02 | After Meet You

2122 Words
"KARREEEEEELLLLL!!!!" Pemuda tampan berprawakan jangkung, terlihat berlari terbirit-b***t di koridor lantai satu. Bahkan, saking kencangnya berlari dia nyaris terpeleset. Dan sekarang, cowok itu sudah berbelok di ujung koridor, dekat lapangan outdoor. Kembali menoleh dan mengumpat saat pak Mandarko masih berlari di belakangnya dengan sekencang-kencangannya, membuat dia tidak bisa berhenti. "KARREEEELLLLLLLLL!!! STOP DI SITU!! KAMU MAU SAYA LEMPARIN PAKEK BATAKO HAAA??" ancam pak Mandarko, masih berlari walau kesulitan menyusul. "SAYA MUTILASI KALAU PERLU." "Guru apa psikopat sih anjir??" umpat Karrel di sela larinya dan masih bisa mendengar suara gurunya yang terkenal galak itu. "ATAU MAU SAYA BANTING NANTI, KALAU UDAH KETANGKEP???" "KARREEELLL, NGGAK SOPAN YA KAMU BIKIN GURU LARI-LARI BEGINI!!!" Karrel Davian Andara—pemuda tampan berdarah Jerman itu meruntuk ketika suara cempreng dari guru Matematika-nya itu terdengar menggelegar di koridor lantai satu. Padahal, jarak mereka sudah lumayan jauh, tapi suara guru berkepala plontos itu masih saja terdengar. Jadi ceritanya, jam pelajaran ke-lima tadi, Karrel ketauan nge-vape di belakang perpustakaan. Dia lupa kalau asapnya lebih tebal dan banyak di banding rokok biasa, membuat pak Mandarko yang tadi sedang enak main catur sama pak Tholib, langsung mengintip lewat kaca jendela. Awalnya, pria itu berpikir kalau ada yang bakar sampah, eh nggak taunya, Karrel yang di juluki big bos-nya SMA Cendrawasih yang lagi enak-enak nge-vape bareng Tilo dan Vian. Jangan tanya dua cowok itu ada dimana. Tentu saja kabur juga. Tilo dan Vian kabur ke arah selatan—berdua, sambil bergandengan tangan, ninggalin Karrel yang melongo, dan tidak ada pilihan lain selain kabur ke arah lain. Dan sialnya, entah punya dendam pribadi atau gimana, yang di kejar pak Mandarko itu dia. HARUSNYA KAN TILO SAMA VIAN. SEKALINYA NANGKEP, LANGSUNG DAPET DUA. Sampai di belokan koridor, dekat laboratorium Fisika, Karrel lagi-lagi harus mengumpat, melihat sekumpulan murid kelas 11 IPA 1 bergerombol—karena baru selesai pelajaran di lab, dan berniat kembali ke kelas. Kehadiran mereka, sontak saja menutup jalan atau akses Karrel untuk kabur, membuat cowok itu jadi misuh-misuh tak karuan, tapi tidak peduli, dia tetap berlari walau harus bertubrukan dengan murid-murid yang berjalan berlawanan darinya. Karena mau bagaimana juga, dia harus kabur dari pak Mandarko. "KARREEEEEELLLLLL!!! STOP DI SITU!! ANGKAT TANGAN!!" "Berasa kayak di gerebek b*****t," umpat Karrel masih sempat menoleh ke arah pak Mandarko yang berlari di belakangnya, kemudian menatap kembali murid-murid yang berjalan dari arah berlawanan dengannya itu dengan garang. "LO SEMUA MINGGIR DONG ANJENG!!” amuknya pada murid- murid yang kini malah mendelik dan ternganga di depannya. Tapi tidak peduli tanggapan mereka, Karrel kembali berlari cepat, menghindar dari amukan pak Mandarko. Karrel mengumpat kasar, melihat pak Mandarko yang belum kapok juga mengejarnya. Dia pun tetap berlari terseok-seok dengan koaran suara pak Mandarko. Karrel langsung berbelok ke arah kanan, menuju koridor gedung A. Walau dia bisa menebak sih, bakalan lebih berbahaya karena dekat dengan kantor guru. Tak memperdulikan apapun, Karrel terus berlari lalu melompat dan nemplok ke dinding sana-sini--berlindung, lagaknya sudah seperti spiderman, walau aksinya kurang sempurna karena hampir terjungkal saat melompati pot yang ada di koridor. Sampai netranya menemukan satu ruangan yang tertutup. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalamnya dengan buru-buru. Gubrak Saking nafsunya mencari tempat untuk bersembunyi, Karrel sampai terpeleset, dan naas, bokongnya jadi mencium keramik di ruang OSIS. “Agghrrr anjing!!" "EH???" Karrel memekik sambil meringis kesakitan memegangi pantatnya yang nyut-nyutan, sementara gadis yang ada di ruangan itu, spontan melepas hansed kabel-nya, menoleh pada kerusuhan di belakangnya. Tak lagi memperdulikan laptop menyala di depannya. "Lo----" "Ehh, tempat buat ngumpet dimana ya?" seru Karrel lumayan panik dan tanpa basa-basi, tidak memperdulikan image gantengnya lagi sekarang.. Retha mendelik, ternganga begitu saja melihatnya, "Lo ngapain di sini? Lo bukan anak OSIS kan?" tanyanya jadi langsung sewot, "Keluar-keluar! Main yang jauh-jauh sana!" katanya galak. Karrel mengumpat, "Anjir, bacot juga nih cewek," gerutunya ngedumel, lalu menoleh ke kanan kiri, melihat se-isi ruangan ini, "Gue ngumpet di lemari situ ya! Awas lo bocor," katanya sudah berniat mendekati lemari. Retha sontak saja melotot, berdiri dan langsung menahan cowok itu, "Jangan sembarangan! Itu lemari buat berkas- berkas OSIS. Cari tempat lain aja buat main petak umpet, jangan di ruang OSIS," katanya sebal. Karrel menarik nafasnya panjang. Menegakkan tubuh memandang Retha dengan sengit. Cowok itu sedang mencoba untuk mengubah raut wajah paniknya, menjadi dingin dan menindas, seakan berubah jadi mode bosgeng garang seperti biasanya. "Lo belum tau siapa gue?" tanyanya dengan raut wajah menahan marah, membuat Retha jadi ternganga di buatnya. Cowok itu maju selangkah, membuat Retha otomatis bergerak mundur secara spontan, "Berani banget lo kayaknya sama gue," sinisnya. Retha mendelik. LAH, LU SAPE YA BANG??? ANAKNYA JOKOWI??? Namun, belum sempat unek-unek yang ada di dalam hatinya keluar, cewek itu di buat mendelik sekali lagi, ketika terdengar suara ribut dari luar. "KARREEEEEELLLLL!!! LARI KEMANA KAMU HAH?????" Karrel dan Retha sama-sama di buat tersentak. Dan mode bosgeng garang cowok itu, luntur seketika, tergantikan dengan raut wajah panik. "Please, lindungin gue! Gue nggak mungkin keluar sekarang. Ada botak di depan," katanya sambil menarik- narik tangan Retha, seolah memohon. "Hah, apaan sih?" "Lindungin gue! Lindungin gue," kata Karrel sambil mendorong-dorong punggung cewek itu membuat Retha jadi menoleh kesal. "KARREEEEEELLLL!!" "HEH, KALIAN, ADA YANG LIHAT KARREL TIDAK??" teriak pak Mandarko pada beberapa anak yang ada di koridor. Suaranya sangat kencang, dan Karrel yakin pria itu, sedang ada di depan ruang OSIS. Tidak hanya Karrel, gadis dengan tinggi semampai di depannya pun juga terkejut mendengar suara seorang pria di depan, "Lo habis maling ya, sampek di kejar sama pak Tholib gitu?" katanya menuduh. "Bukan pak Tholib. Ini lebih serem," balas Karrel sudah gelisah tiada henti. "Anjrit, pak Solikin??" tanya Retha sudah melebarkan mata. "Lebih serem lagi," kata Karrel greget. "Pak Mandarko???" pekik Retha baru sadar, "Mati lo, mati!!" gumam Retha ikutan panik juga. "Ya makanya biar gue nggak mati, gue mesti ngumpet anj--" "Di bawah meja situ aja!" kata Retha menunjuk-nunjuk ke arah meja, yang ada di pojok ruangan. "Nggak aman elah," protes Karrel yang sempat mendelik ketika melihat meja di ujung ruangan. "Udah sih, nurut aja! Buruan, biar gue ke depan," kata Retha langsung mendorong-dorong badan Karrel. Mata Karrel lantas memicing, "Lo nggak lagi jebak gue kan???" tanyanya dengan mimik wajah curiga. "Anj—“ Retha hampir khilaf ngumpat, menoleh tajam pada cowok yang kini menampilkan ekspresi tidak merasa bersalah sama sekali, "Keluar lo dari sini! Nggak usah minta tolong sama gue." Cewek itu memekik kesal. Karrel mendelik tak percaya, "Dih, baperan banget sih lo?" sahut pemuda itu, dan langsung ngacir ke meja pojok untuk ngumpet. Retha menghela nafasnya panjang. Di rasa Karrel sudah aman, cewek cantik itu lantas melangkah ke arah pintu ruang OSIS dan membukanya. Dan benar saja, di depan pintu sudah ada pak Mandarko yang sibuk mengatur nafasnya karena kelelahan berlari. "Bapak...ngapain di sini?" tanya Retha dengan sopan, dan gayanya langsung manis seperti biasanya. Pak Mandarko menoleh, berbinar begitu saja, "Eh Retha. Kamu kok ada di sini?" tanyanya tenang. "Iya pak. Lagi selesaiin proposal buat turnamen RIPU Cup nanti," balasnya sambil tersenyum tipis. "Oalah, gitu. Bagus deh. Balik sana ke dalam, lanjutin tugas kamu!" "Siap--" "Oh ya, kamu ada ketemu buronan bapak lewat sini nggak?" "Hah, buronan?" tanya Retha cengo. Tidak lama, Retha langsung tersentak menyadari buronan yang di maksud pak Mandarko itu siapa. Walau dalam hati membenarkan juga, 'Iya sih, mukanya Karrel emang cocok banget jadi buronan napi kasus n*****a'. "Itu loh, si Karrel anak IPS. Ada lihat nggak?" "Oh, Karrel yang itu. Nggak ada lihat sih pak, kan dari tadi saya ada di dalem ruang OSIS," balasnya sopan. Pak Mandarko menghela nafasnya dengan panjang, "Ya sudah kalau gitu, bapak cari anaknya dulu. Tapi, kalau semisal kamu ketemu anaknya, lapor ke bapak ya!" ujarnya yang di angguki tenang oleh Retha, dan setelahnya pria berkepala empat itu, kembali melangkah menyusuri koridor. Melihat punggung pria itu mulai agak menjauh, Retha kembali masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Beruntung, di ruang OSIS hanya ada dirinya saja, karena yang lain sudah meninggalkan ruangan sejak istirahat pertama selesai tadi. Gadis cantik itu melengos, kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan menonton drama Korea di laptopnya yang sempat di pause tadi. Memang, kerjaan Retha kalau lagi di ruang OSIS nggak jauh-jauh dari drama Korea. Istilah lainnya, dia sudah mabok dengan drama Korea. Soal proposal, dia bisa mengerjakan di rumah. "Ssssttt....sssttt!!" Retha yang sedang fokus menonton Kang Chul yang lagi ngobrol sama Oh Yeon Jo, sambil meminum teh kotaknya, jadi langsung merinding mendengar desisan seseorang. "Woy anak IPA, b***k lo?" Gadis itu sontak saja mendelik horor, saat Karrel melongokkan kepalanya dari tempat persembunyiannya, tapi belum berani untuk keluar. "Apa?" "Udah aman?" "Hm, udah." "Dari tadi kek anjir," umpatnya. Karrel sontak saja langsung keluar dari tempat persembunyiannya, dan memandang cewek yang kini sudah sibuk kembali dengan laptopnya sendiri. Tanpa pikir panjang, cowok itu langsung melangkah mendekat, dan duduk di sebelahnya. Kepo dengan apa yang di lihat. "Wifi-nya lancar banget kayaknya?" tanya Karrel tersirat menyindir. Retha melirik, melengos tak peduli, kembali melihat laptopnya yang masih menyala. "Gue tau lo pasti mau nanya nama gue kan???" tanyanya percaya diri, membuat Retha mendelik, "Ya udah, kenalan sini sama gue," lanjutnya, sambil tersenyum tipis. Sementara Retha, menipiskan bibir melihat kepedean cowok ini. "Nama lo siapa? Kalau gue Karrel." NGGAK NANYA!!!!!! Lagipula, Retha memang anti sama anak-anak 11 IPS 2, karena buayanya sekolah bermarkas di tempat itu semua. Dia sudah mati rasa, tau kalau Eva pernah di baperin sama anak IPS 2, terus di tinggalin gitu aja. Nggak menutup kemungkinan, cowok di depannya ini juga sejenis teman-temannya. Tidak menjawab, Retha hanya mengangkat sebelah alisnya tinggi. Membuat Karrel mengumpat dalam hati, 'bener ya ternyata, kalau anak IPA 1 tuh classy dan sombong abis. Untung tipe cewek gue kayak Denta. Yang eassy going abis, walau tingkahnya suka bikin orang emosi.' "Bener sepupunya Tilo kan?" tanya Karrel lagi, kali ini berhasil membuat Retha menoleh, dan mengangguk mengiyakan. "Lo...anak IPA 1??" tanya Karrel sok tak tau, padahal tadi sudah menyebut Retha anak IPA. "Hmmm." "Sekelas sama Rika dong??" "Rika yang mana?" tanya Retha cengo. Soalnya di kelas dia yang namanya Rika ada dua. Yang satu Rika Maharani, yang satu lagi Arika Vernandes. "Rika yang ignya Rikamaharani. Kalau ig gue, Karrel Andara, nggak pakek spasi," katanya promosi, membuat Retha makin ternganga melihatnya. "Nama lo siapa?" ujar Karrel lagi. "Retha." "Panjangnya??" "Aretha Kazumi." "Nggak pakek nama marga??" "Masayoshi." "Oh, elo anaknya om Brahma ya?" seru Karrel sok baru tau, "Kok lo nggak pernah ikutan di pesta perusahaan?" "Gue males ikut." "Kalau lo mau tau, bokap gue namanya Barga. Om Brahma kenal deket sama bokap gue." "Padahal, gue nggak pengen nanya tuh," sahut Retha, membuat Karrel tercengang, nyaris ingin mengumpat dan menampol cewek itu. Hening. "Ini boyband kan ya? Gue kayak pernah lihat," seloroh Karrel tiba-tiba sambil menunjuk layar laptop Retha. "Dih, sotoy." "Lah, emang bener kan?" "Enggak." "Iya, gue tau ini cowok. Membernya Exo kan?" tanya Karrel sok tau. "Hah, Exo apaan sih? Yang mana, yang lo maksud member Exo?" tanya Retha sudah tak tahan, karena cowok ini terus mengganggunya sejak tadi. "Yang ini loh" kata Karrel menunjuk- nunjuk Kang Chul heboh, "Gue lupa namanya, kalau nggak salah sih Sehun. Bener kan?" tebaknya. "Bukan. Ini namanya Lee Jong Suk," kata Retha masih sabar. "La iya bener, Sehun kan? Member nya Exo," kata Karrel masih ngotot. "Lee Jong Suk oon," kata Retha sudah tak tahan lagi, "Ini namanya Lee Jong Suk. Sehun beda lagi." "Tapi mirip anjir." "JAUH!!!" Karrel reflek mengumpat, “B aja kali,” katanya menyentil kening Retha. Retha mendelik, "Kenapa???" tanyanya dengan percaya diri. "Lo berani sama gue?" tanya Karrel sambil melebarkan matanya garang, membuat Retha tanpa sadar langsung mendelik sensi. "Elo mendingan pergi deh! Ngerusuh mulu. Diem sekali nggak bisa?" Retha tanpa sadar berubah 180°. Tidak seperti biasanya yang kalem. Walau sebenarnya, itu untuk pencitraan semata, "Udah bagus gue tolongin ya, nggak bilang makasih, malah nyolot." "Dih, elo duluan yang nyolot." "Ya elo, sok tau banget soal KPOP. Mana ngotot lagi," cibirnya. "Gitu doang juga." "Halah." Karrel jadi terpancing untuk mencakar wajah cewek imut yang ada di depannya ini, "Pergi lo! Gue lagi sibuk," usir Retha sambil mengibas tangannya--untuk mengusir, "Dan jangan ke sini lagi!!" lanjutnya jutek. Karrel mendecih, "Oke fine, gue pergi. Awas lo, gue laporin ke bu Anggia, gara-gara sering pakek wifi ruang OSIS buat download drakor," kata Karrel menyebutkan guru sejarah di sekolah itu, yang jadi pembina OSIS. "Laporin aja sih!! Bu Anggia mana percaya, sama berandalan sekolah kayak lo," katanya sambil melotot mencoba untuk terlihat tak kalah galak dari Karrel, "Pergi lo, sebelum gue panggil pak Mandarko ke sini buat botakin rambut lo." "OKE," balas Karrel nge-gas, "Awas lo kalau kita ketemu lagi. Nggak usah sok akrab!" katanya jutek. "Idih, ngaca dulu mas-nya. Elo yang sok kenal duluan sama gue ya," kata Retha tak mau kalah, membuat Retha mendengus. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD