Pos Komando

2539 Words
Setelah dia kembali mengeluarkan tangannya dari air, ternyata dia menarik semua barang-barang Lisa yang tadinya tidak ada. Dan seketika Lisa terjatuh tidak sadarkan diri ke dalam pelukan Drago. Oleh karena itu, Drago meletakkan tubuh Lisa di atas sebuah batu besar yang ada di pinggir air terjun. “Maafkan aku. Ini semua terpaksa aku lakukan, aku akan mengikutimu tanpa harus mereka mengetahuinya.” “Kali ini, untuk pertama kalinya aku merasakan sulit melepaskan seseorang.” “Aku akan membawamu kembali. Setelah misiku selesai.” Drago membelai wajah Lisa yang cantik, dan halus terawat. Selanjutnya, dia menghilang dan kembali terlihat di balik semak belukar yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia. Tidak lama setelah itu, rombongan TIM SAR beserta Sona Sumu, dan kawan-kawan. Tiba di lokasi air terjun. Dengan mata yang cekatan Sona Sumu yang pertama kali melihat tubuh Lisa terbaring di atas batu. “Sa!” “Lisa!” “Hoi! Itu Lisa” pekik Sona Sumu kepada semua orang. Ia berlari dengan sekuat tenaga. Dengan rasa cemas, yang mendalam Sona Sumu langsung memeluk tubuh Lisa. Yang masih terbaring tak berdaya. “Lisa! Kamu kenapa?” terlihat jelas kekhawatiran yang tergambar di wajah Sona Sumu. Dari kejauhan Drago memperhatikan gerak-gerik semua orang. Yang mengitari tempat itu. Di samping itu, tidak luput juga perlakuan, Sona Sumu terhadap Lisa yang tampak sangat intens. “Eggh!” Lisa tersadar dari pingsan yang dialaminya. Sontak saja Sona Sumu terlihat sangat lega. “Terima kasih, Tuhan.” Sona Sumu mengungkapkan rasa syukurnya karena Lisa masih selamat. “Sona?” Lisa masih terlihat belum sadarkan diri sepenuhnya. Tanpa basa-basi, Sona Sumu memeluk tubuh Lisa dengan erat. Dia menunjukkan betapa khawatirnya ia saat kehilangan Lisa. Akan tetapi, Lisa tampak biasa saja. “Kenapa ‘sih kamu ini kalau dibilangi selalu bandel! Akhirnya, apa yang aku takutkan terjadi!” ujar Sona Sumu. Saking khawatirnya Sona Sumu malah mengomeli Lisa. Dan sontak saja, hal tersebut mengundang tawa orang-orang yang ada di dekat mereka. “Pak! Kalau pacarnya ketemu itu disayang, bukannya, diomeli!” Raka yang memang notabenenya dekat dengan Sona Sumu berani berkomentar. “Diam kamu, Bocah Tengil!!” Sona membalasnya dengan ketus. Dia melepaskan pelukannya, dari tubuh Lisa. Lalu membantu Lisa untuk duduk di hadapannya. Lisa tampak mencari-cari sesuatu. Ia menoleh ke kanan, dan juga ke kiri. Sona Sumu yang melihatnya mengikuti arah padangan Lisa. “Kamu cari apa?” tanya Sona Sumu dengan nada yang lembut. Sangat berbeda pada saat dia sedang mengomeli Lisa beberapa saat yang lalu. “Aku cari cowok yang menolong aku. Tadi dia ada di sini!” Lisa masih tampak mencari sosok yang dicarinya. Namun, sayangnya dia tidak menemukan apa yang dia cari. Sedangkan, di balik semak belukar lereng air terjun Drago melihat Lisa dengan sorot mata yang tajam. Dari tatapan matanya yang mematikan. Jelas sekali terlihat Drago cemburu pada kedekatan Sona Sumu, dan Lisa. Tarikan napasnya, terdengar memburu. “Mungkin kamu hanya berimajinasi. Ayo, kita pulang!” Sona Sumu ingin membantu Lisa berdiri. “Aghh!” Lisa berteriak saat dia ingin berjalan. “Kamu kenapa! Apa yang luka?” Sona Sumu langsung panik. “Aku enggak kuat jalan! Kaki rasanya kesemutan dan lemes banget.” Lisa tampak menahan rasa sakit dan ngilu. Tanpa pikir panjang. Sona Sumu berjalan ke depan tubuh Lisa. Lalu, dia berjongkok tubuhnya yang tegap. Tampak kokoh dengan kuda-kuda yang tepat. “Ayo naik ke punggung aku!” dengan gagah Sona Sumu meminta Lisa menaiki punggungnya. “Tapi, kita akan melalui tanjakan, Son.” Lisa tampak ragu. Dikarenakan, medan yang akan ditempuh sanggatlah terjal. “Aku tidak selemah itu Lisa! Berat kamu itu cuman 44 kg jadi, terlalu gampang untukku tenteng.” Mendengar perkataan Sona Sumu yang begitu remeh. Raka malah kembali berujar meledek Sona Sumu, “plastik, kali Pak ditenteng, hahaha.” Suara tawa Raka menggema. Raka berlari ke arah bagian depan. Melihat Sona tampak geram dengan ulahnya. Raka memang selalu saja mengganggunya. Namun, karena ada Lisa di hadapannya Sona Sumu kembali mengacuhkan Raka. Bagi Sona Sumu, wanita yang ia cintai jauh lebih membutuhkannya. “Ayo naik!” kata Sona mengulangi perkataannya kembali. “Enggak, Pak, saya enggak bisa,” tolak Lisa dengan tegas. Yang mana pada akhirnya, Tim SAR memutuskan untuk menurunkan tandu melalui sebuah Helikopter. Para karyawan kantor yang lainnya hanya bisa terdiam tanpa banyak komentar. “Tunggu aku di sana, Ratuku.” Drago memandang tajam ke arah tandu yang sedang ditarik oleh Tim SAR ke atas Helikopter. Sedangkan, Sona Sumu langsung berjalan dengan cepat. Agar dia bisa menyusul Lisa. Dia menaiki curam dan licinnya jalan mendaki ke atas tempat berkumpul. Tidak dipedulikan oleh Sona Sumu dengan semangat dia terus saja menerjang segala rintangan. Drrrttt. Telepon seluler milik Sona Sumu bergetar. Dan itu adalah panggilan dari mamanya, Lisa. “Halo Tante.” Sona Sumu langsung menjawab panggilan tersebut, begitu tahu itu dari mamanya Lisa. “Halo, Nak, Sona, bagaimana keadaan di sana?” sangat jelas terdengar rasa cemas yang mendalam dari suara sang ibu. “Semuanya sudah baik saja, Tante, Lisa sudah kami temukan. Ternyata selama 3 hari terakhir dia tersesat dan berhenti pada Air Terjun.” Sona berusaha menjelaskan dengan santai agar Beliau tidak terlalu khawatir. “Ya Tuhan, jadi bagaimana keadaan Lisa saat ini? Apa dia luka-luka atau mengalami sesuatu yang serius lainnya?” “Tidak, Tan, dia baik-baik saja.” “Syukurlah.” Jika, rasa khawatir seorang ibu harus diperhitungkan! Maka, tidak akan ada yang mampu menandinginya. Semua kasih sayang yang diberikan seorang ibu tidak akan bisa digantikan dengan apa pun. Saat ini menjadi bukti bahwa kasih sayang seorang Ibu sanggatlah besar. Sejak hari pertama Lisa menghilang. Beliau sudah bersikeras ingin ikut Tim SAR mencari keberadaan anaknya. Namun, karena bujukan Sona Sumu calon menantu idaman. Akhirnya, beliau mengalah dan bersedia menunggu di pos jaga. “Lisa ditemukan dalam keadaan baik-baik saja, Tan.” Sona Sumu masih berusaha menenangkan hati calon mertuanya. “Syukurlah kalau begitu, Mama jadi sedikit lega mendengarnya. Ya, sudah kalau begitu, Sona cepat kembali, Nak, bawa Lisa kembali secepatnya.” Sona Sumu tersenyum mendengar ucapan sang calon mertua. Sona Sumu lalu, melanjutkan kembali laju jalannya. Setelah sempat tertunda karena panggilan dari mamanya Lisa. “Baik, Tan,” sahut Sona Sumu sebelum panggilan itu diakhiri oleh Beliau. Sedangkan, Drago. Tiba-tiba, sudah berada di atas pohon besar yang sangat rimbun dekat dengan pos jaga. Di mana, Lisa akan beristirahat dan bertemu dengan orang tuanya. “Ternyata, Huli Zhing benar-benar menurunkan kecantikannya pada anaknya. Huin Lisazhing.” “Ternyata, Maha Agung memberikan pengantin yang tepat untukku.” Drago dengan santainya duduk di dahan pohon. Pandangannya mengarah ke arah pos jaga. Senyuman tipis terkembang di wajahnya. Tidak akan ada yang bisa menyadari kehadirannya di sana kecuali, Lisa. Karena hanya, Lisa yang sudah terikat dengannya. Dan tentu akan mengetahui kehadirannya. Jika, jarak mereka sudah dekat seperti jarak pos jaga dan pohon tempat Drago bersantai. “Nah! Ini dia. Akhirnya, datang juga!” kata Drago dengan raut wajah yang tampak bahagia melihat Helikopter yang mendekati tempat itu. “Apa benda itu tidak bisa lebih cepat lagi membawa ratuku turun!” “Lamban sekali benda yang digunakan manusia.” Drago terus berceloteh. Tampaknya ia kesal dengan kinerja helikopter yang membawa Lisa. Yang ia tidak paham adalah, benda itu tidak bisa langsung turun begitu saja. Karena pertimbangan keselamatan. Mamanya Lisa juga langsung berdiri dari duduknya. Saat mendengar suara deruan helikopter di atas sana. Beliau pun tampak kembali ceria saat itu juga. Tidak begitu lama, Lisa turun dengan menggunakan tali yang dibantu seorang Tim SAR. “Mama!!!” teriak Lisa saat sudah menyentuh tanah. Sang ibu langsung berlari menghampiri Lisa. Tangis haru pun pecah. Saat ke duanya saling berpelukan. Drago yang menyaksikan pemandangan itu pun hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya itu hal yang lucu baginya. “Sayang, Mama hampir mati. Selama 3 hari tidak dapat kabar dari kamu.” Lisa terperangah mendengar penuturan sang ibu. Bagaimana mungkin, ia menghilang selama 3 hari. Sedangkan, yang ia rasakan hanya beberapa jam saja. “Apa Ma! 3 hari?” Lisa kembali mengulang perkataan sang mama seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Iya, Sayang. Semua orang panik mencari kamu.” Air mata Beliau tidak dapat terbendung yang akhirnya tumpah dalam pelukan Lisa. “Aku hanya menghilang hitungan jam saja, Ma.” Lisa mencoba mengingat kembali kejadian yang dia alami tadi. “Kamu tidak sadarkan diri, Nak, saat Sona Sumu menemukan kamu tidak sadarkan diri. Sedangkan, Tim yang dipimpin oleh papamu tidak bisa menemukan kamu.” Mama menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Lisa. Namun, masih saja tampak keraguan di wajah Lisa. “Memangnya ada berapa Tim yang dibentuk Ma?” Lisazhing masih tampak belum yakin dengan apa yang dialaminya sudah berlalu berhari-hari. “Ada 3 grup inti yaitu Tim Papa, Jerry, dan juga Sona. Belum lagi Tim yang lain karena Papa tidak ingin kamu sampai tidak ditemukan. Bahkan, ada Tim khusus juga yang dibentuk oleh Papa untuk mencari kamu.” Mama menjelaskan semuanya kepada Lisazhing. Tapi Lisazhing masih tampak kebingungan dengan penjelasan sang mama. Sedangkan, dari atas pohon Drago hanya tertawa. Saat itulah sepertinya Lisazhing mulai menyadari keberadaan Drago didekat-Nya. “Di mana ‘sih dia! Aku ngerasain dia ada di sini tapi di mana?” gumam Lisazhing seraya mengerutkan wajahnya. “Kamu cari siapa Li?” melihat sikap Lisazhing yang seperti orang yang sedang mencari sesuatu. Mama bertanya kepadanya agar semuanya jelas. “Itu loh Ma orang yang nolongin Li pas lagi nyasar itu.” “Orang yang menolong kamu?” dari pertanyaan Beliau dapat disimpulkan bahwa Lisazhing ditemukan dalam keadaan sendiri. “Iya memangnya Sona enggak ketemu dia?” tapi Lisazhing tampak bersikeras bahwa ada yang menolongnya. “Enggak! Ya sudah kamu masuk dulu. Jangan memikirkan hal yang belum jelas.” Mama menuntun Lisazhing masuk ke dalam bangunan pos komando. Lisazhing menggaruk kepalanya tanda dia sedang bingung dengan apa yang terjadi. “Kamu akan bertemu lagi denganku Ratu! Tapi tidak untuk saat ini.” Drago berucap dengan tetap mengawasi Lisazhing dari tempat persembunyiannya. “LISAZHING!!” Terdengar dari kejauhan ada suara Lelaki yang memanggil namanya. Dan itu adalah suara Papa Lisazhing yang sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Putrinya. “Papa?” Lisazhing langsung mengenali suara yang memanggilnya tersebut. Terlihat Papa Lisazhing keluar dari balik pepohonan dan juga semak belukar dengan berlari kecil menuju Pos komando. Dengan menahan tangis dia memeluk Putrinya yang sedang terduduk di Pos komando bersama sang istri. “Sayang apa ada yang luka, Nak? Ada yang sakit, 'kah? Atau kamu kelaparan?” air mata haru tidak dapat dibendung lagi. Papa yang berusaha tegar dan tetap ak gagah saat tahu berita anak satu-satunya menghilang di hutan. “Papa jangan mewek ya, Lisa enggak apa kok Pa.” Lisazhing mengelap air mata yang mengalir di mata sang cinta pertama. Karena Lisazhing adalah anak tunggal maka dia selalu mendapatkan perlakuan yang spesial dari Papanya. Papa hanya terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tanpa mengeluarkan kata Papa tetap memeluk Lisazhing erat. “Papa udah ‘dong.” Rengek Lisazhing meminta Papanya berhenti menangis. Beliau mencoba untuk bisa menghentikan tangisnya. Lalu, berusaha untuk mengucapkan beberapa kata kepada Lisazhing. Sang putri tercinta yang membuat Beliau kalang kabut. Bagi Beliau Lisazhing adalah kekuatan dalam hidupnya. “Lisazhing! Kamu itu satu-satunya yang Papa dan Mama punya di dunia ini. Jadi, kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kamu kami berdua tidak tau harus bagaimana lagi sayang.” Sambil, membelai wajah cantik Putri semata wayangnya. Lisazhing akhirnya hanya mampu menundukkan wajahnya. dia tidak mampu untuk menatap wajah sang papa yang tampak sangat mengkhawatirkannya. Selanjutnya, datanglah Jerry dan Timnya dari balik semak-semak. “Li! Lu enggak apa-apa, ‘kan?” dia menghampiri Lisazhing dengan wajah yang tidak kalah khawatir. “Enggak apa ‘kok, Jer. Gua baik-baik aja.” Lisazhing berusaha tersenyum kepada Jerry agar semua kepanikan yang ada sedikit berkurang. “Yang benar lu?” “Gimana bisa elu bertahan selama 3 hari di hutan sendiri?” Jerry tampaknya sangat penasaran dengan Sepupunya ini. “Kenapa kalian bilang gua mengilang selama3 hari 'sih gua cuman nyasar selama beberapa jam aja perasaan.” Lisazhing masih belum menyadari bahwa waktu di dunia nyata dan di alam gaib memang berbeda. “Jangan bercanda deh lu, Li! Kita semua udah cariin elu selama 3 hari 3 malam non stop!” Jerry mengeluarkan kameranya untuk menunjukkan bukti kepada Lisazhing. Setelah gadis itu melihat hasil jepretan kamera Jerry. Dengan latar mereka semua sejak malam pertama sudah mencari Lisazhing ke mana-mana di sekitar hutan. “Tapi, gua benaran ngerasainnya beberapa jam doang.” Lisazhing dengan polosnya berkata demikian. Yang membuat Jerry seakan teringat sesuatu. “Elu ada ketemu orang, ya?” Jerry tampak antusias menanyai Lisazhing yang terlihat kebingungan. “Iya. ‘Kok elu bisa tau?” Lisazhing sepertinya lupa bahwa Jerry sangat menggemari hal yang berbau mistik. “Dan elu dibawa ke suatu tempat yang belum pernah elu datangi?” Jerry tampak semakin antusias setelah tau jawaban Lisazhing sesuai dengan prediksinya. Saat Lisazhing akan menjawab pertanyaan dari Jerry dia kembali tidak sadarkan diri. Lisazhing terjatuh kembali ke dalam dekapan sang Papa yang saat itu masih duduk di dekat Lisazhing. “Jangan beritahu siapa pun tentang adanya alamku, Nonaku!” dari tempat persembunyiannya Drago mengendalikan tubuh Lisazhing. Dia sengaja membuat Lisazhing kembali tidak sadarkan diri, agar Jerry tidak kembali mengorek informasi dari Lisazhing yang sangat polos. “Bukan hanya wajahnya yang polos tetapi hatinya juga sangat bersih.” Dengan senyuman yang menunjukkan rasa kagum Drago menatap ke arah wanitanya yang tak berdaya. Sedangkan di dalam Pos komando tampak kedua orang tua Lisazhing panik karena Putri mereka kembali mengalami pingsan. “Halo, Son! Kamu ada di mana saat ini?” tanya Papa Lisazhing saat sedang menelepon Sona. “Halo Om, ini saya sudah dekat. Ada apa Om apa Lisazhing kembali pingsan” Sona terdengar sangat panik. Jika, sudah berhubungan dengan Lisazhing. Maka dari itu Sona akan selalu bersikap berlebihan. Dan itu tampak juga pada saat ini. Sona terkesan sangat menghawatirkan keadaan Lisazhing. “Iya dia sedang pingsan.” Papa Lisa memberi tahu Sona kondisi Lisazhing saat ini. “Apa!!! Ya sudah jangan tunggu saya lagi kalau begitu. Bawa langsung ke rumah sakit saja, Om.” Dengan rasa cemas yang memuncak Sona tidak menghiraukan lagi apa yang saat ini dia lalui. Dia berlari menyusuri jalur yang sudah dibuat sebelumnya. Sona tampak tanpa lihat kanan kiri melaju bagaikan kuda. “Kami tunggu kamu saja, itu sepertinya Lisazhing sudah mau sadar lagi.” Papa Lisazhing menoleh ke arah belakangnya untuk melihat kondisi putrinya. Dengan bantuan Ponsel yang didesain khusus untuk area hutan belantara mereka bisa berkomunikasi dengan bebas. “Baiklah Om. Saya tidak lama lagi akan tiba di sana Om.” Sona terlihat mengatur nafasnya agar suaranya terdengar jelas oleh beliau yang sedang menantinya. “Iya kami tunggu kamu ya. Ya sudah saya tutup panggilannya agar kamu bisa fokus menuju Pos komando 1.” “Baik Om.” Setelah Sona berkata begitu panggilan langsung berakhir. Selanjutnya, dengan sisa tenaga yang ada Sona terus berjalan cepat. Dia terlihat tidak ingin mengalah dengan rasa lelah yang dia rasakan karena selama 3 hari 3 malam dia hanya tidur sebanyak 5 jam saja! “Li! Mulai detik ini aku berjanji pada diriku sendiri. Selanjutnya, aku tidak akan pernah membawamu ke hutan lagi. Sudah sangat cukup ini menjadi yang pertama dan yang terakhir untukmu mendaki gunung Li!” Sona tampak sangat kesal dengan dirinya sendiri, karena idenya Lisazhing yang harus menjadi korban!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD