Part 3. Ketakutan Theo

1048 Words
"Ayo, bee. Kita pulang." Kak Theo menghancurkan omelanku tentang Jessy di dalam hati. "Iya." "Kok cuek gitu? Apa aku melakukan suatu kesalahan??" "Gak." "Lalu kenapa cuek kepadaku, bee??" "Cerewet banget sih, kak." dumelku dan melangkah lebar, meninggalkannya. Kak Theo segera menyusul dan merangkul bahuku. "Kok kamu gini sih sekarang? Kamu lagi kesal ya??" "Iya. Queen lagi kesal." "Kesal kenapa, bee??" "Ada nyamuk lewat tadi, trus gigit Queen." "Hah? Memangnya di perusahaan ini ada nyamuk??" tanya Kak Theo kaget. "Ada loh kak. Nyamuknya besar." Kak Theo langsung saja menelpon orangnya untuk memberantas nyamuk. Ckck. Para karyawan perempuan yang berpapasan dengan kami selalu saja mencuri pandang ke arah Kak Theo yang notabenya boss besar mereka. Iya, aku tahu suamiku tampan tapi tidak usah memandanginya terus kali. Aku takut kalian akan jatuh cinta dan berusaha merebutnya dariku dengan cara curang. Para karyawan laki-laki pun turut curi pandang ke arahku. Maklumin saja, aku kan cantik. Upss, tidak bermaksud sombong tapi kenyataan. Aku takutnya untuk para pria dimarahi atau bahkan dipecat Kak Theo karena telah berani memandangiku. Jangan salah, Kak Theo ini dulu pernah memecat salah satu OB yang menatapku dengan tatapan kagum dan memuja. Pria itu sampai memohon-mohon untuk tidak dipecat ke Kak Theo tapi suamiku itu malah mengabaikannya. Karena kasihan melihat si OB memohon-mohon akhirnya aku angkat bicara dan membujuk Kak Theo tapi ditolak dan malah menuduhku ikut menyukai si OB. Kak Theo itu kalau cemburu kadang tidak pakai logika. Untung tidak sampai main tangan kalau sudah cemburuan. Telapak tangan di dahiku membuat aku mendongak, menatap si pelaku. "Kamu hampir saja nabrak tiang, bee," Khawatirnya. "Memangnya apa sih yang kamu pikirin? Kamu mikirin Aldy lagi?!" Dan marah. "Ya ampun, kak. Queen gak mikirin Aldy sama sekali." "Bohong!!" "Kalau gak percaya ya udah." "Dari cara kamu bicara yang tidak ada baik-baiknya saja aku menjadi semakin yakin kalau kamu memikirkan Aldy!!" tegasnya. Aku semakin kesal karena di tuduh mikirin Aldy. Padahal mah enggak! "Terserah!" Melepaskan rangkulannya dan berjalan dengan cepat. Namun, dia tidak mau kalah. Mengejar dan menggendongku seperti karung beras. "Turuninnn!!!" Ku tepuk punggungnya cukup keras tapi dia tidak peduli sama sekali. "Kamu harus di hukum," katanya dingin. Oh tidakk!! "Queen kan gak salah, kenapa harus di hukum?! Pokoknya turunin Queenn!!" Kakiku bergerak bar-bar tapi Kak Theo dengan mudah menahannya hingga aku tidak bisa menggerakkan kaki sama sekali. "Oh ayo lah, kak. Queen gak memikirkan Aldy sama sekali. Queen malah memikirkan kakak." keluhku kemudian. Kak Theo menurunkanku di dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan tergesa-gesa. Masuk ke dalam mobil dan menangkup pipiku. "Kamu benar-benar tidak memikirkan pria itu??" tanyanya menuntut. Menatap mataku dalam seolah mencari kebohongan di sana. Ku usap pelan punggung tangannya. "Buat apa sih Queen bohong, kak? Kakak kok gak percayaan banget sih ke Queen?" "Bukannya gak percaya, bee. Hanya saja aku takut. Takut kamu kembali mencintai Aldy dan melupakanku." Aku tertawa mendengar penuturannya. "Kakak yang benar aja! Mana mungkin Queen akan melupakan kakak. Kak Theo kan suami Queen sementara Aldy hanya sahabat masa kecil Queen." "Meski mulutmu berkata demikian, aku selalu takut suatu saat nanti kamu bertemu dengan Aldy dan meninggalkanku." Aku tersenyum dan mengikis jarak di antara kami. Ku kecup pelan bibir tipisnya. "Ketakutan kakak tidak akan pernah terjadi." bisikku. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Kak Theo langsung menarik tengkukku dan melumat bibirku dengan intens hingga aku merasa kewalahan olehnya. Kala pagutan kami terlepas, Kak Theo mengusap bibir bawahku sembari tersenyum manis. "Apa pun yang terjadi, kamu hanya milikku, bee." tegasnya. "Iya, Queen milik kakak." Kak Theo mengecup keningku lama, baru lah dia menjalankan mobil. "Queen mau makan siang di cafe yang baru Queen dirikan, ya? Kak mau kan nemenin Queen ke sana?" "Pastinya mau, bee. Aku tidak akan pernah membiarkanmu berkeliaran di luar sana sendirian." "Padahal Queen gak akan hilang. Queen kan sudah besar." kikikku. "Aku masih sedikit trauma gara-gara pertama kali kita di London ini. Kamu menghilang karena pergi sendirian." Oh, waktu itu. Aku pergi membeli ice cream dengan berjalan kaki, lalu aku tersasar. Sialnya, handphoneku ketinggalan di dalam rumah. Uang pun tidak terbawa sedikit pun. Sial banget deh hari itu. Cara bisa pulang sih karena di temukan Kak Theo di dekat jalan raya. Sudah seperti gelandangan saja aku waktu itu. Ckck. Miris. Belum lagi aku sempat di ganggu preman. Berhubung aku jago bela diri, jadi, mereka pergi dengan wajah babak belur. Meski mengalami kejadian yang tidak menyenangkan hari itu, tidak ada rasa trauma sedikit pun sih. Itung-itung nambah pengalaman hehe. "Kalau sekarang sih Queen gak akan tersasar, kak. Sudah 4 tahun juga kan Queen berada di sini." ujarku, menenangkannya. "Tetap saja rasa was-was itu masih ada, bee." "Berlebihan." lirihku agar tidak di dengarnya. Namun, rupanya dia masih bisa mendengar. "Ya, aku memang selalu berlebihan jika berhubungan denganmu, bee." Pendengarannya memang begitu tajam. "Terserah aja lah. Queen pasrah saja. Cafenya udah dekat tuh, kak." Mengingatkannya, siapa tahu dia tidak sadar. Mobil berhenti di depan cafeku, namun, tiba-tiba saja Kak Theo kembali melajukan mobilnya. "Kok mobilnya jalan lagi, kak? Kita kan mau ke sana." heranku. "Di tempat lain saja, bee." "Ta--" "Kamu mau makan apa untuk siang ini hm??" "Apa saja. Yang penting enak dan mengenyangkan." "Nah, kita buat saja di rumah makan siang untuk hari ini." "Ta--" "Aku yang akan memasaknya untuk kita." potongnya lagi. "Memang kakak gak capek??" "Gak sama sekali, bee." "Oke deh. Kita masak bersama saja." Kak Theo mengangguk setuju saja. Saat menoleh ke belakang, aku melihat Aldy ke luar dari cafe dan memasuki mobilnya. Oh, jadi ini alasan Kak Theo tidak jadi memasuki cafe?? Dasar Kak Theo cemburuan. Tak membutuhkan waktu yang lama, kami sampai di mansion. Ngomong-ngomong, mansion yang kami tempati memiliki 3 lantai dengan warna putih dan emas yang dipadukan dengan begitu sempurna. Air mancur yang terdapat di halaman. Kebun bunga magnolia yang indah semakin mempercantiknya. Di rumah ini tidak hanya ada bunga magnolia. Banyak sekali jenis bunga yang di tanam di sini. Kala aku merasa suntuk, maka aku akan pergi ke kebun bunga. Buah-buahan pun ikut di tanam di taman belakang rumah sehingga jika aku ingin mengkonsumsi buah segar langsung saja menuju ke belakang. Di dalam mansion, kalau lelah berjalan di tangga maka kami biasanya akan menggunakan lift. "Bee, sampai kapan kamu akan duduk di dalam mobil??" Mendengar pertanyaannya aku menyengir dan segera turun. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD