Tamu Tidak Diundang

2191 Words
“Piga Kheda! Hentikanlah permainan ini, masih banyak yang harusku kerjakan,” ujar Drago dengan raut wajah yang sudah terlihat serius. “Jangan terlalu sombong kau!! Suatu hari aku akan menghancurkan kau bersama bawahanmu!” ancam Piga tampak berambisi. Kedua pria itu beradu pandang. Piga tampak menantang Drago. Namun, Drago sama sekali tidak tertarik. Dirasa sudah cukup, Drago beranjak hendak meninggalkan Piga. Akan tetapi pria itu, malah kembali menghadangnya. Drago menggelengkan kepala, kemudian dia menatap Piga dengan tajam. “Sudah kukatakan padamu. Aku tidak bersemangat melayani anak kecil sepertimu.” Drago sepertinya, sangat memahami karakter dari Piga. “Kenapa? Apa kau masih belum yakin. Bahwa, aku bisa menjatuhkan kekuasaanmu!” ujar Piga dengan nada yang lantang. “Lebih baik kau kembali dan belajarlah untuk menjadi seorang pemimpin yang baik bagi klanmu.” “Kurang ajar!” Baru saja, Piga akan kembali menyerang Drago. Secara tiba-tiba, semburan api keluar dari mulut Drago. Untung saja, api yang terlihat sangat panas itu mengenai sebuah batu. Dan seketika itu juga, benda tersebut lebur menjadi debu. Piga terdiam. Drago kembali meneruskan langkahnya. Meninggalkan Piga yang masih terpaku. “Benarkah, ini saya?” tanya Lisa kepada para pelayan yang ada di dekatnya. “Tentu saja Nona. Anda memang sangat mengagumkan,” balas pemimpin pelayan. Seolah-olah, tujuan sang perancang gaun itu adalah, ia ingin mempertontonkan lekuk dari pemakainya. Serta belahan yang ada pada bagian depannya, dapat membuat bagian atas lututnya tersibak elegan saat penggunanya melangkah. Dan tentu saja, hal itu menambah kesan seksi dan elegan pada penggunanya. Dengan warna hitam, yang berpadu dengan kalung berlian berkilau. Lisa benar-benar menjelma, menjadi sosok seorang putri raja. High hells yang dikenakannya menambah kesan semampai pada bagian lekuk tubuh, Lisa. Ditambah dengan tatanan rambutnya yang sudah diatur sedemikian rupa. Setelah semuanya dirasa sudah cukup. Lisa diajak keluar dari kamarnya. Krit! “Pelayan kita akan ke mana?” tanya Lisa yang masih belum bisa menguasai kenyataan. “Maaf Nona. Saya mendapat perintah dari Tuan. Bahwa Anda tidak perlu diberi tahu,” sahut Elena sang kepala pelayan. “ Dasar, cowok resek!” Setelah berjalan menyusuri lorong. Mereka tiba pada sebuah ruangan. Ketika, pintu dibuka. Lisa dibuat takjub untuk ke sekian kalinya. Tepat di hadapannya saat ini, terdapat sebuah lorong dengan puluhan pilar yang menjulang tinggi. Dan bagian langit-langit dihiasi dengan puluhan lampu kristal gantung yang mewah. Pada bagian tengah langit-langit terdapat sebuah lukisan dua ekor naga dengan warna putih dan merah. Bangunan ini didominasi dengan warna emas dan perak. Beberapa bagian dari bangunan juga terbuat dari emas murni. Bahkan, ada pula beberapa permata yang terdapat di pintu-pintu bangunan. Lantai yang mereka tapaki juga terbuat dari lapisan marmer. Lisa hanya terdiam. Dengan tatapan yang terus memperhatikan sekitarnya. Elena beserta para pelayan lainnya, yang ada di hadapan Lisa. Seketika bersimpuh memberikan salam penghormatan. “Ampun Tuan. Saya ingin melaporkan, bahwa, Nona sudah siap,” kata Elena menghadap pada Pemuda itu dengan mengaturkan sembah abdi. Pemuda itu berdiri dari singgasananya. Dia berjalan menuju ke arah Lisa. Ia memutari tubuh Lisa dengan tatapan mata yang tajam. Lisa yang sejak tadi kebingungan. Semakin tidak mengerti dengan apa yang dilakukan sang pemuda. “Apakah wanita ini. Manusia yang sama dengan— tadi kubawa?” tanyanya pada Elena. Raut wajahnya tampak cukup kagum. “Benar Tuan. Beliaulah yang Anda minta untuk dibenahi sebelumnya. “Kamu bekerja dengan sangat bagus, Elena.” Sebuah senyuman tipis terlepas dari bibir tipis berwarna merah muda yang terlihat kontras dengan wajah tampannya. “Terima kasih Tuan.” “Kamu boleh pergi sekarang juga.” Kini mata Drago tidak dapat terlepas dari indahnya tubuh Lisa. “Baik, Tuan.” Elena dan para pengikutnya meninggalkan Lisa dan Drago. Mereka hanya berdua, di dalam ruangan yang terlihat seperti kamar pribadi. Lisa tidak bergeming, dia berdiri pada tempatnya. Namun tampak sangat waspada. “Apa saya menakutkan?” tanya Drago. Dia secara tiba-tiba, kembali mendekat pada Lisa. Yang sontak saja membuatnya salah tingkah. “Apaan, ‘sih! Ternyata enggak cuman resek doang, tapi juga pikiranmu kotor!” teriak Lisa sangat kuat. “Hahahaha.” “Rupanya, kamu manusia yang naif! Saya kira kamu sangat berani sama seperti saat pertama kali kita bertemu.” “Maksud, Lu?” “Kamu itu masih belum menyadari betapa sejuknya auramu, keteduhan yang telah kau tebarkan membuatku tidak dapat menahannya.” Kali ini senyuman yang terukir di wajahnya tampak menakutkan. “Lu ngomong apa, ‘sih! Sumpah gua enggak paham, dari tadi kalian pada bahas apaan,” suara Lisa kali ini terdengar sedikit bergetar, sepertinya ia mulai ketakutan. “Jika kau ingin mengetahui jawabannya, maka, kamu harus ikut saya pada suatu tempat.” Tawaran itu terdengar sedikit mencurigakan. Lisa terlihat bingung harus bagaimana. “Memangnya kita mau ke mana?” tanya Lisa dengan wajah yang polos. “Maka dari itu, kamu harus ikut dengan saya terlebih dulu. Barulah kelak kamu akan tahu.” “Hm. Oke, aku ikut! Tapi, kamu janji jangan macam-macam!” ancam Lisa dengan mengangkat wajahnya dan menunjukkan raut wajahnya yang tampak memohon garang baginya. Pemuda itu tersenyum simpul. Hingga pada akhirnya, mereka berjalan keluar ruangan. Keduanya berjalan menyusuri bagian dalam bangunan ini. Melewati banyak ruangan megah dan juga beberapa lorong. Saat ini mereka telah berada pada bagian halaman bangunan. Pada saat mereka berjalan melewati taman. Tiba-tiba, Lisa menghentikan langkahnya. Dia tertegun melihat bunga mawar merah yang sangat indah. Diameter bunga tersebut, mencapai 30 cm. Ini adalah kali pertama bagi Lisa melihat jenis bunga mawar seindah itu. Ketika ia berusaha akan menyentuhnya. Secepat kilat, tangan Lisa disambar oleh Pria yang sedang berdiri di sampingnya. Lisa tertegun melihat tangannya digenggam erat. “Bila sedang berada di tempat asing, jangan sesekali menyentuh apa pun yang belum pernah kamu lihat sebelumnya. Bisa saja hal yang kamu anggap langka itu akan membunuhmu!” dengan wajah dinginnya dia menatap Lisa dengan tajam. “Tapi ‘kan, itu hanya bunga mawar. Dan selama ini setahu gua belum ada yang mati karena pegang kembang,” jawab Lisa dengan raut wajah kesal. “Kamu kira ini di mana? Kamu kira saya sedang bercanda? Jika saya bilang jangan, berarti tidak boleh disentuh!” Drago juga tampak serius dengan perkataannya. “Dasar cowok tengil! Pelit pula!” dengan nada penuh kesal Lisa melepaskan tangannya dari Pria tersebut. Pria itu lalu kembali berjalan lebih dulu dari Lisa. “Ingat jangan sentuh apa pun itu!!!” “Iya tengil!!! Huh!!!!” Dari wajahnya Lisa tampak kesal sekali dengan Pria tersebut. Tidak lama mereka sampai pada bangunan lainya. Yang mana apakah, boleh aku memakainya. Keduanya tiba di sebuah danau. Tempat itu, tampak sejuk dengan pohon yang rimbun sebagai payung alami. Udara di sana terasa sangat segar. Embusan angin yang mendayu, membuat penat seketika memuai. “Kenapa kita sudah berada di sini?” Lisa tampak terperangah karena dia sudah ada di tempat itu dalam waktu yang sangat singkat. Hanya membutuhkan satu kedipan mata saja. “Bukannya, tadi saya sudah bilang kalau saya ini penguasa di sini. Apa kamu tidak percaya dengan ucapan saya?” ujar Drago dengan sorot mata yang tajam. “Tidak begitu, tapi, bagaimana mungkin?” Lisa tampak bertanya-tanya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Lalu tiba-tiba saja, Drago menggerakkan tangannya ke atas. Dan muncullah semua ikan beserta makhluk lainnya. Dari dalam air. Lisa terperanjat melihat kejadian itu, ia tak percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Dia menutup mulutnya, menggunakan kedua tangan. Yang mengisyaratkan pertanda ia benar-benar pertama kalinya mengalami hal tersebut. “Selamat datang, Yang Mulia, Drago,” sambut abdi seluruh penghuni danau. “Perkenalkan, dia adalah, Nona kalian!” kata Drago seraya menunjuk ke arah Lisa yang berdiri di sampingnya. “Selamat datang, di Danau Ketulusan, Nona Huin Lisazhing.” Tiba-tiba saja, semua makhluk tersebut seakan memberikan hormat dan tunduk kepada Lisa. Ada ikan emas, kura-kura, udang, bahkan, ular air pun ikut memberikan sembah abdinya. AAAA! “Kalian semua bisa bicara?” tanya Lisa ragu. Setelah ia berteriak karena terkejut melihat hewan dengan kemampuan berbicara. Layaknya manusia. “Kenapa kamu teriak?” tanya Drago. Namun, ia malah senyuman tipis. “Bagaimana mungkin, hewan bisa bicara?” sahut Lisa masih dengan pikirannya yang berkecamuk. “Hahaha! Ternyata kamu manusia yang lucu.” “Tidak hanya unik, kamu juga lucu, dan menggemaskan.” Drago tertawa renyah. Ia menertawakan sikap Lisa yang dianggapnya lucu. Padahal, Lisa sendiri kebingungan, apanya yang lucu. Bukankah, wajar bila ia kaget. Lisa yang masih terperangah tidak menghiraukan tawa Drago. Bahkan, dia sama sekali tidak melihat ke arah sang Pria. Pandangannya tertuju kepada banyaknya makhluk yang mulai mendekati mereka dari berbagai sisi. “Apa, semua ini, nyata?” tanya Lisa tampaknya akal sehat Lisa mulai kembali normal. “Menurut kamu sendiri. Apa ini semua terlihat seperti manipulasi?” sahut Drago masih dengan senyuman yang tipis dan berusaha menahan tawa. Selanjutnya, pandangan Lisa tersita pada seekor Beruang dengan bulu berwarna hitam. Binatang buas itu sangat besar. Ia berdiri tepat di hadapan mereka. Lisa terlihat sedikit waswas. “Tidak perlu takut. Mereka semua hanya ingin melihat, ratunya.” Seakan Drago mengerti apa yang ada dalam pikiran Lisa. “Kamu tahu apa yang ada dalam pikiranku?” tanya Lisa dengan alis yang terangkat sebelah. Akan tetapi, sang pria tampan tidak menjawabnya. Dia tampak hanya memberikan senyuman yang cukup misterius. Matanya, tertuju lurus menatap beruang yang kini juga menatapnya. Entah bagaimana, tahu-tahu, beruang itu sudah merunduk sujud di hadapan Drago. Perlahan, jemari Drago yang terlihat putih pucat. Menyentuh kepala beruang yang kini terlihat jinak. “Baru kali ini, aku melihat beruang secara nyata,” ujar Lisa dengan pandangan yang masih mengarah pada hewan besar. Serta berbulu hitam tebal yang tampak mengerikan. “Mulai saat ini kamu akan lebih sering lagi melihat mereka semua. Bahkan, mulai detik ini kamu tidak akan pernah disakiti oleh hewan apa pun.” Drago memegang tangan Lisa yang terkulai lemas. “Apa kamu mau membawa Bunny?” tanyanya pada Lisa. Seraya mengarahkan tangan Lisa ke arah seekor kelinci yang sangat cantik. “Kelinci ini ‘kan yang waktu itu aku kejar!” Lisa teringat dia tersesat disebabkan karena mengejar seekor kelinci. Tiba-tiba saja, hewan itu mendekat. Dan perlahan berubah menjadi bocah perempuan yang cantik, dengan telinga panjang. Bak seekor kelinci. Dia mendekati Lisa lalu tersenyum manis. “Ka―mu!” Lisa tampak tergagap. Ia tidak percaya melihat perubahan yang dilakukan kelinci yang diberi nama Bunny oleh pemiliknya. “Hai, Nona! Aku Bunny.” Bunny memperkenalkan diri dengan ciri khas seorang bocah lugu yang manja. Penuh semangat dan ceria. Lisa tidak menjawab perkataan Bunny. Dia hanya tertegun melihat hal-hal yang aneh. Dan tidak masuk akal dalam pandangan manusia biasa. “Kamu diajak berkenalan oleh, Bunny.” Drago menggerakkan tangan Lisa yang ada dalam genggamannya. “A-eh! Iya, ada apa?” terlihat sekali kebingungan saat ini sedang menguasai Lisa. “Itu, Bunny mengajak kamu berkenalan.” “Ha-i, Bunny.” Lisa masih terbata-bata. “Hai juga Nona! Selamat datang di klan kami.” Bunny mendekati Lisa dan mengulurkan tangannya. Lisa terlihat sudah sedikit menguasai diri. Selanjutnya, dia menjabat tangan Bunny yang kecil mungil seperti tangan bocah berusia 8 tahun pada umumnya. “Kamu yang waktu itu, 'kan?” tanya Lisa seraya berjongkok agar dia dapat melihat Bunny dengan jelas. “Hihi, maafkan saya Nona. Tapi saat itu saya hanya takut tertangkap oleh Nona. Dan akan dijadikan santapan manusia.” Dengan wajah polosnya Bunny tampak menunjukkan raut muka menyesal. Karena ulahnya yang ia lakukanlah Lisa sampai berada di tempat ini. “Tidak apa-apa.” Sisi pemaaf dari seorang Lisa yang di kenal sedikit urakan pun terlihat. Dia mengelus kepala Bunny dengan penuh kasih. Sedangkan, di sisi lain Drago memperhatikan mereka dengan senyuman yang merekah. Tampaknya dia senang melihat Lisa mulai bisa mengendalikan diri. Ternyata, gadis itu sangat cepat mampu menyesuaikan diri. “Bunny!” Drago memanggil Bunny yang sedang memandang Lisa dengan tatapan kagum. “Saya Tuan.” Dia langsung saja mengalihkan pandangannya kepada Drago. “Saya akan menemani, Nona kembali ke dunianya. Nah, jadi saya mau kamu membantu Alen mengawasi istana selama saya pergi.” Dengan sangat bijaksana dan berkarisma kepemimpinan yang kuat. Drago sungguh terlihat gagah saat menyampaikan maksudnya memanggil Bunny. “Baik Tuan Drago. Saya akan menjalan kan perintah yang Anda berikan.” Dengan menundukkan tubuhnya sebagai tanda hormat. Bunny mundur beberapa langkah dari Lisa dan juga Drago. “Ayo! Kita kembali ke duniamu,” ujar Drago dengan senyuman dan juga kembali menggenggam tangan Lisa. “Kembali ke rumah?” tanya Lisa polos. “Semua barangku yang tertinggal bagaimana?” Lisa dengan wajahnya yang menggemaskan bertanya kepada Drago. Cukup lama Drago memandang wajah Lisa yang menggemaskan. Selanjutnya, dia mengarahkan wajahnya mendekati lebih dekat pada wajah Lisa. Sontak saja hal tersebut membuat Lisa sontak menjauh. “Mau ikut denganku sekarang? Atau ....” Drago menghentikan kalimatnya ketika dari kejauhan terdengar suara orang-orang memanggil-manggil nama Lisa. “LISA!!!!” “LI―SA!!!” Mendengar suara itu, semua hewan yang tadinya mengerumuni mereka tampak menghilang. Bahkan, Bunny pun sudah tidak ada di dekat Lisa. “Itu teman-temanku?” tanya Lisa dengan wajah yang polos kepada Drago. “Iya, mereka sedang mengarah ke sini!” wajah Drago sedikit menegang. Meskipun demikian, dia terlihat mengalihkan semuanya dengan mengarahkan tangannya ke dalam aliran air. “Kamu yakin akan ikut ke duniaku?” Lisa memegang pundak Drago dengan lembut. “Tidak sekarang!”    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD