same smile

1156 Words
Pagi ini, Angela sudah bersiap-siap untuk berangkat, setelah memastikan semua barang yang ia butuhkan telah masuk ke dalam tas, Angela menyempatkan diri untuk melihat cermin, memastikan penampilannya rapi untuk hari ini, namun untuk make up, ia memilih menggunakannya di kantor. Angela menggeram pelan setelah membuka pintu kamarnya, bisa-bisa Angelo sudah berdiri sambil nyengir menatapnya, rambut adiknya itu sudah tertata rapi dan tidak ada iler di sekitar bibirnya. 'Karena ini hari terakhir gue sebagai tukang ojek lo, gue rela bangun pagi.' Angelo bahkan mengiriminya pesan pagi-pagi buta. "Pagi Ma." Angela mengecup sekilas pipi ibunya. "Pagi sayang." "Ini bekal kamu ya, kesambet apa Angelo pagi-pagi sudah bangun?" Angela terkikik, lalu mengambil ponselnya, lalu memperlihatkan chat Angelo ke pada ibunya. Kemala menggelengkan kepalanya pelan sambil berdecak. "Anak itu, ada-ada saja." Kemala memberikan Angela mangkuk yang sudah berisikan oat dan buah-buahan. "Angel kira sarapan hari ini nasi goreng ma." Kening Angela mengerut saat melihat menu sarapan yang dibuatkan ibunya. "Itu untuk nanti malam sayang, bekal kamu udah mama siapin ya, buahnya juga." Raut wajah Angela berubah masam, namun hanya beberapa detik, lalu ia kembali tersenyum. Eskpektasinya tidak sesuai dengan kenyataan. Ia ingin sarapan nasi goreng di pagi hari. Hidup sehat memang harus di lakukan setiap individu, begitu pula Kemala wanita itu selalu menerapkan gaya hidup sehat, tidak ada minyak yang berlebih dan tepung, disetiap makanannya, namun kadang-kadang wanita itu juga membeli junk food, hanya sesekali dalam setahun. "Mama, mie Angelo mana?" Angelo tiba-tiba langsung duduk, remaja itu menatap mamanya. "Kan nanti malam," sahut Kemala. Angelo mendengkus, sama seperti Angela ekspektasinya tidak sesuai. "Nanti malam ya?" Kemala menganggukan kepalanya, lalu ikut bergabung dengan kedua anaknya untuk sarapan. "Mama nggak pernah ingkar janji, yang ada kamu sering ingkar janji sama mama." Angelo meringis pelan mendengar sindiran halus dari ibunya itu. ... "Mama nggak ke toko?" Tanya Angela pada Kemala, tumben ibunya masih memakai daster rumahan. "Ada kerjaan dari Publiser." Selaian memiliki toko pakaian, Kemala juga bekerja sebagai editor di salah satu publiser terkenal ibu kota. "Ooh, nanti Angelo aja suruh ke toko, siapa tau dapet pacar disana." Angela tertawa pelan, ya daripada adiknya itu tidak ada kerjaan. "Gue ada kelas," sahut Angelo dari balik punggung Angela. "Alasan aja lo, kan gue sempet baca notif WA lo, kalau kelasnya dibatalin." Angelo menatap tajam Angela, gara-gara kakaknya ia tidak bisa push rank lagi. "Kamu di rumah aja, ntar ada kiriman baju." Perkataan Kemala membuat Angelo senang. Lelaki menaik turunkan alisnya menggoda Angela. "Kami pergi dulu ya ma." Segera Angelo mencium tangan ibunya, lalu berjalan melewati Angela sambil bersiul-siul. Mulut Angela ternganga melihat tingkah Angelo, sialan adiknya itu. "Ma, Angel kerja dulu." Setelah berpamitan Angela segera menyusul Angelo, bahkan adiknya itu sudah memanaskan sepeda motornya sejak tadi. ❄❄❄ "Kerja yang bener, jangan mau jadi sugar baby ya." Pupil Angela membesar, lalu tangannya spontan memukul bahu Angelo. "Jangan ngadi-ngadi lo." Angelo terkekeh pelan, ia mengacak rambut Angela sampai kusut. "Angelo! Lo mau mati!" Tawa Angelo pecah, lelaki itu bahkan terbahak-bahak sampai air matanya keluar. "Sorry, biar gue punya kenangan terakhir nganterin lo kerja." Angela memutar bola matanya malas, Angelo dengan segala tingkahnya. "Terserah lo, gue masuk dulu. Bye." Angela segera meninggalkan Angelo di lobby kantornya. Bersenandung pelan Angela masuk ke dalam kantornya. "Angela," panggilan seseorang membuat langkah Angela terhenti, sebagian karyawan sudah mulai berdatangan, dan Angela hanya sedikit mengenal mereka. "Selama pagi pak Fini." Angela menunduk hormat pada seniornya barunya itu. "Jangan terlalu formal." Angela tersenyum menatap Fini. "Ini kunci motornya, nanti sore kamu bisa ambil bassment ya." Mata Angela berbinar menatap kunci sepeda motor yang Fini berikan padanya. "Terima kasih pak, tapi kenapa kuncinya kelihatan masih baru ya?" Kening Angela mengerut setelah sekian dekit meneliti kunci yang Fini berikan. "Motornya baru dateng kemarin, STNK-nya aja belum jadi." Mulut Angela terbuka lebar,matanya melotot. Tersadar Angela segera meminta maaf karena tingkahnya yang kurang sopan. "Maaf pak." Fini tersenyum kecil. Lelaki yang cocok Angela panggil kakek. Setelah kepergian Fini, Angela memilih untuk segera keruanganya. 'Motor baru--' gumamnya pelan, tunggu kenapa ia jadi curiga seperti ini. Ah tidak mungkin ia menjadi target sugar baby bosnya, kalau itu sampai terjadi Angela memilih mengundurkan diri. "Pagi Mbak Sami." Angela tersenyum lebar menatap Sami yang baru datang. "Kamu kepagian?" Angela tertawa pelan. "Mbak nyindir ya." Sami terkikik pelan. "Gosip di bawah tuh kenceng, kan banyak yang ngomongin kamu gara-gara telat terus." Angela terdiam, sudah biasa ia jadi bahan gosip. "Pak Gata udah dateng mbak?" Tanya Angela pada Sami. "Belum, kenapa?" Angela terdiam, sebenarnya semalam memikirkan perkataan Sami yang mengakatan Angelo mirip dengan bosnya. "Cuma tanya aja mbak." Sami menganggukan kepala ragu, "Kamu mau jadi baby sugarnya pak Gata?" Mata Angela terbuka lebar. "Aku bilangin ya, kamu tuh bakalan gagal. Buktinya aku sama Nari, kita nggak bisa dapetin pak Gata. Bahkan rumornya pak Gata itu belok." Sami berbisik pelan pada Angela. "Seriusan mbak, pak Gata belok?" Sami menganggukan kepala yakin. "Anak dari kakak kembarnya pak Gata udah pada gede, kalau emang nggak belok, kan udah dari dulu nikahnya." "Pak Gata kembar?!" Angela berteriak heboh. Mata Sami melotot tajam kearah Angela. "Jangan keras-keras, nanti kedengaran pak Gata, jadi Ge-er tuh atasan." Angela meringisi pelan, "maaf mbak." Sami kembali duduk di kursinya. "Katanya dulu, pak Gata sama kembaranya sering bertukar tempat." Gerakan Angela terhenti, matanya menatap Sami. "Maksudnya mbak Sami apa?" Belum sempat Sami menjawab, suara langkah kaki terdengar mendekat kearah mereka. Sami buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Matanya memberikan isyarat untuk Angela mengikutinya. Angela mengerti, Bosnya sudah datang. Berdiri di samping Sami, Angela nenunduk hormat saat Mangata lewat bersama Fini. "Pagi Pak--" Sapa Sami. Tidak ada jawaban dari sang Bos. Angela mencoba menahan tawanya, melihat Sami tidak di acuhkan. "Buatkan saya Kopi--" Tanpa menoleh Mangata menyuruh Sami membuatkannya kopi. Pintu ruangan Mangata terdengar tertutup, Sami mendengus kesal. "Kamu lihat? Bahkan dia tidak senyum. Datar 'buatkan saya kopi' kenapa sih Nari harus cuti." Keluh Sami, Angela terdiam, membiarkan Sami yang terus menggerutu. Menghidupkan PC, Angela memilah berkas yang akan ia kerjakan. Bunyi high hils Sami saling beradu dengan suara keyboard, tiba-tiba suara dering dari pesawat telepon membuat Angela berjengkit kaget. Sami menghentikan langkahnya, lalu menerima panggilan telepon itu. Matanya melirik Angela. Gerakan bibir Sami, seolah menyuruh Angela membawakan kopi itu ke atasannya. Mau tak mau Angela harus membawakannya, nggak apa sih sebenarnya, ia mencari tahu sesuatu dulu. Setelah diberikan ijin, Angela masuk kedalam ruangan Mangata, tak ada hal yang menarik perhatian Angela. "Pak, ini kopinya." Angela berkata dengan begitu formlanya, padahal ia sangat bar-bar menurut Angelo. "Terima kasih," Mangata tersenyum sambil mengambil kopinya, hampir saja Agela menjatuhkan kopi itu, bukan terpana dengan senyum sang Bos, tapi kenapa omongan Sami benar, senyum bosnya mirip Angelo, senyum paling menyebalkan menurut Angela. "Terima kasih," Mangata tersenyum sambil mengambil kopinya, hampir saja Agela menjatuhkan kopi itu, bukan terpana dengan senyum sang Bos, tapi kenapa omongan Sami benar, senyum bosnya mirip Angelo, senyum paling menyebalkan menurut Angela "Kamu kenapa? sakit?" Angela tergagap. "haa? saya sehat kok pak." Angela tergagap, buru-buru memilih untuk keluar dari ruangan sang Bos. TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD