2 - Pengen Sugar Daddy

1073 Words
Rendra kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal. Ingatannya kembali pada kejadian saat di mall tadi, seorang gadis yang masih mengenakan pakaian putih abu dengan lancangnya meminta dirinya untuk jadi sugar daddy? Minus akhlak! Dia memang duda, tapi mendapat tawaran seperti ini Rendra merasa dilecehkan. Apakah hidupnya terlalu ngenes sehingga dia butuh sugar baby? Kehidupan ranjangnya menjadi dingin pasca perceraian dirinya dengan Mawar? Tidak. Rendra sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan jatuh cinta lagi pada wanita. Rendra terlalu takut kalau dia akan menyakiti wanita yang dicintainya, Rendra terlalu takut kalau dia akan kembali gagal dalam soal percintaan. Rasa takutnya membuat Rendra tak membuka hatinya lagi untuk wanita. Meski Mirna beberapa kali meminta Rendra untuk kembali menikah tapi duda tampan yang satu itu selalu menolaknya dengan berbagai macam alasan. Rebahan di atas kasur, dan memilih untuk tidur karena besok pagi dia akan menjemput Abian ke Kuningan, setidaknya dia harus menampilkan penampilan terbaiknya untuk bertemu anaknya. ***** Sedangkan di dalam sebuah mall, segerombolan anak sedang asik ngobrol ngalor-ngidul karena kebetulan tugas mereka sudah selesai dikerjakan, dan kini saatnya mereka mengobrolkan sesuatu yang seru. "Eh, katanya si Tia itu punya sugar daddy, lho." Kania, gadis manis dengan lesung pipi di wajahnya membuka obrolan antara mereka kala itu. "Hah, Tia? Si kalem itu?" sahut Maya. "Iya, aku denger dari temennya temen aku, dia liat Tia masuk ke hotel sama om-om gitu." Kania masih berghibah ria. "Ya wajar ajalah dia jadi sugar baby. Kelakuan udah kaya orang kaya, HP iPhone, tas Chanel, sepatu Gucci, tapi kerjaan orang tuanya jualan nasi uduk. Masuk akal ga, tuh?" timpal Maya. "Bener banget, tuh! Kalo mau bergaya, ya sesuaikan sama bajet dompet, lha. Ini bajetnya cuma 500 ribu, tapi pengeluarannya sampe juta-an!" Kania jadi kesal sendiri. Sandra hanya menatap orang yang berlalu lalang sambil mendengarkan ocehan teman-temannya. Sebuah ide gila tak sengaja melintas di kepalanya, dan membuat kedua sahabatnya bengong. "Kalo aku punya sugar daddy, gimana, ya?" gumam Sandra sambil terus menatap orang yang sedang berlalu-lalang. "Hah?" sahut Kania dan Maya berbarengan. "Kalo aku punya sugar daddy gimana, ya?" "Heh, kamu ngelawak?" sentak Kania. "Nggak, aku ga ngelawak, tuh!" sahut Sandra santai. Maya dan Kania tertawa bersama, menertawakan ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya Sandra. Punya sugar daddy? Ngelaw banget emang! "Kamu punya sugar daddy buat apa, sih? Duit udah melimpah gitu, pengen apa-apa tinggal beli ga usah nabung kayak kita-kita." Maya mulai ngegas. "Bener nggak, Kan?" tanya Maya pada Kania. "Bener banget, tuh! Kamu kalo pengen iPhone promax juga ga usah jual ginjal dulu, San. Ga kayak kita, pengen iPhone itu sampe kayak ibu-ibu yang lagi ngidam mangga muda di musim pete!" ujar Kania. "Masih untung kita ga open BO juga, ya?" Kania melirik Maya. "Iya, untungnya akal sehat kita masih berjalan dengan baik." Sandra menghela napas, dia merasa kesal dengan tanggapan yang diberikan oleh kedua sahabatnya. Bukan perkara uang, karena Sandra tak pernah kekurangan uang sedikit pun. Hidup bergelimang harta, tak membuatnya bahagia. Ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang tak Sandra bisa dibeli dengan uang. Papanya Sandra memiliki beberapa mall di Jakarta, belum lagi di daerah lainnya sampai-sampai Sandra lupa di mana saja tempatnya. Menjadi anak tunggal membuatnya sangat kesepian dan selalu diliputi oleh rasa hampa. "Aku pengen punya sugar daddy bukan untuk masalah uang jajan atau apalah itu. Kalian juga tau, kekayaan papa nggak akan habis sampai tujuh turunan, tujuh belokan, tujuh tanjakan." Maya dan Kania berdecak kesal karena kesombongan yang baru saja dilakukan oleh Sandra. Ingin marah, tapi memang kenyataannya seperti itu. "Terus gara-gara apa, sampai kamu pengen punya sugar daddy, hem?" tanya Kania lembut. Sandra tak langsung menjawab, gadis itu termenung dahulu memikirkan apa alasan apa yang membuatnya ingin punya sugar daddy. "Aku ... kesepian." Sandra menjawab pertanyaan Kania dengan tatapan kosong. Kania dan Maya saling menatap satu sama lain. Memang mereka pun kalau ada di posisinya Sandra, pasti sudah tak betah meski banyak uang sekali pun. Mereka tau, sangat tau bagaimana kehidupan Sandra di dalam rumah. "Ah, kamu kok ngomong gitu, sih?" tanya Maya sambil merangkul pundak Sandra. "Iya, nih! Terus kamu anggap kita sebagai apa? Hah?" timpal Kania. "Bukan gitu, udah jelas kalian itu orang-orang yang paling ngerti aku dan selalu ada buat aku. Tapi, aku pengen dapetin kasih sayang dari sosok papa, Kan, May. Meski itu hal yang mustahil, tapi mungkin saja bisa aku dapatkan kalau punya sugar daddy." Duh, Maya dan Kania saling menatap satu sama lain. Mereka jadi bingung sendiri, ingin membenarkan argumen Sandra, tapi bagi mereka itu adalah hal yang salah, karena bagaimana pun kalau punya sugar daddy pasti harta karun milik Sandra akan dirampas oleh sugar daddy-nya. Hitung-hitung sebagai bayaran atas perhatian yang diberikan oleh sugar daddy-nya. Tapi kalau menyalahkan pendapat Sandra, bagaimana pun gadis itu pasti ingin merasakan kasih sayang seorang papa yang tak pernah Sandra rasakan selama hidupnya. Kania dan Maya langsung memeluk Sandra berbarengan. Memeluk gadis yang sudah menjadi sahabat mereka sejak 3 tahun yang lalu. "Lakukan apa yang kamu inginkan, asal kamu bahagia," bisik Kania tepat di telinga kirinya Sandra. "Makasih, Kan." Acara mellow mereka berakhir saat Sandra tiba-tiba saja ingin makan es krim. Sandra mengurai pelukan antara mereka, bergegas bangkit lalu menatap kedua sahabatnya. "Mau kemana?" tanya Maya dan Kania berbarengan. "Mau beli es krim, mau?" "Nggak, kamu aja, deh." Maya menolak. "Serius ga mau?" tanya Sandra sekali lagi untuk memastikan. "Iya, udah kenyang kita. Kamu aja sana," ujar Maya. Sandra hanya mengangguk, bergegas membeli es krim yang ia inginkan. Memesan sambil bersenandung, sambil senyum-senyum sendiri membayangkan kalau seandainya dia punya sugar daddy, pasti akan sangat menyenangkan. Pesanan es krimnya sudah jadi, dengan ceria Sandra hendak kembali ke meja setelah dia menjilatt es krim yang ada di tangannya. Mata Sandra yang tidak melihat jalan karena fokus melihat es krim di tangannya, gadis itu tak sengaja menabrak seseorang. "Eh - eh, maafin, Om! Aku ga sengaja," ucap Sandra sambil membersihkan kemeja laki-laki yang ia tabrak, kotor gara-gara dirinya. Dengan dinginnya, laki-laki itu menepis tangan Sandra. "Sudahlah, lain kali hati-hati," ucap lelaki itu dingin. Sandra mendongakkan wajahnya, menatap laki-laki yang baru saja ia tabrak. Tubuhnya yang tinggi, wajahnya yang terlihat dewasa belum lagi rahangnya yang tegas, membuat laki-laki itu terlihat sangat tampan. Dan Sandra yakin, kalau laki-laki yang baru saja ia tabrak tadi, adalah laki-laki yang sudah matang alias om-om. Tak ingin kehilangan jejak, Sandra langsung menahan lengan lelaki itu. "Om, mau jadi sugar daddy aku?" tanya Sandra to the point. "Apa?" Laki-laki itu menyipitkan matanya. "Be my sugar daddy, please!" pinta Sandra sekali lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD