CHAPTER 2

1994 Words
Anila memperhatikan penampilannya di depan cermin dengan teliti. Gaun hitam yang membalut tubuhnya terlihat begitu cantik dan cocok buatnya. Anila akui, tubuhnya tidaklah seindah tubuh-tubuh wanita lain yang biasanya menjadi idaman banyak lelaki, tapi Anila bisa memastikan kalau tubuhnya juga cukup proporsional untuk bisa disukai dan dinikmati pria. "Gaun ok. Make-up ok. Lipstick ok. Senyum cantik. Overall, perfect,” Anila memuji bayangannya sendiri yang terpantul di dalam cermin. Anila saat ini sedang mencek ulang seluruh penampilannya buat malam ini. Anila melakukan ini semua sebelum dia berangkat ke rumah Tio. Malam ini Anila harus memastikan semua rencananya berjalan dengan lancar karena Anila telah menyiapkan semua untuk malam ini dengan sangat baik dan matang. Hari ini adalah hari ulang tahun Tio, kekasih Anila. Sebenarnya Anila tidak hanya menyiapkan kejutan saja, Anila juga menyiapkan sebuah perayaan kecil untuk merayakan ulang tahun Tio. Anila bahkan telah menyiapkan kado lainnya untuk Tio selain dari dirinya. Kado yang sebenarnya sudah disiapkan dari jauh hari bahkan sebelum Anila mendapatkan ide untuk menjadikan dirinya sebagai kado untuk Tio. Berbekal dengan membaca buku dan mendengarkan saran dari teman-temannya, Anila mempersiapkan dirinya untuk malam ini. Salah satu hal yang paling penting berdasarkan saran teman Anila dalam persiapan bercinta adalah pemilihan terhadap pakaian dalam yang akan Anila gunakan malam ini. Untuk itu, Anila lebih memilih untuk menggunakan pakaian dalam unyu-unyu daripada pakaian dalam seksi dan menantang yang Anila yakini tidak akan cocok dengannya. Deva pernah bilang ke Anila kalau badan dia itu bukan badan yang pantas buat diumbar-umbar. Badannya terlalu pas-pasan untuk dipamerkan. Perkataan Deva itulah membuat Anila akhirnya selalu memilih memakai pakaian yang pas-pasan. Tidak terbuka dan tidak tertutup juga. Untuk saran teman-temannya itu, Anila sangat berterima kasih. Saran dan bantuan teman-temannya itu sangat membantu Anila. Jangan tanya teman yang mana yang Anila maksud karena yang pasti bukan Deva orangnya. Mengingat nama Deva saja membuat Anila selalu kesal belakangan ini. Itu semua karena Deva dengan kejamnya mengabaikan dia dan permintaan tolongnya. Padahal Anila tidak meminta Deva menyiapkan semua kejutan untuk Tio itu, dia hanya minta tolong untuk diajari cara merayu pria yang baik dan benar. Pengalaman Deva sebagai playboy, cukup menjadi alasan bagi Anila untuk menjadikannya sebagai tempat untuk berguru dan menimba ilmu. Tapi sialnya, selain dari nasehat yang terkesan menyuruhnya untuk membatalkan niatnya untuk tidur dengan Tio, Deva tidak pernah lagi bisa ditemui Anila sejak hari itu. Deva selalu menolak untuk bertemu Anila. Tidak hanya itu, Deva juga lebih sering me-reject panggilan Anila beberapa hari belakangan ini, Anila tau kalau Deva sengaja. Sekalinya sambungan telepon mereka tersambung Deva selalu mengalihkan pembicaraan mereka kalau Anila sudah mulai mengajukan pertanyaan yang menjurus keulang tahun Tio. 'Cih,' begitu Anila selalu berdecih setiap kali Anila mengingat sikap Deva kepadanya belakangan ini. Padahal kalau dipikir-pikir Anila selalu membantu Deva ketika pria itu bermasalah dengan para wanitanya. Yaps, para wanita Deva. Begitu banyak wanita yang menginginkan Deva, hingga membuat Deva dengan senang hati menerima mereka dengan syarat kalau hubungan dia dengan para wanita itu hanya sekedar teman kencan semalam. Bodohnya, mereka setuju saja dengan syarat Deva itu, tapi beberapa dari wanita itu ternyata tidak terima. Mereka mulai bicara soal perasaan dan mulai bertingkah posesif, hal itu membuat Deva jengah. Saat Deva mulai jengah Deva akan meminta tolong pada Anila untuk membantunya menyingkirkan para wanita-wanita itu. Meski Anila tidak suka membantu Deva untuk masalah yang seperti ini, tapi pada akhirnya Anila akan membantu Deva juga. Anila sebenarnya tidak menyukai kebiasan Deva yang seperti ini. Tapi Anila tidak pernah bisa menegur atau memperingati Deva soal kebiasaan buruknya ini. Anila cukup tau diri dengan mengingat batasan dia yang hanya sahabat bagi Deva. Selain itu, Anila tau apa yang membuat Deva menjadi pria b******k seperti sekarang. Anila berpikir, mungkin dengan Deva melakukan itu sedikit luka hati Deva bisa sembuh. *** Anila menunggu kehadiran Tio dengan sabar di dalam apartemen pria itu. Meski jam sudah menunjukkan jam 10 malam, tapi Tio belum juga pulang. Padahal biasanya Tio sudah pulang sekitar jam 6 atau 7 malam. Meski bosan Anila tetap bertahan menunggu sang kekasih sambil menyibukkan dirinya dengan memainkann HP miliknya. Anila tidak akan menyia-nyiakan usaha dan pengorbanannya selama satu minggu ini untuk memberikan kejutan dan malam yang indah buat Tio, hanya karena sudah kebosanan menunggu Tio selama 3 jam ini. Anila mengingat kembali perjuangannya selama satu minggu ini untuk memberikan Tio kejutan. Anila mencueki dan mengabaikan sang pacar, membuat Tio mencari-carinya. Anila membuat Tio penasaran dengan keberadaannya selama dia menghindari Tio. Meskipun Anila yang menghindari Tio, tetap saja semua pelakuannya itu membuat Anila tersiksa juga karena rindu kepada Tio. Malam ini Anila janji akan melepaskan semua rasa bersalahnya itu pada Tio. Anila akan memberikan malam terbaik buat Tio. Klikkk... bunyi tanda pintu apartemen Tio dibuka. Yakin kalau itu adalah Tio, membuat Anila segera berlari kecil dengan hati-hati menuju dapur milik Tio. Anila bersiap dengan mulai menghidupkan lilin berbentuk angka 25 yang berada di atas sebuah chocolate cake kesukaan Tio. Beruntung tadi Anila tadi sudah mematikan seluruh lampu dan sumber cahaya lain yang ada di apartemen Tio, jadi keberadaannya tidak mudah ditemukan. Namun semua gerakan Anila itu terhenti ketika dia mendengarkan suara desahan pria dan wanita dari arah pintu masuķ apartemen Tio. Suara desahan itu semakin jelas saat Anila mencoba mendekat kearah pintu masuk apartemen Tio itu. Anila kenal dengan salah satu pemilik suara itu, Anila hanya tidak ingin kalau dugaannya ternyata benar. Tangan Anila bergetar, kakinya terasa kaku dan menempel ditempatnya berdiri sekarang. Airmata Anila bahkan sudah menggenang di kelopak mata gadis ìtu tanpa disadarinya. Tetapi Anila tetap berusaha untuk poisitive thinking, berdoa dalam hati kalau itu bukanlah suara milik orang yang ada dipikirannya saat ini. Dengan berat dicobanya lagi berjalan menuju tempat darimana suara desahan itu berasal. Namun kakinya terhenti lagi setelah melihat sepasang manusia yang tengah b******u di depan pintu masuk apartemen Tio. Seketika badan Anila berubah menjadi kaku seperti tersiram air es saat melihat semua pemandangan didepannya. Ternyata dugaannya benar, pria yang tadi mengeluarkan desahan itu adalah Tio, kekasihnya. Sekarang bukan dia yang memberi kejutan pada Tio, tapi dia yang diberikan kejutan oleh Tio. "Aaahh not here baby," kata wanita yang bersama Tio itu bersamaan dengan desahannya. Namun Tio tetap menciumi wanita yang mendesah itu, seolah tidak peduli dan tidak mendengar rengekan si wanita tadi. Tio semakin menggerayangi tubuh wanita yang didempetnya itu, bahkan kini tangan Tio dengan sigap dan ahlinya membuka gaun yang menutupi tubuh wanita yang bersamanya. "Auhhh... ahhhh... yes yes... in there baby," racau wanita dalam dekapan Tio itu lagi ketika ciuman Tio tidak lagi di bibir si wanita. Ciuman Tio saat ini sudah berpindah ke salah satu puncak d**a si wanita. Tidak hanya memberi ciuman, sekarang Tio juga memberika hisapan dan jilatan yang membuat Anila merasa mual. "Oh my God Nya, lo nggak tau betapa gue memuja tubuh lo ini. Gue rela ngelakuin apapun buat memasuki tubuh lo lagi dan lagi" ucap Tio. Suara Tio serak, berat dan parau. Tio mengatakan itu tanpa harus meninggalkan kegiatannya yang masih masih menciumi d**a si wanita. "Ta.. tapi Tio bagaimana de.. dengan pacar... muhhh" desah si wanita yang tampaknya tak tahan lagi dengan semua hasrat yang sudah muncul hasil dari sentuhan Tio padanya. Seketika semua kegiatan Tio berhenti. Ditatapnya wanita yang penampilannya sudah berantakan dan itu dengan dingin dan datar. "Jangan membicarakan dia ketika kita sedang bersama, dia memang pacar gue, gue sayang sama dia. Tapi gue nggak berhasrat ama dia, badan dia bukanlah badan yang bisa ngebuat gue bisa dengan mudahnya berhasrat atau b*******h. Dia masih seperti anak-anak buat gue," Tio berkata dengan nada dinginnya. Suasana yang awalnya penuh hasrat tiba-tiba berubah menjadi canggung dan dingin. Sampai akhirnya suara handphone milik Anila membuyarkan suasana canggung yang terjadi diantara kedua manusia itu. "Anila..." panggil Tio tertahan. Anila tau kalau namanya baru dipanggil Tio. Hanya saja Anila terlalu syok hingga membuat Anila tidak menjawab atau melakukan respon apapun untuk membalas Tio. Pikiran Anila terlalu sibuk menelaah semua kejadian yang dilihatnya itu, untuk bisa menanggapi panggilan Tio saat ini. Tio sendiri sungguh tidak menyadari kehadiran gadis itu diruangan ini kalau bukan karena dia mengenali ringtone Anila. Anila masih terdiam di tempat dia terakhir kali dia berdiri. Sudah menjadi kebiasaan Anila untuk terdiam mematung ketika dia merasa shock. Rasa shock Anila selalu mampu membuat otak Anila kesulitan untuk berpikir hingga membuat Anila linglung dan sulit menanggapi keadaan dengan cepat. Seperti saat ini, Anila tidak tau kalau handphone-nya berdering. Barulah didering kedua Anila sadar dari keterkejutannya. "Anila... apa yang kamu lakukan disini?" tanya Tio pelan sambil berjalan pelan untuk menjangkau Anila. Saat Tio berhasil menjangkau Anila, pemikiran akan penghianatan Tio membuat Anila merasa muak terhadap Tio. Dengan cepat Anila menepis tangan Deva dari lengannya. Ditatapnya Tio dengan tatapan nyalang lalu satu tamparan Anila layangkan di pipi Tio. "I hate you jerk, i hope this is our last time to meet each other. You waste my time all this time. This is end of our relationship," kata Anila datar. Melupakan tas dan handphonenya, Anila langsung berlari keluar dari apartemen Tio. Anila mengabaikan semua panggilan dari Tio ketika pria berusaha untuk mengejarnya. Hanya demi menghindari Tio, Anila bahkan rela bersembunyi di parkiran basement apartemen Tio yang gelap. Padahal Anila begitu membenci tempat gelap. Seandainya melenyapkan Tio bisa dia lakukan sekarang, maka Anila akan melenyapkan Tio saat ini juga. Anila tidak akan sudi untuk bertemu atau berbicara dengan Tio meski hanya sebentar. Setelah memastikan Tio tidak dapat menemukannya lagi, barulah Anila keluar dari persembunyiannya, Anila lalu berjalan tidak tentu arah sambil menangis. Anila menyusuri jalanan Jakarta tanpa tau kemana langkahnya pada akhirnya akan berujung. Pikiran Anila terlalu penuh dengan bayangan Tio dan wanita tadi hingga membuat otak dan hatinya tidak bisa memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang. Hubungan Anila dan Tio bukanlah hubungan yang masih seumuran jagung, hubungan yang masih berada dalam tahap bermain-main. Menurut Anila hubungan mereka sudah cukup matang hingga mampu membuat Anila berpikir untuk membawanya sampai kejenjang pernikahan. Tidak hanya sampai disitu, hubungan mereka ini bahkan sudah membuat Anila berani membayangkan dan merencanakan, bagaimana kehidupan dia dimasa depan bersama Tio dan anak-anak mereka nanti. Tetapi sepertinya Anila terlalu naif dengan hubungan yang mereka jalani selama ini. Tio tidak pernah mencintai dia selama ini, buktinya Tio mampu berhubungan badan dengan wanita lain disaat dia sedang terikat dengan Anila. Tio memang mengatakan kalau dia mencintai Anila tadi, tapi Anila tidak akan percaya kata-kata cinta semudah itu lagi. Anila tidak mau terlalu naïf lagi dengan semua perkataan manis laki-laki. Anila tidak mau jadi wanita bodoh. Sialnya, Anila selain menyadari kalau Tio tidak mencintai dia, Anila juga baru menyadarinya sekarang kalau Tio memandang dia sebelah mata. Tio mengatakan kalau tubuh Anila tidak membuatnya b*******h dan juga masih menganggapnya seperti anak-anak. Seharusnya waktu Tio mengatakan itu tadi, Anila lempar saja kepala pria itu dengan teflon yang ada di apartemen-nya. Perkataan pria itu menghancurkan rasa percaya diri yang Anila miliki selama ini. Anila membayangkan soal perselingkuhan Tio lagi, membuat Anila tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti. Menurut Anila, seharusnya cinta dan seks berjalan beriringan. Ketika kamu mencintai seseorang, barulah kamu bisa berhubungan badan dengannya. Begitulah apa yang Anila pikirkan selama ini, tapi sepertinya tidak begitu bagi sebagian orang, apalagi dengan Tio dan Deva. Kemarin Anila sempat bertanya kepada Deva, bagaimana Deva bisa melakukan hubungan s*x dengan wanita yang bahkan baru dikenalnya. Saat itu Deva mengatakan kalau s*x itu bukan soal cinta tetapi soal nafsu, akhlak dan akal sehat. Deva sudah berusaha menjelaskannya, tetapi Anila tetap saja tidak bisa terima penjelasan Deva itu. *** Langkah Anila terus bergerak menyusuri jalanan Jakarta. Pikiran Anila terlalu penuh dengan perselingkuhan Tio hingga membuat Anila tidak mampu berpikir dengan logikanya lagi. Makanya Anila berjalan dan tidak memperdulikan bisik-bisikan dan tatapan-tatapan ingin tahu dari orang-orang yang sekarang melihatnya. Anila tidak peduli orang berpikir dan berkata apa soal dia, kenapa dia harus peduli dengan orang lain ketika orang yang dicintainya bisa menghianatinya dan hanya memandang dia sebelah mata?. Perkataan Tio tadi lebih pantas untuk Anila pedulikan daripada perkataan dan pemikiran orang yang tidak mengenal Anila secara langsung seperti sekarang ini. Perkataan Tio tadi membuat Anila berpikir kalau kekurangannya dimata Tio itulah yang akhirnya membuat Tio selingkuh darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD