01. Who is He?

1173 Words
"Rea, lo kemarin pulangnya gimana?" tanya Lily, teman Adreanne. Adreanne mengangkat bahu, "Ya kayak gitu." Lily berdecak, "Gue serius!" "Aku pulang kayak biasa, cuma nunggu hujan reda aja dulu di Cafe depan sana," ujar Adreanne sekenanya. Lily mengangguk. "Bagus kalau gitu, gue kira lo nerobos itu hujan." Adreanne menggeleng. "Aku nggak mau sakit juga kali!" Adreanne jika berbicara memanglah menggunakan bahasa aku-kamu, berbeda dengan Lily yang Lo-Gue. Sejak kecil Adreanne memang terbiasa memakai bahasa aku-kamu di banding aku-kau, apalagi kalau Lo-Gue. Adreanne sedikit tidak menyukai itu. Baru saja Lily hendak bertanya pada Adreanne lagi, tapi guru Fisika sudah duluan masuk dan membuat Lily menelan pertanyaannya kembali. Pelajaran di kelas XI IPA 2 itu pun berlangsung. *** "Huaa, otak gue sakit. Fisika bikin kepala gue panas," keluh Lily, cewek itu meletakkan kepalanya di atas tumpukan buku yang ada di atas mejanya. Adreanne tertawa melihat raut wajah Lily yang sangat lucu di matanya. "Fisika biasa aja kok, kamu nya aja yang nggak suka sama pelajaran Fisika. Makanya kamu nggak paham dan buat kepala kamu sakit," ujar Adreanne kalem. "Lo kalau ngomong suka bener," komentar Lily, menatap malas ke arah Adreanne. "Ya udah, yuk ke kantin!" Lily mengangguk dan langsung berdiri dan berjalan duluan meninggalkan Adreanne yang masih duduk di kursinya. Adreanne kemudian bangkit dan menyusul Lily. Setibanya di kantin, Adreanne langsung memesan nasi goreng dengan tambahan sosis di atasnya. Sedangkan Lily, Adreanne tidak tahu karena mereka berpencar mencari makanan. Setelah mendapat makanan masing-masing, Adreanne dan Lily pun mencari tempat kosong. Tidak butuh waktu lama untuk mencari tempat kosong, karena kantin ini luas dan besar dan juga terdapat meja dan kursi yang masih kosong. Adreanne dan Lily pun segera duduk dan memakan makanan mereka masing-masing. "Eh Ly, kamu tau nggak, kemarin aku bilang 'hujan, cepatlah berhenti, aku mau pulang' dan ajaib, hujannya langsung berhenti lho," ujar Adreanne, menceritakan kejadian aneh kemarin. Lily tertawa. "Lo masih sehat kan, Re?" Mendengar ucapan itu, wajah Adreanne cemberut. "Aku sehat kok, nggak sakit!" Lily mencibir. "Kalau lo sehat, ngapain ngelantur gitu?!" "Aku nggak ngelantur itu emang beneran, tauk!" Lily mengangguk acuh, "Ya, ya, ya." Adreanne cemberut tapi tidak berbicara lagi. Adreanne dan Lily pun hanya fokus pada makanan masing-masing, tidak ada yang bersuara satu pun di antara mereka. Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi dan membuat semua siswa-siswi SMA Cruzae kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan pelajaran selanjutnya. *** "Ya udah, gue duluan ya! Hati-hati lo, jangan ngebut bawa motornya," pesan Lily sebelum ia meninggalkan Adreanne yang sudah berdiri di sebelah motor milik cewek itu. Adreanne mengangguk, cewek itu melambaikan tangannya saat Lily sudah berjalan menuju mobil jemputan. Setelah Lily pergi, Adreanne barulah menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya membelah jalanan. Adreanne mengemudikan motornya sambil bernyanyi pelan, matanya fokus menatap jalanan yang lumayan ramai. Adreanne berniat untuk mampir sebentar ke minimarket yang ada di depan kompleks perumahan nya untuk membeli es krim dan cokelat. Adreanne mematikan mesin motornya dan mengambil kunci yang menggantung, setelah itu cewek itu masuk ke dalam minimarket dan langsung menuju tempat di mana kulkas es krim di sediakan. Adreanne mengambil satu es krim berbentuk kerucut dan satu buah cokelat. Setelah itu, Adreanne pun membayar jajanan itu. Adreanne memilih untuk menikmati es krim nya di meja yang disediakan di depan minimarket. Mata cewek itu memandang ke arah jalanan yang lumayan ramai. Adreanne merasa dirinya diperhatikan, kepala Adreanne sontak menoleh mencari siapa yang memperhatikan nya. Di sebelah kanan, dua meja setelah dirinya satu seorang pemuda berbaju hitam, ah bukan. Pemuda itu memakai hoodie hitam dan dengan celana jeans panjang yang warna nya senada dengan hoodie yang dikenakan nya. Alis Adreanne terangkat menatap cowok itu, cowok itu terus menatap Adreanne dengan tatapan tajam. Adreanne memilih untuk memutus kontak mata mereka dan menghabiskan es krim nya dengan cepat. Setelah es krim nya habis, cewek itu segera berjalan ke motornya dan melajukan motornya meninggalkan minimarket. Tepat sebelum ia benar-benar meninggalkan minimarket itu, Adreanne menoleh ke belakang menatap cowok tadi. Aneh, cowok itu masih terus menatapnya dengan pandangan seakan ingin mengulitinya hidup-hidup. Adreanne bergidik ngeri dan setelah itu ia fokus kembali mengendarai motornya. Sesampainya di rumah, Adreanne langsung memarkirkan motornya di garasi mobil dan masuk ke dalam. Adreanne memasuki kamarnya, ia mengganti baju seragam sekolahnya menjadi kaos rumahan yang longgar dan dengan celana hitam selutut. Adreanne kini membaringkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, pikirannya melayang ke cowok aneh yang menatapnya terus di minimarket tadi. Ia tidak mengenal siapa cowok itu, dan cowok itu menatapnya seakan-akan ia ini mangsanya saja. 'Apa dia suka sama aku?' batin Adreanne bertanya dengan pede nya. Adreanne menggeleng dan tertawa kemudian. 'Mana mungkin dia suka aku, kamu terlalu percaya diri Adreanne!' Bergulat dengan pikirannya sendiri membuat Adreanne tak sadar sudah terlelap, Adreanne tertidur. Dan ia melupakan makan malamnya, bahkan Bundanya sudah datang ke kamar cewek itu untuk membangunkan Adreanne agar segera makan malam. Tapi, Adreanne tidak menghiraukan panggilan Bundanya. Ia menutup matanya terus, dan seperti enggan membuka karena mimpi indah sedang menyapa cewek itu. *** "Di mana ini?" tanya Adreanne pada dirinya sendiri. Adreanne mengernyit heran saat mendapati dirinya sedang berada di tempat asing, di tempat terbuka. Bukan, ini bukan di padang rumput seperti yang ada di cerita dongeng. Melainkan tempat yang luas dan terbuka, lantainya dilapisi oleh kaca. Adreanne bergidik ngeri membayangkan kalau ia terlalu keras menghentakkan kakinya di lantai ini, bisa-bisa lantainya pecah dan ia mungkin tak sanggup untuk menggantinya. Melihat kacanya seperti bukan kaca pada umumnya. Fokus Adreanne pada lantai kaca itu pun buyar saat mendengar langkah kaki. Tuk... Tuk... Tuk... Suara hentakan sepatu terdengar jelas di telinga Adreanne, dan Adreanne yakin suara sepatu sedang menuju ke arahnya. Mata Adreanne membelalak kaget melihat pemuda tampan yang baru saja berdiri tepat di depannya. Adreanne merasa familiar dengan sosok di depannya saat ini. Ah iya, dia adalah pemuda berhoodie hitam di minimarket kemarin! ㅡbatin Adreanne saat sudah mengingat pemuda itu. "Kamu siapa?" tanya Adreanne, ia memberanikan menanyakan hal itu pada pamuda tak dikenalnya. Pemuda itu menyeringai, tanpa menjawab pertanyaan Adreanne pria itu mengepakkan sayap cokelat keemasan miliknya dan terbang membawa Adreanne. Tunggu dulu, Sayap? Terbang? Bersama dirinya? Pekik Adreanne dalam hati. Kyaaaaaaa! Hah, hah, hah... Adreanne mengelap keringat yang ada di wajahnya, napasnya masih terengah-engah dan ia masih mencoba menormalkan napasnya. "Ternyata hanya mimpi," gumam Adreanne lega. Adreanne tercenung di tempat tidurnya, posisinya sekarang telah berubah menjadi duduk. Pikiran Adreanne melayang pada mimpinya barusan, ia masih ingat mimpinya. Bahkan ingat sekali. Mimpi yang aneh, pikirnya. Dan tentang pemuda tampan itu, pemuda yang tidak ia katahui namanya. Pemuda yang memiliki sayap. Apakah pemuda itu memang memiliki sayap? ㅡtanya Adreanne pada dirinya sendiri, ia membayangkannya pemuda yang melihatnya di minimarket kemarin memiliki sayp di punggungnya. Adreanne tertawa pelan karena pemikiran bodohnya. Hei, ini dunia nyata! Tidak mungkin ada seorang peri di dunia ini! Mustahil! ㅡbatin Adreanne kembali bersorak. Adreanne menggeleng-gelengkan kepalanya dan kemudian melirik jam di dinding kamarnya. Jam masih menunjukkan pukul dua dini hari. Lebih baik aku kembali tidur, besok aku harus bangun pagi. Adreanne pun kembali memejamkan matanya setelah membaca doa sebelum tidur, ia membaca doa takut-takut mimpi buruk akan menghampiri dirinya lagi.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD