Aturan Untuk Menjadi Seorang Dominico

1510 Words
Mereka berdua sudah duduk berhadapan. Mark sama sekali tidak bisa mengekspresikan perasaannya saat ini. Begitu juga lelaki paruh baya di depannya ini. Ia tetap dengan senyuman tipis yang tampak cukup bersahabat. Kendrick meninggalkan mereka berdua. Membiarkan kedua lelaki ayah-anak ini untuk menguasai ruangan ini. Membiarkan Mark kembali dalam situasi yang sama sekali tidak pernah terbesit di dalam benaknya. Dari awal, ia sama sekali tidak pernah menyangka jika ia bisa bertemu dengan lelaki ini, dengan ayahnya. Ibunya sama sekali tidak pernah memberitahukan mengenai keberadaan ayahnya. Mark pun sama sekali tidak keberatan akan hal tersebut. Bagi Mark, dirinya sudah cukup bahagia hidup bersama dengan ibunya saja. Lagipula, saat itu Mark berpikir memang ayahnya adalah orang yang tidak bertanggung jawab. Jika lelaki itu adalah lelaki yang bertanggung jawab, tentu saja ia dan ibunya tidak akan hidup berdua saja. Tapi, semua hal itu, sama sekali tidak berlaku dalam benaknya saat ini. Terlebih saat Pearl memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, mengatakan semua kata yang sangat menusuk hatinya. Tidak ada pelukan sama sekali. Mark juga tidak berharap akan ada kehangatan dari lelaki paruh baya yang membawa dirinya ke dunia ini. “Apa kabar, Mark?” tanya lelaki itu lagi pada pertanyaan yang belum dijawab oleh Mark sama sekali. “Ba-baik, Pak Erwan,” jawab Mark singkat. Dirinya tidak mungkin langsung memanggil Erwan dengan panggilan umum antara ayah dan anak. Erwan lebih cocok menjadi orang asing untuk Mark saat ini. Meskipun ia akhirnya tahu jika ada darah Erwan yang mengalir dalam dirinya saat ini. Mendengar jawaban Mark, Erwan tertawa seraya menggelengkan kepalanya. “Apakah Ken yang meminta kamu untuk memanggil saya dengan sebutan itu?” “Ti-tidak, Pak Erwan. Saya hanya ....” Mark menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal itu. “Saya hanya bingung, panggilan apa yang seharusnya saya ucapkan.” “Kamu tidak salah. Tepat sekali, kamu lebih baik memanggil saya dengan sebutan Pak Erwan.” Mark memaksakan senyumnya. Lelaki ini ternyata menyetujui panggilan Mark kepadanya, meskipun menurut Mark, ada sedikit keganjalan, jika lelaki tersebut memang mengetahui jika Mark adalah anak kandung dirinya. “Ken sudah menceritakan apa saja? Atau, ada yang mau kamu tanyakan? Saya tau, kalau ini adalah hal yang cukup mendadak. Saya yakin, kalau kamu bingung. Tapi saya yakin, jika kamu setuju untuk sampai menemui saya di sini, ada sesuatu, ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan, atau kamu inginkan, Mark.” Lelaki paruh baya ini memang sangat cerdik. Ia bahkan seperti bisa membaca isi hati Mark yang tidak disadari olehnya itu. Erwan Dominico. Paras tampan masih menghiasi wajah Erwan yang sudah mulai memiliki keriput tipis itu. Mark memperhatikan dengan seksama setiap sudut wajah Erwan. Lelaki ini, lelaki yang pernah dilihatnya beberapa kali di TV maupun di majalah itu kini duduk di hadapannya. Bahkan lelaki itu mengaku sebagai ayah kandung Mark. “Mark?” panggil Erwan yang membuyarkan lamunan Mark. “Saya berharap, saya bisa mendengar suara kamu. Saya tidak suka seseorang mengabaikan kalimat saya.” “Ah, maafkan saya Pak Erwan. Terlalu banyak yang saya ingin tanyakan. Saya hanya bingung dengan semua ini.” “Tanyakan satu. Tanyakan dulu satu pertanyaan. Saya akan menjawabnya jika memang itu sudah boleh kamu ketahui.” “Huftt ....” Mark menghela napasnya. “Bagaimana Anda yakin, jika saya adalah anak Anda. Maksud saya, saya bahkan belum pernah bertemu dengan Anda.” “Hmmm ... tes DNA kamu menunjukkan persentase yang sangat tinggi Mark. Lagipula, melihat kamu sedekat ini, membuat saya semakin yakin kalau kamu adalah darah daging saya. Wajah kamu, sangat mirip dengan saya waktu muda. Ternyata, Erna memberikan tanda yang begitu jelas melalui wajah kamu.” Lelaki itu menyebutkan nama ibu kandung dari Mark. Kerongkongannya seketika terasa sangat kering. Tapi ia tidak ingin mempertanyakan tentang hal itu lebih dulu. Tentang yang terjadi antara Erwan dan Erna. Karena tampaknya Erwan juga tidak bersikap bersemangat saat menyebut nama Erna. “Bagaimana Anda akhirnya bisa menemukan saya? Saya cukup takjub saat Pak Ken mengatakan semua hal yang benar tentang saya.” “Tentang hal itu, hampir semua hal saya bisa lakukan, Mark.” “Ahh ....” Mark menganggukkan kepalanya, meskipun jawaban itu sama sekali tidak memuaskannya. “Lalu, kata Pak Ken, Anda ingin bertemu saya, karena saya adalah salah satu calon—“ “Ssttt ....” Erwan meletakkan telunjuknya di depan bibirnya. “Itu benar sekali. Tapi, itu bukan hal yang mudah, Mark.” “Maksud, Pak Erwan?” “Tentu saja itu adalah kabar baik bagi kamu. Tapi, saya tidak akan begitu saja menyerahkannya, hanya karena darah saya turut mengalir di darah kamu, Mark. Untuk mendapatkan nama Dominico di belakang nama kamu, tentu saja ada hal yang harus kamu lakukan.” Kerutan halus terlukis di kening Mark. Otaknya belum bisa mencerna keinginan Erwan secara spesifik. “Nothing comes from easy thing. Tapi kalau kamu bisa melakukan hal yang luar biasa, you will not got nothing.” Perlahan ia mulai bisa mengerti arah pembicaraan ini. Sepertinya, ada syarat yang akan disebutkan kepada dirinya untuk menjadi bagian dari keluarga Dominico ini. “Apa yang harus saya lakukan, Pak Erwan?” “Tampaknya kamu cukup bersemangat, Mark. Ini adalah tanda yang baik bagi hubungan kita ini.” Mark menyunggingkan senyumnya. Meskipun semua hal ini terjadi begitu mendadak, tapi ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka dari dewi fortuna ini. “Tentu saja, Pak Erwan.” “Baiklah.” Erwan mengangguk pelan lalu menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Mark. Mark melihat pertemuan ini lebih tepat disebut sebagai pertemuan bisnis. “Kamu boleh baca dulu itu. Tapi saya akan sebutkan secara garis besar. Tentu saja kamu datang ke sini karena kamu adalah darah daging saya. Kamu akan menjadi salah satu penerus saya di Dominico Corp.. Tapi, ada hal yang harus kamu lakukan.” Mark memilih untuk memperhatikan penjelasan Erwan ketimbang membaca deretan huruf pada kertas-kertas yang diberikan Erwan. “Saya mau kamu selesaikan dan lulus kuliah di semester ini. Setelah itu, kamu akan mengikuti pembelajaran tambahan selama satu atau dua tahun, sebelum kamu nantinya akan didaftarkan untuk ambil Master di luar negeri. Lalu, setelah kamu lulus, kamu akan segera dijodohkan dengan wanita pilihan saya.” “Saya setuju!” jawab Mark dengan tegas. “Waw .... cepat sekali kamu menyetujuinya. Kamu bahkan belum sempat membaca detail dari berkas yang saya berikan.” “Tidak perlu, Pak Erwan. Saya percaya dengan Anda. Saya akan pastikan, jika saya akan lulus kuliah di semester ini.” “Good.” “Lalu, apakah saya akan pindah ke sini hari ini?” “Oh, kamu tidak bisa tinggal di dalam rumah ini, sebelum kamu memiliki gelar master, Mark. Begitu juga, kamu akan tetap memanggil saya dengan sebutan Pak Erwan selama itu. Anak saya haruslah memiliki standar seperti yang saya tetapkan.” “Baik, Pak Erwan.” “Ken akan mengurus kepindahan kamu dari kos hari ini ke tempat yang sudah saya tentukan. Semua ini akan menjadi rahasia, termasuk teman kamu juga harus menjaga rahasia ini.” “Saya akan memastikan semua ini tetap terjaga rahasianya, Pak. Anda tidak perlu khawatir.” “Baiklah.” Erwan menghela napasnya. “Ada hal yang kamu ingin tanyakan?” “Soal teman saya. Bagaimana dengan dia?” “Jangan khawatir. Ken sudah mengurusnya. Kalau dia bisa mengikuti rules yang sudah ditentukan, tentu saja ada reward yang akan didapat. Saya adalah orang yang tidak suka memegang budi orang lain, Mark.” “Saya pastikan kalau saya dan El tidak akan mengecewakan Anda, Pak Erwan.” “Uang bulanan kamu sudah ditransfer ke rekening kamu. Kamu bisa katakan kepada Ken jika itu kurang. Nominalnya memang tidak terlalu banyak, tapi saya rasa, itu cukup untuk melihat kamu memulai hal ini. Kamu bisa keluar dari ruangan saya dan menemui Ken di depan.” *** Kendrick sudah kembali menuntun Mark untuk turun menuju lantai bawah. Namun, jemari Mark sibuk mengetik password pada aplikasi mobile banking pada ponselnya, mengecek jumlah transfer yang dibilang oleh Erwan tidak terlalu besar tersebut. Hingga akhirnya, langkahnya terhenti, mulutnya membentuk huruf ‘O’ dan matanya membulat saat melihat nominal transfer yang ada pada rekening miliknya tersebut. Berulang kali Mark mencoba menghitung total angka nol yang tertera di layar ponselnya, meskipun simbol koma sudah memisahkan angka nol tersebut. “Tuan Mark? Apa ada masalah?” tanya Kendrick yang menyadari jika dirinya sudah berada cukup jauh di depan Mark. Ia berjalan mendekati Mark yang masih mematung itu. “Tuan?” “Pak Ken. Ini, apa tidak salah?” “Maksudnya?” “Uang bulanan saya. Se-seratus juta? Seratus juta?!!” “Ah, tentu saja. Apa ada masalah? Jika Anda menginginkan nominal yang lebih besar, maka saya harus melihat progres dari Anda untuk penyelesaian skripsi ini.” “Tidak, maksud saya. Ini terlalu besar. Apakah saya akan mendapatkan uang sebanyak ini setiap bulan?” “Tentu saja jika anda melakukan semuanya, sesuai dengan yang sudah tertera pada kertas itu.” “Pak Ken, apakah ini ....” “Tuan, Anda bisa mendapatkan jauh lebih dari itu. Bahkan Dominico Castle dan Dominico Corp. Anda hanya perlu ikuti aturan yang sudah ada. Saya akan membantu Anda untuk hal ini.” “Sounds great! Alright, let’s do this and make it happen!” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD