03 | Tukang Palak

2250 Words
Bel tanda istirahat pertama sudah berbunyi nyaring. Suara sorak sorai kemerdekaan para siswa di seluruh penjuru kelaspun sudah mulai terdengar riuh mirip demo rakyat Indonesia di depan istana presiden, yang meminta harga BBM di turunkan. Puluhan, bahkan ratusan murid sudah berbondong-bondong memenuhi koridor, menuju surganya para murid yaitu kantin utama yang letaknya ada di sebelah gedung E. Gedung khusus untuk ekskul dan pertemuan. Termasuk Retha dan ke-tiga sahabatnya yang tidak lain bukan adalah Zheta, Rika dan juga Eva. "GOOD MORNIIIINGGGG!!!!" teriak Tarisa centil—siswi 11 IPS 2 yang berteman lama dengan mereka, karena satu ekskul mading bersama Rika dan Eva. Suara cemprengnya sontak saja membuat Retha dan lainnya menoleh kaget. Walau tidak hanya mereka saja sih, bahkan satu kantin langsung menoleh dan menatap sangar cewek berbando besar warna pink itu. Tarisa sendiri di juluki kutu loncat di sekolah, bersama Acheris partner-nya yang hari ini entah kemana perginya. Selalu mencari kabar dan gosip terbaru seputar SMA Cendrawasih. Mau kayak apapun beritanya, juga bakalan jadi heboh dan gempar kalau sudah Tarisa yang mencetuskan. Dia juga terkenal seantero sekolah karena mulut merconnya itu. Tidak hanya junior, senior atau mungkin teman seangkatan yang mengenalnya, bahkan mang Parmin—tukang kebon sekolahan saja kenal sama dia, gara-gara sering di ajak nge-ghibah bareng, dengan cilok lima ribu sebagai sponsornya. "SELAMAT PAGI DUNIA, SELAMAT PAGI KAWAN-KAWANKU. GIMANA NIH GIMANA, SUDAH MELIHAT MATAHARI PAGI INI???" tanya Tarisa sudah heboh tak karuan, sambil menarik kursi di samping Retha, membuat cewek berponi rata itu mendelik seram padanya. "Bacot. Masih pagi juga, jangan bikin polusi dulu deh!" hardik Zheta, membuat Tarisa mendelik sebal padanya. "Apaan sih Zhe, gitu amat lo sama gue. Gue kan baik ya, nyapa kalian begini. Mumpung mentarinya cerah. Emang ya, yang sayang gue Cuma Acheris," balasnya sok tersakiti, sambil mencomot pisang goreng di depannya. "Mentari cerah pala lo? Ini mendung kali," sahut Eva sambil memasukkan snack potato ke dalam mulutnya. "Biasa Va, namanya juga rabun senja," timpal Rika santai, membuat Tarisa langsung memandang horor cewek mungil itu. "Cot lo," umpatnya yang kemudian menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Retha, lalu memeluk lengan cewek itu, "Tha, lindungin gue dong! Anak-anak lo musuhin gue semua," adunya sambil memanyunkan bibir—sok imut. Membuat ke-tiga gadis lainnya kompak menjulurkan lidah mereka enek. Sementara Retha hanya menopang dagu, tidak peduli banyak. Dan tidak lama setelahnya, kasak-kusuk mulai terdengar di sekitar mereka, membuat pandangan Retha dan lainnya kompak teralihkan. Dari arah pintu masuk kantin, pemuda tampan bertubuh jangkung dengan langkah tenang memimpin. Di susul di belakangnya Azka yang masih kalem memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana—masa bodoh pada beberapa siswi yang menyapa mereka. Lalu ada Tilo dan Vian yang kompak melambai-lambaikan tangannya sambil menyeringai sok tampan, dan tidak jarang kedua pemuda itu akan melayangkan kiss jauh membuat siswi-siswi menjerit histeris tak karuan. Kemudian, di barisan terakhir ada Billy dan Agam yang sudah tertawa ngakak dan saling tabok entah karena apa. Mereka ber-enam datang dengan wajah tampan mempesona mereka, sudah layaknya seperti komik Jepang atau drama Korea ketika geng populer yang di isi cowok-cowok keren datang. Terlebih, Karrel yang di gadang-gadang sebagai cassanova SHS, berada di barisan terdepan. Sementara ke-lima sahabatnya yang lain seakan menjadi babu, kalau bersama Karrel. Karena sudah pasti yang di teriaki duluan cowok itu. Seperti contohnya sekarang... "KAK KARREEEELLLLL!!!" jerit salah satu gerombolan adek kelas, saling merapat memandang Karrel berbinar, seakan meleleh tak karuan. "OH-KARREL!!! SARANGHEYO OPPA!!" Oppa buapakmu? Oppa tuh Kim Kingyu! Retha memicingkan matanya sewot, pada seorang siswi yang berteriak tidak jauh dari tempatnya duduk sekarang. "KARREL, NENGOK KE GUE DONG! HUHUHU," rengek siswi berponi rata, lebay tak karuan. "KARREL, PULANG SAYANG!! AKU DAN ANAK-ANAK MENUNGGUMU DI RUMAH," teriak Samsul seakan lupa kodrat. Memang, cowok berperut buncit itu di juluki banci kaleng, karena hobby sekali pakai bandana dan kaca mata dengan bingkai besar warna-warni. Rika mendelik sensi, "Heh Sul! Sepupu gue kawinin lo aja nggak pernah. Ini sok ngaku-ngaku dah punya anak," omelnya sewot, membuat Samsul mencibir tak peduli dan kembali meneriaki Karrel yang sebenarnya teman sekelasnya sendiri. "YA AMPUN, KARREL TEH KASEP PISAN EUY!!" "NGGAK BOLEH. DIA PUNYA AKU!!" sahut temannya, yang membuat cewek itu menoleh sinis. Dan akhirnya, mereka jambak-jambakan rebutan hak kepemilikan atas Karrel. Dan yang di rebutin, tentu saja kepalanya membesar dengan bibir menahan senyum, dan melanjutkan langkah dengan gaya sok cool. "Lah anjrit, malah berantem. Pisahin dek, pisahin!!" kata Retha menunjuk-nunjuk dua cewek itu, membuat gerombolan adek kelas langsung mendekat—memisahkan mereka. Retha tanpa sadar mendecih, melihat cowok tampan yang di akui sebagai bosgeng-nya SHS, sudah menyeringai sok tampan mendekati salah satu bangku. CIH, LAGAKNYA!!! Kalau di luar sekolah, Karrel memang terkenal sebagai bosgeng terkejam dan tersangar. Padahal aslinya kalau di sekolah, kerjaannya tuh jarang berantem, tapi malah tebar pesona kanan kiri sama ciwi-ciwi di sini. Apalagi, banyak yang bilang cowok itu ramah dan murah senyum, membuat banyak orang makin tergila-gila. Iya sih, dia tidak di juluki playboy, karena faktanya, Karrel tidak pernah di gosipkan dekat dengan gadis. Teman ceweknya di kelas saja, hanya Savita, Acheris dan Tarisa. Itupun gelut mulu. Tiap ketemu, bawaannya tabok-tabokan. "Woy-woy, lo pada udah denger belum sih?" kata Tarisa setengah berbisik, membuat Retha dan lainnya langsung mengalihkan perhatiannya pada cewek itu. "Apaan?" tanya Zheta penasaran. Walau dia sudah menebak sih, ucapan Tarisan barusan adalah awal per-ghibahan. Namanya juga kutu loncat, tebar gosip sana-sini. Tarisa melebarkan mata, "Serius belum ada yang tau?" tanyanya agak kaget, yang berikutnya agak maju. "Emang kenapa?" tanya Retha ikutan kepo juga. Tarisa mulai menarik nafasnya panjang-panjang lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Memandang teman-temannya dengan serius, "Lo pada tau nggak—" Kalimat awal dengan suara berbisik itu membuat radar Retha menyala-nyala dan langsung mencondongkan dirinya agak maju, di ikuti oleh Rika, Zheta dan Eva yang lebih merapat pada Tarisa yang sudah mulai pasang mode wajah ibu-ibu rumpi yang julid. "Si Billy kan ya, katanya tuh—" "Billy yang mana dulu nih? Yang kakak kelas, apa yang anak IPS?" potong Rika segera, yang langsung di tabok oleh Zheta. "Diem dulu!" semburnya sambil melotot galak. "Gue nanya doang anjeng. Ini Billy yang bule, atau Billy si cacing kremi?" protes Rika tak terima, menabok balik Zheta. "Hah, Billy cacing kremi emangnya siapa?" tanya Eva kebingungan "Noh, babunya Karrel," balas Rika tanpa dosa. "Lah, kemarin lo bilang dia kecebong??" sahut Zheta. "Kecebong apaan, monyet ragunan iya," kata Retha membenarkan. "Kasihan ya Billy. Ganteng-ganteng, tapi kalau di depan Rika, semua binatang jadi dia. HAHAHAHA," balas Eva menertawai, walau sebenarnya tidak lucu. Retha tersenyum sabar. "Ssstt, jangan keras-keras anjir! Entar orangnya denger," komando Zheta. Tarisa melengos, seakan sudah lelah namun tetap melanjutkan, "Kemarin kan, gue denger dari anak-anak di koridor, banyak yang ngomongin juga," katanya langsung memanasi, "Si Billy tuh ya, katanya...........belok. Dia nggak suka cewek," lanjutnya berkasak-kusuk, membuat Retha dan lain kompak melebarkan mata. "Heh, mulut lo!" tegur Retha sambil melotot. "Ah masa?" delik Rika tak percaya, "Waktu kelas sepuluh, gue pernah mergokin dia loh, gandengan sama Arlina—anak IPS 5. Masa sih itu anak belok?" sambungnya ragu. "Itu kan dulu. Kali aja sekarang emang beneran belok," sambar Eva membenarkan. "Heh Sa, lo nyebarin rumor ini, beneran ada bukti yang kuat nggak?" tanya Retha. Tarisa makin maju, kini merapat dengan Retha, membuat Rika dan lainnya ikut-ikutan semakin dekat, membuat satu kantin jadi mendelik aneh pada mereka. Tarisa makin memelankan suaranya dengan berbisik-bisik pelan. "Jadi......ada adek kelas yang pergokin dia lagi duduk sambil rangkulan sama Vero—anak kelas sepuluh, yang jadi raja MOS tahun ini. Lo tau nggak rangkulan dimana?" tanya Tarisan heboh, walau masih berbisik juga, "Di deket toilet cowok anjing! Mana pakek bisik-bisik manjah gitu. Anjing kan? Ya iyalah anjing," selorohnya menggebu-gebu. Retha mengumpat seketika, "Lah, Vero kan udah pacaran sama Geby," protesnya. Tarisa mengibaskan tangannya dengan lebay, "Lo polos banget sih? Ya karena itu, makanya dia pacaran sama Geby. Supaya orang-orang nggak ada yang curiga, kalau dia ada apa-apa sama Billy euy, sendok nyam-nyam!!" balasnya dengan sewot. Retha mendelik, "Ngatain gue lo?" semburnya melotot, tapi tidak di gubris sama sekali oleh Tarisa, dan cewek itu kembali melanjutkan gosip. "Lagian, Billy kan emang nggak pernah pacaran. Jadi wajar kan, kalau banyak murid yang benerin rumor itu?" tanya Tarisa langsung kompor, supaya teman-temannya percaya. "Lah, bukannya yang nggak pernah pacaran itu malah Karrel ya? Gue malah mikirnya, kalau yang belok si Karrel," kata Zheta tanpa dosa. "Dia pernah pacaran kali, sama Melody pas SMP. Lo aja yang nggak kenal," kata Rika langsung berseru sewot. Ngerti nggak sih, kalau punya sepupu cowok yang di anggap kayak anak begini, ikutan tersinggung kalau ada yang ngatain. Rika kemudian mendengus, "Lagian, dia lagi deketin cewek sekarang," sambungnya. "Lah, masa?" tanya Retha kaget. Ya seorang big bos yang terkenal garang, suka palakin adek kelas, dan nggak pernah kedengeran punya pacar, tiba-tiba ada kabar dia lagi nge-gas cewek, tentu saja dia kaget. "Anak mana? Anak sekolah sini?" tanya Eva. "Ceweknya yang mana anjir?? Ihh, ngga kuku ngga nana, Jiso Black Pink denger kabar kayak begini," kata Tarisa tak terima, merengek-rengek tak karuan. Rika mendelik, "Apaan sih lo, nge-gas amat," balasnya dengan sewot. "Ya iyalah Rik. Inceran gue dari kelas sepuluh sat," balas Tarisa ngotot. "Eh, seriusan deh! Anak sekolah sini?" tanya Zheta tak tahan juga untuk bertanya. "Bukan. Anak Dharma Wijaya ceweknya. Lo pada tau nggak, selebgram yang namanya Denta itu?" tanya Rika, membuat Retha mengerutkan kening karena tak tau sama sekali. "Ohh, yang cantik kan?" tebak Eva. "Masih cantikan gue kali," protes Tarisa sambil membenarkan poninya. "Idih," delik Retha langsung julid. "Setau gue sih, dia queen bee-nya sekolah itu. Eh, bener nggak sih?" sahut Eva bingung juga. Rika mengangguk membenarkan, "Sepupu gue lagi ngincer itu cewek. Katanya sih, habis nolongin itu cewek pagi-pagi, langsung jatuh cinta pada pandangan yang pertama," balasnya drama. "Eh, bentar dulu deh! Gue follow akunnya Denta loh, soalnya gue suka tiap lihat video dia yang lagi bikin tutorial make up gitu. Tapi nih ya, setau gue, dia pernah post foto sama cowok gitu. Ganteng loh. Gue pikir, itu cowoknya," kata Eva. "Cowok yang di foto, Gasta kan? Temen SMP gue itu," tanya Rika yang sudah tau. "Lah anjrit, bosgeng juga kan?" Retha langsung kaget. "Hmm...musuhnya Karrel. Padahal, dulunya sahabatan loh," seru Rika seolah menyayangkan. "Terus, gimana ceritanya tuh? Karrel naksir ceweknya musuh? Gelut dong?" tanya Zheta. "Halah, sebelum ada Denta juga udah ribut mulu mereka," balas Rika tak terlalu peduli. Sementara Tarisa—bahunya sudah melemas dan sekarang malah merengek sambil mengunyah gorengan di tangannya sambil tersedu-sedu palsu yang berlebihan. "Di kehidupan sebelumnya, itu cewek bikin kebaikan apa sih? Bagus bener anjir nasibnya, di taksir sama dua bosgeng. Aku kapan di rebutin cogan, HUHUHU!!" rengeknya lebay, sedangkan Retha hanya melirik sensi yang kemudian beralih memandang Karrel yang sedang malakin adek kelas. "Lo masih naksir Azka Tha? Lihatin sono mulu dari tadi," celatuk Zheta begitu saja. "Kan...kan...Retha...hayo-hayo!! Udah suka-sukaan sekarang," ledek Rika ikutan. Yang lain ikutan bersorak gila dengan rusuh. Retha mengumpat, melotot pada Eva, "Lo ember banget sih," protes Retha sambil menabok lengan Eva karena sudah tau, Zheta tau rumor ini dari Eva. "Keceplosan jingan," delik Eva tak terima. "Wah anjer, saingan sama Savita dong? Dia naksir Azka juga loh, dari SMP malah," pekik Tarisa heboh. Dia kalau ada keributan, sungguh suka. "Dih, apaan sih? Gue Cuma nge-fans," sahutnya membela diri, "Lagian, emang Cuma dia kan yang paling waras di antara mereka," lanjutnya sambil menunjuk ke arah Karrel dan anak Levian lainnya dengan dagunya. "Buruan beliin, gue laper!" ketus Tilo langsung nyamber memalak adik kelas. Karrel dan lainnya yang melihat itu, kompak menertawai. Benar-benar receh sekali. Bahkan, Billy sampai memukul-mukuli pundak Tilo saking ngakaknya melihat wajah panik Dani barusan. Memang ya, kakak kelas model mereka, patutnya di basmi. "Udah-udah, jangan di bully! Kasihan geng, masih adek kelas," kata Karrel tanpa dosa, membuat yang lain jadi mengumpat berjama'ah. Sampai tidak lama.... "KARREL, DUIT KAS LO MANAAA??" Karrel yang masih tertawa ngakak, langsung tersentak dan mengumpat. Menoleh kaget pada sosok Savita yang melangkah terburu-buru memasuki kantin, dengan wajah sangarnya, sambil membawa buku kas, bersampul kotak-kotak merah. "GUE CARIIN LO DARI TADI. KATANYA MAU LUNASIN DUIT KAS, PAS JAM ISTIRAHAT PERTAMA. MANAAA???" amuk Savita sambil memukul jidat Karrel menggunakan buku yang ada di tangannya, "MALAH NGUMPET DI SINI. UTANG KAS LO DI GUE TUH BANYAAAAKKK!!" pekiknya lagi membuat Karrel melotot, menciut malu ketika penghuni kantin lain memandanginya. "LO BERDUA JUGA SAMAAA!!" jerit Savita pada Vian dan Tilo. Dua cowok yang tertawa itu, langsung mendelik, dan mengumpat begitu saja dengan kompak. Kadang, mereka tuh salut. Mulia sekali hati pak Mustadji memberikan mereka bendahara yang tingkahnya mirip harimau begini. Karrel menggeram, bersiap untuk mengamuk, "Lo kalau nagih duit kas jangan di kantin dong anjing. Lo mau jatuhin image gue yang jadi bosgeng garang di sini??" omelnya melotot dengan sewot, sementara Savita mendelik tak takut. "Kok lo nyalahin gue sih? Ya salah lo lah. Siapa suruh ngumpetnya di sini? Kalau ngumpet ya ke belakang sana, biar nggak ketauan gue," katanya balik mengomeli. "Gue laper. Makanya ke sini," balas Karrel membela diri, "Lagian, utang gue di kas kelas juga dikit. Lebay lo." "Dih, dikit lo bilang? Lima puluh ribu euy. Baca nih, baca!!!!" kata Savita sambil sodorin buku kasnya ke arah Karrel. "Lah, kemarin masih sepuluh ribu perasaan," kata Karrel protes, "Lo tilep nih pasti," katanya menuduh membuat Savita melotot galak. Meski begitu, Karrel tetap merogoh kantung celananya, merenggut sebal menatap Savita tak suka. Savita mencibir sinis, "Ngakunya bosgeng tajir, duitnya banyak, anak konglomerat, tapi bayar kas, di uber dulu sama bendahara baru mau bayar," katanya julid, membuat Karrel mendelik masam, membuat Agam dan Billy puas menertawai itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD