bc

Stuck With Mr. Mafia

book_age18+
83
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
mafia
drama
tragedy
bxg
ambitious
city
cruel
affair
like
intro-logo
Blurb

Fella Donna Filippa sudah terbiasa melakukan penyusupan ke dalam rumah-rumah mewah untuk mencuri uang maupun benda-benda berharga. Tapi kesialan menimpanya saat dia memasuki sebuah mansion mewah yang ternyata milik seorang mafia, Oliviero Luigi Romanov (Ero).

Demi menyembunyikan diri agar tidak diketahui bahwa dirinya masuk ke dalam mansion itu untuk mencuri, Fella nekat menyamar menjadi pelayan baru. Namun, kesialan lain menimpanya saat tanpa diduga Ero memilihnya untuk menjadi calon istrinya.

Tentu saja pernikahan di antara mereka hanya sebatas kontrak demi mengabulkan permintaan ayah Ero yang memberi syarat kepada Ero harus memiliki keturunan anak laki-laki jika ingin menjadi penerus keluarga besar Romanov yang dikenal sebagai mafia besar paling berpengaruh di Italia, khususnya di kota Roma.

Fella tak berdaya karena nyawanya akan melayang jika menolak pernikahan kontrak tersebut. Sesuai kesepakatan, Fella hanya akan menjadi istri Ero sampai melahirkan anak laki-laki. Namun, ternyata berumah tangga dengan Ero membuat Fella sangat menderita dan serasa hidup di neraka karena selain selalu diperlakukan layaknya b***k oleh Ero, Fella kerap kali harus terlibat dalam bahaya karena selalu menjadi incaran musuh sang suami. Dia juga harus menahan sakit hati setiap melihat Ero bermesraan dengan kekasihnya yang seorang super model.

Awalnya, Fella memutuskan untuk pergi dari hidup Ero setelah melahirkan keturunan pria itu. Tetapi kenyataannya tak semudah itu karena setelah sang bayi lahir, Fella tak tega untuk meninggalkannya. Kini keputusan Fella pun berubah, dia akan melakukan apa pun untuk tetap tinggal bersama bayinya serta mempertahankan statusnya sebagai nyonya besar Romanov sekalipun dia harus bersaing dengan kekasih Ero yang tak mau melepaskan Ero.

Jadi, berhasilkah Fella mempertahankan apa yang dia miliki … suaminya dan juga bayi mereka?

chap-preview
Free preview
ONE
Wanita yang sedang berada di dalam sebuah mobil van berwarna hitam itu bernama Fella Donna Filippa. Seorang wanita cantik berusia 27 tahun dengan rambut sebahu yang diikat ekor kuda. Dia sedang sibuk mengenakan sarung tangan berbahan kulit yang senada dengan pakaiannya yang serba hitam. Begitu sarung tangan terpasang sempurna di kedua tangannya, kini dia mengambil alat penutup wajah menyerupai topeng sehingga hanya matanya saja yang terlihat saat dikenakan, dari dalam ransel yang diletakan tepat di sampingnya.  Wanita yang sudah siap dengan penyamarannya itu pun berjalan sambil membungkuk untuk berpindah tempat ke kursi depan di mana kekasihnya sedang sibuk mengutak-atik komputer. Diego Severo nama pria berusia 31 tahun yang sudah menjalani hubungan asmara dengan Fella selama empat tahun. Seorang pria jenius yang sangat ahli memainkan komputer bahkan dia cukup lihai menjadi hacker yang membobol keamanan rumah-rumah mewah incaran mereka.  Ya, pasangan kekasih ini bukan orang-orang sembarangan. Mereka memiliki profesi yang terbilang cukup nekat yaitu menjadi pencuri. Bukan sembarang rumah yang akan mereka datangi untuk dikuras uang dan benda-benda berharganya, melainkan rumah-rumah mewah milik orang-orang kaya di kota Roma. Sudah dua tahun profesi ini mereka jalankan, Fella yang melakukan penyusupan setelah sistem keamanan rumah target mereka dibobol oleh Diego.  “Bagaimana? Sudah selesai?” tanya Fella seraya melirik pada Diego yang sedang sibuk mengutak-atik komputernya. “Sedikit lagi.” “OK.”  Fella dengan sabar menanti, wanita itu duduk bersandar pada sandaran kursi dengan santai sembari menaikan salah satu kakinya ke dashboard mobil. Dia lantas mengambil biskuit yang tergeletak di dashboard, memakannya tanpa ragu untuk mengisi waktu sampai sang pacar selesai melakukan tugasnya.  Fella bersiul ketika tatapannya tertuju pada sebuah mansion mewah yang berdiri kokoh tidak terlalu jauh dari mobil mereka terparkir. Mansion mewah itulah yang malam ini akan menjadi targetnya.  “Aku yakin pemilik mansion itu pasti kaya raya. Aku jadi tidak sabar ingin cepa-cepat masuk ke dalam dan menguras kekayaannya. Sebentar lagi pemilik mansion pasti pergi untuk tidur. Tanpa mereka tahu begitu membuka mata esok hari, harta kekayaan mereka sudah kita curi.” Fella terkikik di akhir ucapannya, sudah membayangkan akan sebanyak apa hasil curiannya malam ini.  Mendengar ucapan Fella yang sedang fokus menatap mansion, Diego menghentikan aktivitasnya, dia menoleh menatap sang kekasih yang terlihat begitu bersemangat untuk melancarkan aksinya sebentar lagi. “Fel, kau yakin akan memasuki mansion itu?”  Seketika Fella memutar leher, menatap wajah Diego yang terlihat jelas menyiratkan keraguan. Fella mengembuskan napas pelan, tahu persis alasan pria itu bisa berekspresi demikian. Kepala Fella pun terangguk, “Tentu saja aku yakin. Kenapa memangnya?”  “Aku belum menyelidiki pemilik mansion itu. Kau kan tahu selama ini sebelum kita memulai aksi, aku selalu menyelidiki pemilik rumah yang akan kita jadikan target. Mansion itu kau yang menemukannya, padahal aku belum menyelidiki pemiliknya tapi kau nekat ingin beraksi malam ini.”  Fella memutar bola mata, ada kesan kesal yang tercetak di wajahnya, “Mansion itu selalu sepi. Aku sudah dua kali lewat di depannnya saat siang hari. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku yakin pemiliknya orang kaya yang memiliki perusahaan besar seperti korban-korban kita sebelumnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Honey. Semuanya akan baik-baik saja.”  “Tapi menurutku ada yang aneh.” “Apanya yang aneh?” tanya Fella dengan satu alisnya yang terangkat naik. “Pemilik mansion itu. Aku sudah mencoba mencari identitasnya tadi tapi seperti informasi pemilik mansion itu dilindungi sistem keamanan yang bahkan aku sendiri tidak bisa membongkarnya.”  Alih-alih ikut merasa khawatir, Fella menjentikkan kedua jarinya dengan antusias, “Itu bukti pemilik mansion memang seorang konglomerat yang begitu hati-hati menjaga kekayaannya. Hah, sekarang aku jadi semakin tidak sabar ingin segera mengambil uangnya. Cepat, cepat, aku sudah tidak sabar ingin segera masuk. Honey, cepat kau bobol sistem keamanan di mansion itu.”  Diego hanya bisa menghela napas panjang karena dia tahu jika Fella sudah berkata demikian dan memutuskan sesuatu maka tidak ada yang bisa mengubahnya, termasuk dirinya sekalipun. Jadi, yang bisa Diego lakukan sekarang hanyalah melanjutkan pekerjaannya.  Fella bersenandung selama menunggu Diego bekerja, setelah 15 menit berlalu semenjak perdebatan mereka yang dimenangkan olehnya, Fella menoleh ke arah samping ketika mendengar suara helaan napas Diego yang dia ketahui sebagai pertanda pria itu sudah menyelesaikan tugasnya.  “Aku sudah boleh beraksi?”  Fella tersenyum lebar begitu melihat Diego merespon dengan anggukan kepala.  “Yes, kau memang yang terbaik, Honey.” Fella mencondongkan tubuh ke depan lantas melingkarkan kedua tangannya di leher Diego sebelum menyatukan bibir mereka. Mereka berciuman panjang dan dalam, Fella menjadi orang pertama yang melepas ciuman itu. Setelah mengusap bibirnya yang sedikit basah dengan ibu jari, Fella dengan gesit memasang penutup wajah yang sudah dia persiapkan tadi sehingga kini wajah cantiknya tertutup sempurna. Hanya kedua iris kebiruannya yang masih terlihat.  “Aku pergi dulu. Aku akan mengambil uang sebanyak mungkin dari mansion itu. Lalu nanti kita akan bersenang-senang. Kita pergi ke Hawaii untuk liburan, bagaimana?”  Diego mendengus, padahal mereka belum mendapatkan apa pun, tapi Fella dengan percaya dirinya sudah merencanakan apa yang akan mereka lakukan setelah aksi pencurian ini sukses. Diego tak ingin membantah apalagi merusak suasana hati Fella yang sedang riang karena itu dia hanya mengangkat ibu jari sebagai bentuk persetujuan.  “Baiklah, aku masuk dulu. Pastikan kau langsung menghubungi aku jika ada masalah,” kata Fella seraya menunjuk pada earphone yang terpasang di telinganya. Earphone berbentuk kancing itu akan terhubung dengan ponsel milik Diego, memang selalu seperti itu, mereka akan saling berkomunikasi setiap Fella sedang memulai penyusupan.  “Hati-hati.”  Memberikan anggukan sebagai respon, Fella yang sudah berpenampilan sempurna layaknya perampok itu pun membuka pintu mobil dan keluar tanpa ragu. Dia mengendap-endap mendekati mansion mewah yang sebentar lagi uang dan benda berharga di dalamnya akan segera dia kuras.  Di dalam mobil, Diego menghela napas panjang, “Semoga semuanya lancar. Sweety,” gumamnya pelan begitu melihat sosok Fella mulai menghilang dari pandangannya.    ***   Beberapa mobil mewah yang sedang melintas di jalan raya itu berderet dengan rapi seolah seseorang yang menduduki jabatan penting tengah melintas dan dikawal oleh banyak bodyguard.  Saat mobil-mobil itu melintas, tak ada pengguna jalan lain yang berani menghalangi jalan karena mereka dengan teratur menyingkir, memberikan akses untuk mobi-mobil itu lewat.  Mobil berwarna hitam yang jika dihitung berjumlah sekitar delapan mobil itu pun memasuki pintu gerbang menjulang tinggi yang dalam kondisi terbuka lebar untuk menyambut kedatangan mereka.  Deretan mobil-mobil itu masuk ke area pelataran mansion mewah yang tampak ramai karena sebuah pesta sedang berlangsung begitu meriah, bergabung dengan kendaraan lain yang terparkir, semua mobil itu kini berjajar.  “Bos, kita sudah sampai.”  Seorang pria yang dipanggil bos tersebut sedang duduk di jok belakang tepat di mobil paling depan, tengah bersandar dengan nyaman pada sandaran kursi sembari memainkan ponsel. Dia seorang pria yang gagah dengan paras memesona yang terlihat semakin memikat dengan kacamata hitam yang membungkus kedua mata tajamnya.  Pria itu adalah Oliviero Luigi Romanov, Ero biasanya dia disapa, merupakan putra sulung dari Graziano Romanov, kepala keluarga Romanov yang dikenal sebagai keluarga mafia yang sangat berpengaruh di Italia, terutama di kota Roma.  Ero awalnya hendak membuka pintu mobil, berniat masuk ke dalam mansion untuk menemui sang ayah dan mengucapkan selamat ulang tahun pada ayahnya yang hari ini genap berusia 56 tahun. Jika bukan karena pesta ini merupakan perayaan ulang tahun ayahnya, Ero tak akan datang. Dia tidak begitu menyukai pesta dan akan lebih memilih menemani kekasihnya,  Franca Luisa Florentina yang sulit dia temui karena wanita itu seorang model papan atas yang tengah naik daun.  Ero urung membuka pintu mobil begitu melihat ada beberapa mobil lain yang baru saja datang dan kini terparkir sempurna tak jauh dari mobil Ero dan anak buahnya terparkir.  Ero mendecih begitu menyadari siapa pemilik mobil-mobil itu.  “Bos, itu Enzio. Apa yang harus kita lakukan?” tanya anak buah Ero, sekaligus orang yang mengendarai mobil yang tengah ditumpangi Ero.  Enzio Dante Romanov, seseorang yang sebenarnya memiliki hubungan sangat dekat dengan Ero karena darah yang mengalir di tubuh mereka serupa dengan darah ayah mereka, Graziano. Ya, pria bernama Enzio yang berusia 30 tahun di tahun ini sekaligus adik yang tiga tahun lebih muda dari Ero itulah yang baru saja tiba. Sayangnya meskipun mereka saudara kandung, hubungan mereka jauh dari kata akur.  “Siapkan senjata. Aku akan menyapanya sebentar. Kalian bersiap di tempat.” “Siap, Bos.”  Yang Ero dapati setelah itu adalah anak buahnya yang langsung menjalankan tugas seperti yang dia perintahkan, memberikan instruksi pada anak buahnya yang lain untuk bersiap siaga di posisi masing-masing.  Ero lalu membuka pintu mobil begitu melihat sosok Enzio bersama istri yang menggendong anak laki-laki mereka baru saja keluar dari mobil. Dengan langkah tegap disertai kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana, Ero menghampiri mereka.  “Hallo, Brother,” sapanya pada Enzio yang terlihat memicingkan mata begitu melihat siapa orang yang baru saja menyapanya.  “Jika maksud kedatanganmu untuk mengajakku berkelahi, aku rasa ini bukan waktu yang tepat, Brother. Seperti yang kau lihat, aku membawa keluarga kecilku.” Enzio merangkul bahu istrinya, sosok wanita cantik yang terlihat malas begitu melihat sosok Ero berdiri di hadapan mereka.  Tatapan Ero berpaling ke arah Sophia, istri Enzio yang terlihat begitu seksi dan memesona dengan gaun pesta yang dia kenakan. “Hallo, Sister,” sapanya.  Sophia hanya merespon dengan senyuman dan anggukan kecil sebagai basa-basi karena walau bagaimana pun yang baru saja menyapanya adalah kakak iparnya.  Ero awalnya tampak biasa saja melihat pasangan itu, tapi saat tatapannya beralih pada anak laki-laki berusia 2 tahun dalam gendongan Sophia, seketika wajahnya mengeras. Kedua tangannya di dalam saku celana terkepal erat tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.  “Di hari ulang tahun ayah ini, aku dengar dia akan mengumumkan penerus keluarga Romanov selanjutnya untuk menggantikannya kelak.”  Bola mata Ero berotasi, beralih dari keponakannya kini kembali tertuju pada Enzio. “Oh, ya? Aku baru mendengarnya.”  Enzio mengangkat kedua bahu, “Aku mendapat bocoran dari orang terpercaya yang selalu ada di dekat ayah. Yah, aku yakin kau tahu siapa orang yang kumaksud tanpa perlu aku menyebutkan namanya padamu, kan?” Enzio menyeringai, tampak puas karena dia sadar Ero mulai tersulut emosi, terlihat dari wajahnya yang memerah meski raut wajahnya tetap tenang seperti biasa.  “Oh, sepertinya aku harus bicara pada sumber terpercayamu itu. Karena dia sudah berani memberitahumu tanpa memberitahuku juga.” “Aku rasa karena dia cerdas.”  Ero memicingkan mata, tahu persis sang adik sekaligus musuh bebuyutannya itu tengah menyindirnya.  “Cerdas karena dia tahu siapa yang akan dipilih ayah. Jadi, tentu saja dia akan memberitahukan informasi ini pada calon penerus, tidak mungkin dia memberitahukannya pada pria sepertimu yang tidak akan menjadi apa-apa di dalam keluarga Romanov.”  Enzio sangat berhasil membuat emosi Ero berubah menjadi amarah yang menggebu karena yang terjadi setelah itu adalah Ero yang maju ke depan dengan gerakan cepat dan menerjang Enzio dengan mencengkeram kerah jasnya teramat kuat menggunakan kedua tangannya.  Kondisi di sana semakin kacau ketika baik anak buah Ero maupun anak buah Enzio sama-sama saling menodongkan senapan di tangan mereka seolah peperangan antar saudara itu akan segera terjadi sebentar lagi. Sophia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini, menyadari kondisinya akan semakin berbahaya jika dia hanya berdiam diri di sana, wanita itu berlari sambil menggendong anaknya masuk ke dalam mansion, jelas dia harus segera meminta bantuan detik ini juga.  “Jangan kau pikir sudah menang dariku, Enzio.” “Aku memang sudah menang,” balas Enzio, tak gentar sama sekali walaupun lehernya nayris dicekik oleh kakaknya tersebut. “Kau tahu persis syarat apa yang diberikan ayah untuk penerusnya. Aku sudah memenuhi syarat itu. Sedangkan kau …”  Dengan santai Enzio mengangkat kedua tangan dan mengendikkan bahu acuh tak acuh, “Apa yang bisa kau banggakan dari dirimu yang masih melajang di usia 33 tahun, Ero? Apa ini bukti bahwa kau pria payah yang bahkan mendapatkan istri pun tidak sanggup?”  Cengkeraman tangan Ero pada kerah jas Enzio semakin mengerat kencang, “Tutup mulutmu.”  Enzio terkekeh, semakin menikmati menyaksikan ucapannya sukses membuat amarah Ero memuncak. “Aku mengatakan kebenaran. Kau ini tiga tahun lebih dulu lahir ke dunia ini dibandinkan aku. Tapi coba lihat … sampai sekarang kau masih sendirian di saat aku sudah memiliki istri yang cantik dan anak laki-laki yang tampan juga mengagumkan. Putraku sangat cerdas dan sempurna, sudah jelas bukan siapa yang akan dipilih ayah?”  Enzio menepuk dadanya sendiri dengan cukup keras, “Aku. Sudah jelas ayah akan memilihku,” tambahnya sembari melempar seringaian lebar yang membuat Ero kehilangan kesabarannya.  Ero mengepalkan tangan kanan dan siap melayangkan tinju pada wajah Enzio yang begitu menyebalkan. Namun …  “Hentikan, kalian berdua!!”  Suara seorang pria menginterupsi, membuat Ero dengan terpaksa mengurungkan niat untuk menghajar wajah adiknya.  “Ero, lepaskan Enzio. Itu pun jika kau tidak ingin Tuan Graziano sendiri yang datang ke sini untuk melerai kalian.”  Ero tak peduli karena meski dia membatalkan niatnya untuk menghajar wajah Enzio yang bagitu dia benci, keinginannya untuk memelintir leher sang adik sama sekali belum urung.  “Ero, dimana sikap hormatmu? Jangan lupa kau sedang berada di acara perayaan ulang tahun ayahmu sendiri.”  Sepertinya ucapan pria paruh baya itu kali ini sukses karena Ero akhirnya melepaskan cengkeraman salah satu tangannya pada kerah jas mahal Enzio.  “Anak buah kalian, perintahkan pada mereka untuk menurunkan senjata.”  Ero mendekatkan wajahnya ke telinga Enzio, lalu berbisik pelan sehingga hanya Enzio yang bisa mendengarnya, bahkan pria paruh baya yang merupakan asisten ayah mereka pun tak akan bisa mendengar apa yang Ero ancamkan pada adiknya sendiri. “Kali ini kau selamat. Tapi jangan harap ada lain kali jika kau terus menyulut emosiku.”  Enzio terkekeh, dan balas berbisik, “Kau pikir aku takut padamu? Aku hanya mengatakan fakta. Kau harus menerima dengan tabah kekalahanmu, Brother. Mau bagaimana lagi, antara kau dan aku memang aku lebih unggul darimu, kan?”  Enzio menepuk bahu Ero, balas mendekatkan mulut ke telinga sang kakak. “Kalau kau memang tidak mau kalah dariku, kenapa kau tidak cepat-cepat menikahi pacarmu yang model terkenal itu? Atau mungkinkah karena kakakku tersayang ini selalu ditolak setiap melamarnya karena itu kau belum menikah sampai sekarang?”  Ero berdecak, rasa-rasanya ingin melanjutkan rencananya untuk menghajar wajah Enzio, dia lagi-lagi harus urung melakukannya begitu menyadari seseorang tengah berdiri di dekat pintu mansion sambil menatap tajam mereka berdua.  Ero pun menjauhkan diri, mengangkat tangan kanan untuk memberi isyarat pada anak buahnya agar menurunkan senapan. Enzio melakukan hal yang sama sehingga anak buahnya pun ikut menurunkan senjata di tangan mereka. “Jika kau pikir aku sudah kalah, kau salah besar. Sampai mati pun aku tidak akan pernah menyerahkan singgasana penerus padamu. Kau mau tahu kenapa? Karena aku lebih pantas menjadi kepala keluarga selanjutnya sebagai anak sulung dibandingkan dirimu yang hanya adikku.”  Ero melangkah pergi setelah dengan sengaja menabrak bahu Enzio, berjalan menaiki undakan tangga untuk menghampiri ayahnya yang terlihat murka di dekat pintu karena memergoki perdebatannya dengan Enzio.   ***   Selayaknya pesta yang diadakan para jutawan, pesta itu pun berlangsung secara formal namun kesan meriah terlihat jelas. Beberapa pasangan terlihat sedang berdansa diiringi alunan musik romantis yang dimainkan kelompok orchestra.  Namun, Ero sepertinya menjadi satu-satunya orang yang tidak menikmati kemeriahan pesta, pria itu sedang duduk sendirian di kursi dekat meja bartender yang memang disediakan di pesta tersebut, dengan tatapan nyalangnya yang tertuju pada interaksi sang ayah bersama Enzio, Sophia dan putra mereka, Mario.  Suara dengusan lolos dari mulut Ero begitu menyaksikan ayahnya tengah tertawa lantang sembari menggendong sang cucu. Ero benar-benar tidak tahan melihat pemandangan menyebalkan itu.  Ketika dia mendapati Enzio dan Sophia melangkah pergi sehingga ayahnya kini sedang sendirian, dengan cepat Ero bangkit berdiri, dia berjalan menghampiri sang ayah karena ada hal penting yang harus mereka bicarakan. “Mau apa kau ke sini?” tanya Graziano begitu sosok putra sulungnya kini berdiri di hadapannya. “Bisa kita bicara sebentar, Ayah?”  Graziano berdecak, tapi tetap dia kabulkan keinginan putranya yang begitu pembangkang itu. Berjalan menjauh dari keramaian pesta, Graziano membawa Ero ke lantai atas, menuju balkon yang sepi karena tak ada seorang pun di sana.  “Apa yang ingin kau bicarakan, Ero?” “Aku mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Setidaknya bagiku ini sebuah kabar buruk.”  Grazioano yang awalnya memunggungi Ero kini berbalik badan sehingga ayah dan anak itu tengah berdiri saling berhadap-hadapan. “Kabar buruk?” “Aku dengar dari Enzio, ibu memberitahunya tentang Ayah yang berniat menjadikan Enzio sebagai penerus. Apa itu benar?”  Graziano menghela napas panjang sebelum kepalanya terangguk dan berkata, “Sepertinya memang akan seperti itu.”  Detik itu juga Ero mengepalkan kedua tangan, emosinya yang sempat mereda kini kembali naik ke permukaan. “Bagaimana bisa Ayah melakukan ini padaku? Aku anak pertama, artinya aku yang harus menjadi kepala keluarga Romanov selanjutnya.”  “Berapa kali aku mengatakannya padamu. Jika kau memang ingin mendapatkan hakmu sebagai anak pertama, kau juga harus memenuhi persyaratan yang aku berikan. Sudah lama aku menyuruhmu menikah, Ero. Keluarga kita membutuhkan keturunan. Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi penerus keluarga ini di masa depan. Enzio sudah memenuhi syarat itu sedangkan kau …” Graziano mendengus seraya menipiskan bibir, terlihat jelas raut kecewa terpancar di wajahnya.  “Aku dulu menikah dan memilikimu sebagai anak pertama di usia yang masih sangat muda, sekitar 22 tahun. Tapi kau …” Graziano kini menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan Ero yang masih melajang meski di usianya yang sudah 33 tahun.  “Jadi, intinya aku harus memiliki keturunan anak laki-laki jika ingin terpilih sebagai penerus Ayah?” Dengan tegas Graziano mengangguk, “Ya, itulah syaratnya. Jika kau tidak bisa melakukannya maka aku dengan terpaksa memilih Enzio sebagai penerusku.” Ero mendecih, tak terima tentu saja. “Tidak. Aku tidak akan membiarkan Ayah memilih Enzio. Baiklah, Ayah. Aku akan secepatnya menikah. Aku mohon Ayah mau memberiku waktu sebentar lagi.”  Melihat ayahnya terdiam tanpa merespon, Ero menganggap itu tanda persetujuan dari ayahnya. Ero berniat pergi pada awalnya tapi ponsel di dalam saku celananya tiba-tiba bergetar, dia pun merogoh ponsel tersebut dan memeriksanya. Suara decihan meluncur begitu dia membaca laporan dari salah satu anak buahnya.  “Satu minggu.”  Tatapan Ero dari layar ponsel beralih, kini dia kembali menatap wajah sang ayah yang baru saja kembali bersuara.  “Aku hanya memberimu waktu satu minggu. Jika kau tidak bisa membawa calon istrimu selama satu minggu ke hadapanku maka aku akan memilih Enzio sebagai penerusku. Kau dengar itu, Ero. Hanya satu minggu waktu yang aku berikan padamu. Ini kesempatan terakhir.”  Graziano melangkah pergi tanpa menunggu respon dari Ero yang terlihat sedang kebingungan memikirkan cara untuk mengabulkan syarat darinya tersebut.   ***   Waktu semakin bergulir sehingga kini sudah menunjukan pukul satu dini hari. Terhitung sudah hampir dua jam Fella menyusup ke dalam mansion dan wanita itu tak kunjung kembali. Diego tak pernah merasa sekhawatir ini selama dua tahun mereka melakukan aksi pencurian. Namun, entah kenapa malam ini dia begitu tak tenang. Dia sangat mengkhawatirkan Fella. Mungkin hal ini disebabkan karena dia tidak bisa menyelidiki identitas pemilik mansion, sistem keamananya begitu ketat bahkan Diego yang terkenal jenius itu pun tak sanggup membongkar sistem yang melindungi identitas si pemilik mansion. Dengan kata lain Diego menyadari ada yang tidak beres di sini.  “Sial, seharusnya aku tidak mengizinkan Fella masuk ke dalam. Kenapa hatiku tidak tenang begini,” gumamnya sambil mengusap wajahnya kasar dengan telapak tangan.  Dalam situasi serba menegangkan untuk Diego, dia dikejutkan oleh beberapa mobil mewah yang baru saja berdatangan. Kedua mata Diego menatap dengan seksama ke arah mobil-mobil itu. Dia terperangah begitu melihat mobil-mobil itu hendak masuk ke dalam mansion yang menjadi target mereka malam ini.  “Siapa mereka?”  Diego semakin merasakan firasat buruk, dia mengambil sebuah teropong di dalam laci dashboard mobil. Dengan menggunakan teropong itu, dia memperhatikan mobil-mobil yang satu demi satu mulai melewati gerbang yang kini terbuka untuk menyambut kedatangan mereka.  Diego meneguk ludah saat melihat ada sebuah logo menyerupai huruf R di body mobil bagian belakang. Dia yakin melihat logo itu di semua mobil mewah yang kini sudah masuk ke dalam area mansion.  “Aku sepertinya pernah melihat logo itu.”  Dengan gerakan terburu-buru, Diego mengutak-atik komputernya untuk mencari informasi mengenai logo yang baru saja dia lihat.  Ketika akhirnya dia menemukan informasi itu, Diego seketika terbelalak, terkejut luar biasa. Rupanya itu adalah logo berbentuk huruf R yang merupakan initial dari nama sebuah keluarga. R untuk Romanov yang merupakan keluarga mafia terbesar dan paling berpengaruh di Roma.  “Sial! Fella dalam bahaya,” gumam Diego yang semakin menyesali dirinya yang gagal menghentikan niat Fella mencuri di mansion tersebut karena mansion ternyata milik seorang mafia yang berbahaya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook