap, ia pun menuruni kembali motor matic-nya guna berjalan menghampiri wanita tadi diiringi dengan cengiran lebarnya yang memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya. "Kebiasaan," desis si wanita sambil hendak menimpuk kepala sang gadis menggunakan kotak makan yang dipegangnya. Namun beruntung, gadis yang sudah memakai helm itu pun dengan cepat menangkap kotak makannya sebelum kepalanya benar-benar terkena timpukan yang sempat dilayangkan. "Maaf, Bi. Nirma takut telat, makanya Nirma lupa sama kotak makan yang udah Bibi siapin.... " ujar gadis bernama Nirmala itu kembali menyengir. Lalu, Gayatri yang merupakan adik dari ibu Nirmala pun terlihat menghela napas sambil berujar, "Kamu itu semangat boleh, tapi jangan sampai lupa sama makan dong. Ingat! Kamu tinggal sama Bibi, jauhan sama ibu dan ayah kamu yang memilih hidup di desa, itu artinya... Kamu adalah tanggung jawab Bibi. Jadi, selama kamu tinggal di sini, udah jadi kewajiban Bibi buat mastiin segala sesuatunya tentang kamu. Lain kali, jangan sampai teledor lagi ya apalagi soal makan. Kalo kamu sakit, terus kabarnya tembus sama orangtua kamu di desa, apa kata mereka. Nanti dikiranya Bibi gak becus lagi urus kamu di sini, " tukas Gayatri panjang lebar. Mencoba untuk selalu mengingatkan keponakannya itu bahwa ia tidak boleh teledor dalam soal apapun, apalagi perihal makanan. Nirmala yang pada dasarnya memang tak jarang suka lupa dengan segala tektek bengek yang perlu ia ingat pun lantas hanya mampu tercengir lebar sembari mesem mesem sendiri. "Iya, Bi. Sekali lagi maafin Nirma ya. Nirma janji, lain kali gak akan lupa lagi soal makan dan yang lainnya. Bibi mau kan maafin keteledoran Nirma di pagi ini?" lontar gadis itu menatap teduh. Sementara itu, Gayatri pun balas menatap keponakannya sembari salah satu tangannya terulur pelan ke arah Nirmala yang kemudian ia gunakan untuk menyentuh pipi keponakannya dengan lembut. "Berhubung Bibi orangnya baik dan pemaaf, tentu Bibi maafin dong. Tapi inget, jangan karena Bibi ini mudah memaafkan kesalahanmu ... Terus kamu bisa seenaknya aja berbuat kesalahan. Jangan ulangin lagi ya, atau Bibi bakal aduin apapun jenis kesalahanmu sama orangtuamu di desa! " tandas Gayatri tak bosan memperingatkan. Mendengar hal itu, Nirmala pun sigap membentuk hormat. "Siap, Bu Bos! Kata-katamu adalah perintah yang utama bagiku, " tuturnya sambil terkekeh. Kemudian, Gayatri pun turut mendengkus geli seraya meraih tubuh keponakannya itu ke dalam pelukan. "Kamu itu udah seperti anak kandung Bibi. Dibandingkan Reza, kamu selalu menjadi prioritas buat Bibi. Jadi selalu ingat ya, jangan melakukan apapun yang sekiranya akan membuatmu rugi. Bibi sayang sekali sama kamu. Bibi harap kamu selalu sehat dan juga bisa meraih segala sesuatu yang kamu impikan selama ini.... " ucap Gayatri penuh kasih. Menciptakan momen haru yang seketika membuat Nirmala merasa wajib untuk memeluk balik bibinya itu. Sampai ketika Nirmala teringat akan waktunya yang sudah terlambat, tiba-tiba saja ia pun menepuk jidatnya kencang sembari memekik spontan, "Ya ampun, Bi... Nirma kan sekarang harus segera berangkat ke tempat kerja baru Nirma. Oh tidak! Jangan sampai Nirma dicap sebagai orang yang gak disiplin sama rekan-rekan kerja Nirma nanti. Sebelum Nirma memberi kesan jelek di hari pertama Nirma kerja, Nirma pamit ya, Bi. Do'akan Nirma supaya Nirma gak sampe dicap aneh-aneh sama mereka yang nantinya bakal jadi teman kerja Nirma di sana!" cerocosnya sambil terburu-buru mencium punggung tangan Gayatri. "Nirma berangkat, Terima kasih kotak makannya, Bi!!" sambungnya sembari menggoyangkan kotak makan yang diangkatnya ke atas. Setelah itu, ia pun lekas berlari lagi ke arah motornya dan tidak lupa memasukkan kotak makannya juga ke dalam dashboard motor walaupun masih terlihat menonjol. *** Di saat Nirmala berpikir bahwa ia akan menempuh perjalanan dengan lancar tanpa hambatan, justru yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya mendapatkan jalan yang lurus tanpa kerikil tajam, yang ada motor yang dikendarainya malah harus mogok pada waktu yang tidak tepat. "Oh Tuhan, cobaan macam apa lagi yang sedang kau berikan? Kenapa motor ini harus gak bisa dikemudikan di saat aku sedang terburu-buru seperti ini. Ya ampun, perasaan tadi malam aku gak mimpi buruk deh, tapi kenapa hari ini harus dimulai dengan pagi yang sial sih," gerutunya begitu merana. Mengetahui bahwa motornya bermasalah, Nirmala pun terlihat setengah frustrasi sambil tak henti melirik ke arah jam tangannya yang berbentuk persegi. Jarum jam masih terus berjalan dengan semestinya, tapi bahkan Nirmala malah terdampar di tengah jalan dengan kondisi motor yang tak bisa dijalankan. Mengembuskan napasnya kasar, gadis itu pun meraih tas kerjanya guna merogoh ponsel yang berada di dalam sana. Kemudian ketika benda itu sudah berhasil ia dapat, Nirmala pun mencoba mencari nomor telepon siapa pun yang sekiranya bisa ia hubungi. Akan tetapi, saat baru saja ia hendak mendial nomor yang sudah ditemukannya, tanpa disangka layar ponselnya tiba-tiba saja menjadi mati. Membuat Nirmala sontak menggeram kesal ketika ia lantas tersadar bahwa ponselnya mati karena kehabisan baterai. "Astagaaaa! Entah kesialan apa lagi yang akan menimpaku hari ini. Pertama, aku bangun kesiangan bahkan sampai nyaris lupa dengan kotak makanku. Kedua, motor yang kukendarai tiba-tiba aja mogok di tengah jalan seperti ini. Ketiga, ponselku mati karena baterainya habis akibat aku lupa isi dayanya tadi malam. Lalu apa lagi setelah ini?" lontarnya dalam rasa yang teramat jengkel. Dan ya, belum sempat Nirmala berhasil menarik napasnya dalam-dalam, kesialan yang keempat pun datang dalam bentuk sebuah tawuran yang melibatkan sejumlah mahasiswa yang tahu-tahu saja terjadi di sekitaran lokasi motor Nirmala mogok. Menyebabkan gadis itu kembali terkejut di kala ia mendengar suara teriakan dan beberapa orang yang berbaku hantam dalam dua sisi. "Seraaang!" Sekiranya, teriakan sejenis itulah yang saat ini membelai indra pendengaran sang gadis. Membuat ia membelalakkan kedua matanya spontan terlebih ketika ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa di sekelilingnya tengah terjadi sebuah kericuhan yang diciptakan oleh tawuran sejumlah pemuda berpakaian bebas tapi ada beberapa di antaranya yang mengenakan sejenis jas almamater sebuah kampus ditambah dengan masing-masing peralatan tempur di tangan mereka yang terlibat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD