bc

Pengantin Best Seller

book_age18+
474
FOLLOW
1.7K
READ
age gap
comedy
sweet
bxg
humorous
campus
office/work place
sassy
like
intro-logo
Blurb

[Dewasa]

Marlena Utama. Setelah hatinya dibuat hancur berkeping, dia memutuskan untuk setia pada status jomblowatinya, setidaknya sampai hari itu ... Lena dilamar oleh seorang lelaki yang merupakan teman abangnya. Dan yang jadi polemik adalah: Teman abang ada lima!

Menurut kalian, siapakah gerangan?

chap-preview
Free preview
Prolog
"Lena, bikinin minuman!" Sementara dia, Regilang Utama, berjalan menuju kamarnya melewati sang adik yang tengah baca novel sambil rebahan. "Di depan ada Bang Aji." Mendengkus, Lena tutup buku. Dan baru saja dia berdiri, abangnya yang lain keluar kamar menitah, "Sekalian bikinin teh anget rendah gula. Tiga, ya." Nah, kan. Begitu. Lantas, baru saja Lena jalan ke dapur, langkahnya dicegat oleh lelaki berkaos putih, menanyakan, "Kamu simpan kaos kaki Abang di belahan dunia mana, sih?! Dicari-cari nggak ketemu. Sana, cariin dulu! Urgent." Memang selalu begitu. Nasib jadi adik bungsu rasa babu. Sialan! Harusnya jadi bungsu itu, apalagi perempuan one and only di keluarga Utama, Lena jadi ratu! Bukan malah bungsu rasa pembantu. Ck! "Lena!" "Len!" "Marlena!" "Sumpah, ya!" Tak tahan lagi, Lena meledak di detik tiga abangnya panggil-panggil nama dia. "TANGAN AKU CUMA DUA, KAKI JUGA CUMA SEPASANG, JADI TOLONG KALO NGGAK BISA NGURUS URUSAN SENDIRI DAN MINTA BANTUAN AKU, SATU-SATU!" Oke, sip. Gilang, Ginandar, dan Genta diam seketika. Ya, ya, ya. Adik mereka murka, adalah waktu di mana tiga makhluk batangan di rumah itu mingkem seketika. Lena mencebik, dia lanjutkan langkahnya. Pertama-tama, temukan kaos kaki Bang Nandar dulu. Kakak lena nomor dua. Begitu dapat, dia lemparkan. Pas sekali, kaos kaki itu mendarat di d**a Bang Nandar. "Kalo cari barang selain pake mata, pake akal juga, dan jangan cari di satu tempat aja!" Kaos kaki itu terselip di bongkahan pakaian dalam Ginandar. "Satu lagi," ungkap Lena penuh penekanan saat bilang, "ambil baju di lemari tuh yang bener! Capek aku ngerapiin, udah dilempit baik-baik, diambilnya asal narik. Selain awut-awutan, pakaian yang udah ditata jadi ambyar dari tempatnya. Beresin!" Buseeet. Nandar elus d**a. Lena galak. Memang galak, tapi selain kepada Lena, mau minta bantuan ke siapa? Ngurus rumah, urus diri sendiri, bahkan urusin tamu yang datang untuk disuguhi minuman selalu Lena ... sejak dua tahun lalu ibu mereka menyusul ayah ke alam baka. Ah, Marlena Utama namanya. "Silakan." Yang Lena letakkan tiga teh hangat rendah gula di ruang tamu kursi rotan. Oh, sudah datang. Itu teman-temannya Bang Genta. Abang Lena yang pertama. Ada dua di sana, tiga sama Bang Genta. Di nampan Lena, sisa satu, secangkir teh hangat yang normal gulanya. Ini untuk Bang Aji, teman Bang Gilang. Sedikit informasi, Bang Aji mantan Lena nomor sekian. "Monggo, Bang." Aji senyum. Tipe-tipe cowok gagal move on. Sayangnya, Lena sudah cuti pacaran jadi dia menolak balikan. Well, Aji nunggu di sofa ruang tamu. Dia duluan yang datang daripada golongan kawan Bang Genta. "Makasih, Len. Racikan tehnya enak." "Cuma teh kok." Lena pun hengkang ke dapur, simpan nampan. Bang Gilang nggak terlalu suka teh, jadi dia minumnya kopi, sudah Lena buatkan sebelum Bang Aji datang, makanya nggak Lena suguhkan lagi. Eum ... Kalian pasti penasaran, memangnya keluarga Utama tidak mempekerjakan asisten rumah tangga. Tahu kenapa? Yap. Itu karena baru kepikiran sekarang. Selama ini Genta selaku putra nomor wahid selalu sibuk oleh kerjaan, apalagi sebelumnya pekerjaan rumah dikerjakan oleh mendiang ibu dibantu Lena. Berhubung rumahnya nggak mewah, tapi meriah. Nggak besar, tapi cukup. Sederhana, hanya luas di bagian ruang tamunya. Ruang keluarga bersatu dengan dapur, tempat makan, dan satu kamar mandi. Nah, kalau pagi tuh ... pasti, selalu, setiap saat heboh serumah-rumah akibat berebut siapa duluan yang masuk ke ruang kecil itu. Sisanya adalah kamar, lima, sama kamar orang tua yang sudah tiada. Meski demikian, kamarnya tetap terjaga. Lena yang merawatnya. Hasil didikan ayah ibu, Lena menjadi gadis ahli rumah tangga. Tinggal cari pendamping saja, kata Bang Genta. Sayangnya, umur 20 tahun ... waktu itu, di setelah ibu tiada, Lena patah hati sampai sekarang 22 dan dia nggak mau pacar-pacaran lagi. Lain dengan Bang Nandar yang memang lebih setuju jika adik bungsunya nggak main hati sama laki-laki, nanti dulu, jangan menikah dulu apalagi usia masih dini. Toh, Lena sedang menempuh pendidikan strata satu. Bang Regilang sibuk kuliah, usia 24, nyaris jadi mahasiswa abadi di saat mau masuk kampus pun jeda dulu setahun. Sama sekali nggak terpikir untuk cari ART. Pun, Ginandar. Dia nggak mau usul atau berinisiatif. Pasif. Biarkan urusan rumah diatur sama Bang Genta, dan diurus oleh Marlena. Ck, ck, ck! Saudara macam apa?! Kembali ke masa sekarang, Lena lanjut baca novel sambil tengkurap di sofa panjang ruang keluarga. Sementara itu, di ruang tamu. "Mantan lo tuh, Ji. Bang Nandar kicep sama dia perkara kaos kaki." Aji terkekeh. Dia adalah mantan Lena sewaktu SMA. Sudah lama, kan? Iya, dan Aji masih saja suka. "Yuk, sekarang aja. Yang lain udah nunggu katanya," tutur Gilang. Aji seruput tehnya. "Bentar, tanggung. Tehnya belum abis." Datang ke sini, jemput Gilang, semata-mata karena ingin merasakan teh hangat buatan mantan. Tepat, Aji tersenyum tipis. Ekhem! Adalah dehaman yang membuat Lena mendongak, di tempatnya, sesosok tinggi besar berdiri di sebelah sofa. Untung bukan makhluk astral! Bikin kaget saja. "Ada yang bisa aku bantu, Pak?" Sudah lama Bang Genta berteman dengan dua kawan yang tadi, hingga Lena kenal dan nggak asing lagi. "Tehnya kurang." "Oh?" Lena berdiri. "Mau aku bikinin lagi?" Anggukan adalah jawaban berarti sebelum kemudian lelaki 32 tahunan itu kembali ke tempat di mana bokongnya mendarat tadi. Ah, hari itu ... Bang Genta sedang quality time bersama dua sahabatnya: Mas Reinaldi dan Pak Wiliam. Beda Lena sebut mereka. Meski usia serupa 32, tapi hanya Pak Wiliam Budiman yang sudah menikah ... bahkan dua kali. Tapi itu bukan alasan khusus Lena sebut beliau 'Pak' ketimbang 'Mas', apalagi 'Bang'. Soal Pak Wili yang menikah (dua kali) wajar lah, pikir Lena. Pak Wili tampan sekali, tubuhnya kokoh mumpuni, meski bulu-bulu halus di area rahang tumbuh bikin ngeri, tapi kelihatannya tipe-tipe incaran buat dijadikan suami. Lena kalau nggak dibikin patah hati, sekarang ini, mungkin dia akan mempertimbangkan lelaki itu untuk dia sukai (dari segi fisik di setelah tak lagi gondrong rambutnya) yang katanya ... dua kali menikah, dua kali juga ditinggal istri. Yang satu meninggal dunia, satunya lagi cerai entah karena apa. Dan sampai sekarang Pak Wili belum punya anak, kata Bang Genta. Dengar-dengar sih ... masih perjaka? Eh, yang benar saja! Ngarang sambil ngupil tuh abangnya. "Nih, Pak, tehnya." Wili tersenyum segaris. Sedang Genta mencibir adiknya. "Kamu tuh, ya. Pilih kasih. Rei sama Wili kan seumuran, tapi manggilnya dibeda-bedakan." Sejak kapan? Tentu, sejak Lena jadi mahasiswa. Reinal tertawa. "Ya beda dong, Gen. Gue awet muda, Wili ekspres menua. Haha!" Yang dikatai begitu, Pak Wili YTH diam saja. Datar. Dia nikmati teh hangatnya. Lena sih sudah hengkang. "Rencana merit sama karyawan beda divisi ... jadi, Rei?" "Setelah ditolak sama adik lo, jadi dong, Gen. Biar nanti Lena diundang, semoga dia cemburu." Hell! Suara-suara mereka kedengaran sampai sini, menyeruduk gendang telinga Marlena. Membicarakannya. "Memangnya dia suka kamu?" Oh, siapa lagi kalau bukan suara Pak Wili? Jarang ngomong, irit kosa kata, tapi percaya deh! Suaranya berat dan basah, bikin hangat rahim wanita. Tak terkecuali Lena, bukan berarti dia suka. Hanya enak saja didengarnya. "Dasar," kata Bang Genta. "Gue pernah minta Lena menikah, tapi nggak sama Mas-Mas tiga puluh dua seumuran kita!" Mereka pun tertawa. Lena geleng-geleng kepala. Iya sih, dia cantik sampai anak semata wayang dari juragan desa sebelah saja jatuh cinta! Yap. Mahardika Wiratama. Orang yang rajin ngerayu Bang Nandar supaya bisa dekat dengan adiknya. Orang itu, saat ini datang bertamu. Ah, iya ... bertamu ke ponselnya, meminta Lena agar menambahkan kontak baru atas nomor dan nama dia: Mahardika. [Save, ya.] Sudah, itu saja. Coba ditebak, laki-laki mana yang di akhir kisah menjabat tangan Bang Genta, binti bapak, Marlena Utama disebut lengkap pada barisan kata akadnya? ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
627.4K
bc

Revenge

read
15.8K
bc

After That Night

read
8.5K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.7K
bc

BELENGGU

read
64.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.6K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook