Kemala

1377 Words
Seharian menjadi sekretaris tidaklah buruk, Angela setidaknya mulai bisa menerima keadaanya. Ia belum sempat bertemu dengan Pak Gata. Bosnya itu ternyata menghadiri rapat dadakan di luar kantor sehingga tidak terlihat batang hidungnya, begitu pula Fini, lelaki tua itu adalah tangan kanan Gata, jadi kemananpun Gata, lelaki itu akan ikut. "Kata pak Fini, besok motornya bisa kamu bawa." Berita dari Sami membuat Angela bersemangat, setidaknya lusa ia bisa berangkat kerja lebih awal tanpa menunggu Angelo. "Kata anak-anak dibawah, kembaran kamu ganteng ya?" Kedua alis Angela menyatu ketengah. "Angelo tuh, nggak ganteng kok mbak, yang lain suka melebih-lebihkannya." Bagi Angela, adiknya tidaklah ganteng. "Ah masak sih, kalau nggak ganteng kenapa Sunny, terus bicariin dia." Arghh, Sunny lagi. Sialan wanita itu kenapa juga naksir sama Angelo, setiap ada laki-laki goodloking, wanita itu juga suka. "Emang mbak Sami mau sama brondong," canda Angela, membuat Sami terdiam. "Eh iya, kamu kan baru delapan belas tahun ya, Angelo juga. Ya kalau aku seumuran kalian mau juga jadi pacaran Angelo," ucap Sami sambil terkikik. "Nggak dapet pak Gata, Angelo pun bisa. Kan mereka mirip." Kening Angela mengerut mendengar ucapan Sami. "Maksud mbak apa?" Tanya Angela dengan bodohnya. "Nggak mungkin miriplah mbak." "Mirip lho, Njel. Aku pernah lihat foto masa mudanya pak Gata, terus Sunny nunjukin fotonya Angelo, mereka mirip banget." Angela tertawa pelan. "Cuma kebetulan kali mbak, mukanya Angelo itu pasaran." Sami ikut tertawa, "Tawa kamu juga agak mirip sama pak Gata." Angela terdiam. "Mbak Sami makin ngaco ah, aku turun duluan ya." Angela memilih segera pulang, lama-lama omongan Sami makin ngelantur. ⚜⚜⚜ "Hai--" Mata Angela terbelalak kaget melihat sosok di hadapanya. "Katanya ada rapat BEM." Tanpa sadar Angela memukul punggung Angelo dengan helmnya. "Aduh, sakit Njel!" Angelo berteriak. "Biarin, siapa suruh bohong." Angela berkata sambil memakai helmnya. "Rapatnya udah selesai, mumpung sekalian lewat gue jemput deh." "Alasan, bilang aja mau minta uang yang tadi pagi. Untung belum pesen grab." Tanpa aba-aba Angela langsung naik ke atas motor, sedikit membuat Angelo kaget. "Kalau mau naik bilang, untung nggak jatuh. Motor baru nih." Angela tidak peduli dengan ocehan Angelo, kenapa juga adiknya ini membeli motor adventure untuk di daerah perkotaan, kan aneh seleranya Angelo. "Baru juga setahun," cibir Angela pelan. "Buruan, udah laper nih." Angela menepuk keras baru Angelo. "Sakit Njel," seru Angelo. "Baru juga segitu udah sakit," jawab Angela. "Lo mukulnya terlalu keras." Keluh Angelo, lelaki segera menghidupkan sepeda motornya. "Jangan meluk." Larang Angelo. "Ge-er siapa juga yang mau meluk lo." Dengan sengaja Angela mencengkaram erat bahu Angelo, membuat adiknya meringisi pelan. ... "Mama!" Angela berteriak dari atas motor, gadis itu segera turun saat Angelo baru saja berhenti. "Lo ya, gue belum berhenti secara sempurna, lo udah turun. Kalau jatuh gimana." Teriak Angelo, bukanya meminta maaf Angela malah langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mama--" Angela langsung memeluk Kemala yang sedang menyiapkan makan malam. "Mandi dulu," seru Kemala, bibir Angela mengerucut. "Angel udah laper ma." Kemala malah tidak memperdulikan rengekan puterinya itu. "Mandi dulu." Angela menghela napas kesal, lalu berjalan malas menuju kamarnya. "Helmnya di lepas dulu." Langkah Angela terhenti, ia melirik Angelo yang sedang duduk di anak tangga. "Bukain, tadi pagi nggak bisa kebuka sendiri." Angelo menggelengkan kepalanya, Kadang-kadang Angela itu jinak padanya. "Nanti gajian beli helm baru, helm udah tua masih juga di pake." Bibir Angela kembali mengerucut. "Di bilangin juga, uang yang tadi buat nambahin." Mata Angela berbinar, lalu memeluk Angelo, "Tau aja lo." Angelo menyentuh kepala Angela. "Lo aja yang aneh, gue udah baik lo yang nggak percayaan." "Iya deh, percaya. Gue mau mandi dulu, ada berita penting yang gue mau sampaiin," kata Angela sambil melepas pelukannya. "Lo naik gaji ya?" Angela menggelengkan kepalanya, namun mengangguk singkat setelahnya. "Mama--" Kemala tersenyum kecil, "kenapa?" Angelo nyengir sambil mengusap tengkuknya pelan. "Kenapa masih betah sendiri." "Aduh ma!" Teriak Angelo kesakitan, mama dan kakaknya hobi memukul ternyata. "Jawaban udah kamu tau, kenapa nanya lagi sih," gerutu Kemala, sambil menyiapkan piring. "Hehehe iseng aja, ma." Angelo terkikik pelan, lalu terdiam menatap Kemala. Mamanya masih sangat muda saat melahirkanya dan Angela, di usia 37 Tahun, mamanya masih telihat seperti gadis, tidak ada yang tahu wanita itu sudah memiliki dua anak remaja. "Mama, Angel pindah devisi!" Angela berkata dengan intonasi yang keras, dan membuat Angelo tersedak teh tawarnya. Terdengar suara batuk yang tiada henti. Gerakan Kemala terhenti, "Gantiin Nari ya?" Angela mengangguk-anggukan kepalanya. Perihal pemindahan Angela, Nari sempat meminta ijin pada Kemala. Kemala awalnya ragu, namun ia tidak ingin Nari curiga atas sikapnya, hanya tiga bulan, orang itu tidak akan bisa menemukannya. "Gaji lo naik dong?" Tanya Angelo, lelaki itu masih terbatuk-batuk. Angela menaikan kedua bahunya, "Nggak mungkin deh, tapi berita pentingnya, Angel dapat motor inventaris!" Angela berteriak heboh, dan hampir membuat Angelo tersedak lagi. "Bisa nggak kalau lo mau teriak, bilang-bilang. d**a gue sakit karena tersedak mulu." Angelo menatap tajam Angela. Senyum di wajah Kemala mendadak luntur, "Maafin mama, belum sempet beliin kamu motor." "Bukan maksud Angel gitu ma, Angel--" "Mama ngerti, maafin mama ya. Nanti kalau ada uang kita beli, jangan pake tabungan kamu." Kemala mengusap pelan rambut Angela, ia merasa bersalah, karena tidak bisa membelikan sang puterinya kendaraan. "Nggak jadi beli motor, rumah yang jadi renovasi ma." Angela memeluk pinggang Kemala dengan erat. "Ekhhmm---, Cacingnya udah pada konser nih." Angela melepas tautan tanganya dari pinggang Kemala,lalu menatap Angelo malas. "Kalau mau makan ya makan aja," seru Angela. "Nggaklah, kita harus makan bareng, doa bareng. Benerkan ma?" Kemala menganggukan kepalanya lalu duduk di kursinya. "Doa dulu, Angelo pimpin doanya." "Siap Ma, lo jangan makan dulu,"seru Angelo saat melihat Angela yang sudah mengambil sendok. "Gue cuma mau naruh nih sedok kok." Angela berkilah, lalu menatap Angelo tajam. "Angel--" Angela dan Angelo akhirnya terdiam, Angelo memimpin doa, setelahnya mereka bertiga makan dalam diam, aturan yang di buat Kemala, tidak ada yang berbicara saat di meja makan dan tidak ada ponsel sekitar meja makan. ... "Tahun depan Angelo, udah semester lima, kamu yakin nggak lanjut kuliah lagi?" Kemala mengusap pelan rambut Angela, ketiganya sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton Drama Korea. "Nggaklah mama, Angel mau ngambil sertifikasi lewat platform online aja." Kemala menghela napas panjang. "Maafin mama, karena maksa kamu masuk ke dokteran," ucap Kemala pelan. Angela segera bangun dari pangkuan Kemala. "Mama nggak salah, Angela yang merasa kemampuan Angel nggak di bidang itu. Mama jangan merasa bersalah lagi Okey." Kemala tersenyum, lalu memeluk Angela. "Wih nggak ngajak-ngajak." Angelo baru saja datang dari dapur, lelaki itu membawa buah yang sudah di potong-potong. "Iri aja lo," seru Angela sambil pindah ke posisi semula. "Udah dari tadi juga, giliran gue yang di usap-usap kepalanya sama mama." Angelo menarik pelan tangan Angela. "Nggak mau, siapa cepat di dapat." Angela memeletkan lidahnya. "Angelo tidur di bagian sini sayang." Angelo tersenyum lalu, merebahkan kepalanya di samping kanan Kemala. "Njel, bagi bantalnya, kepala lo kan kecil." Angela memutar bola matanya malas, ternyata Angelo ingin memulai perperangan ternyata. "Mama, kayaknya kalau punya adik lagi kayaknya seru nih. Kayak Dimas,sekarang adiknya sedang lucu-lucunya." Perkataan Angelo sedikit membuat Kemala terkejut, "Ngurus kalian aja udah pusing, gimana mau nambah lagi. Yang paling bener tuh, kamu belajar dulu, cari kerja, nikah, punya anak, ngapain suruh mama hamil lagi, terus siapa yang mau ngehamilin mama." "Ya Papa lah," sahut Angela dan Angelo berbarengan, hal itu membuat wajah Kemala mendadak pias. "Papa kalian udah punya keluarga lengkap, jangan ungkit-ungkit itu lagi." Angela dan Angelo terdiam. Angela meruntuki Angelo yang memancing segalanya. Sialan Angelo itu. Papa, sepanjang hidupnya Angela tidak pernah tau lelaki itu siapa. Siapa orangnya, dimana tinggal dan bagaimana lelaki itu sekarang. Saat berusia 16 Tahun, semua kebenaran Kemala bongkar di hadapanya dan Angelo. Bagaimana mereka bisa hadir,dulu saat lulus SMA mamanya mulai magang di sebuah perusahaan, mama jatuh cinta dengan atasnya, cinta mama berbalas, mereka sering memadu kasih, namun saat mama ingin memberitahukan kalau dia hamil, kenyataan terbuka, menurut mama, atasannya itu sudah memiliki keluarga saat itu mamanya bahkan memergoki sang pacar bersama istrinya sahnya sedang b******u di ruanganya, Kemala memilih pergi. Namun, semenjak mamanya menceritakan itu. Satuhal yang membuat Angela ragu kalau papanya sudah menikah, entah cuma persaanya yang takut, kalau cerita versi mamanya itu benar-benar terjadi, hatinya pasti akan hancur lebur. Angela terdiam, ia dan Angelo langsung bangun dan memeluk Kemala erat. "Maafin kami ma--" kata Angelo, Kemala menghela napas berat. "Kalian nggak salah, mama yang salah. Jangan ikutin apa yang mama lakukan dulu ya." TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD