PROLOG

384 Words
"A-apa Mama bilang?!" Sepasang anting yang hendak Milla pakai terjatuh begitu saja ketika mendengar ucapan dari Laras. Kepalanya menoleh cepat, menatap ke arah Laras yang tengah menangis seraya terduduk lesu di atas ranjangnya. Bangkit dari duduknya, dengan terburu Milla menghampiri Mamanya. Wajah yang tadinya nampak berseri bahagia kini menunjukkan sebuah kekhawatiran. "Ma-maksud Mama apa?" "Mitta, Mill, dia nggak ada! Mitta nggak ada di kamarnya, dia kabur!" jawab Laras dengan tangis ketakutan yang menyertai. "Ya Tuhan!" Tubuh Milla melemas seketika mendengar jawaban Mamanya tersebut. Mitta, adiknya melarikan diri di hari pernikahannya sendiri. Semua tamu undangan telah memenuhi ballroom hotel, dan kini mempelai wanita justru melarikan diri entah ke mana. "A-apa Papa udah tahu tentang hal ini?" Laras mengangguk sebagai jawaban. "Te-terus?" "Papamu sedang memberitahu Mahesa tentang hal ini." Laras menatap anak sulungnya dengan air mata yang berderai. "Mama takut, Mil, Mahesa bisa saja memenjarakan Papamu." "Mama tenang ya, pasti ada solusi buat masalah ini." Milla mengusap punggung Laras dengan perlahan, bertujuan untuk menenangkannya. Pikiran Milla melayang ke satu bulan yang lalu, saat di mana Mahesa datang untuk melamar. Jujur saja, Milla kaget melihatnya, terlebih status Mahesa yang merupakan atasan di tempatnya bekerja. Milla tidak tahu apa motif dari lamaran tersebut, yang jelas ada surat tertulis dan bermaterai di dalam acara ini. Dan jika gagal maka, "Kita semua akan malu jika sampai acara ini di batalkan. Lalu, Papamu, Mahesa pasti akan-" "Laras," ucapan Laras terhenti ketika Agus masuk ke dalam ruangan tersebut dan berjalan tergesa menghampiri mereka. "Bagaimana? Apa respon Mahesa?" tanya Laras cepat. "Mahesa, dia mengancam akan memperkarakan kasus ini. Dia juga keukeuh pada perjanjian awal." "Ya Tuhan! Bagaimana ini, Mas? Aku nggak tahu harus berbuat apa lagi!" Laras kembali menangis tersedu-sedu, "entah apa yang dipikirkan anak itu sampai dia nekat untuk kabur! Seharusnya jika dari awal dia tidak mau, bilang saja, bukan kabur seperti ini!" Agus nampak kalut dan tidak tahu harus berbuat apalagi. Bukan hanya harga dirinya yang dipertaruhkan di sini, melainkan perusahan dan juga nama baik keluarga. Mau ditaruh mana muka mereka nanti. Sedangkan Milla, kepalanya menunduk dalam memikirkan sesuatu. Haruskan ia melakukannya? Apa ia harus berkorban... lagi? "Pa, Ma," _________________________ [Cerita ini hanya dapat dibaca secara online atau versi digital di aplikasi Innovel / Dreame ©®2019 by Olipoill]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD