Chapter 76E

1558 Words
Hah! Aku cekikikan kecil kala ingat masa itu. Entahlah apa yang mereka yakini aku keturunan china. Apa karena mataku yang sipit? Tapi nyatanya aku Indonesia tulen tidak ada darah kebangsaan china. Aku tak ingin ambil pusing. Baiklah kita lanjut lagi.. Pukul 08:15 WIB. Ya! Disini aku sekarang, bekerja di butikku sendiri. Meski aku yang punya butik tapi aku tidak ingin memberikan contoh yang kurang baik untuk karyawan ku. Aku memiliki tiga orang karyawan, untuk membantuku di butik, Mira, Amy dan Tika. Jam kerja di butikku di mulai dari pukul 08:30 – 15:30 WIB. Awalnya aku hanya bekerja sebagai modiste. Duduk di depan mesin jahit sebagai seorang modiste. Mengerjakan pesanan client di sebuah Ruko kecil dan mempromosikan jasaku melalui internet. Aku bersyukur uang tabungan beasiswaku untuk biaya hidup, bisa aku gunakan untuk modal memulai usahaku. Beruntung aku dulu tidak terlalu boros. Hingga aku dapat menggunakannya sebagai modal usaha kecil-kecilan untuk menyewa Ruko yang tak jauh dari apartment ku. Hanya menempuh waktu 10 menit saja bisa sampai. Ya, walaupun tidak terlalu besar seperti butikku sekarang, meski hanya sepetak, tapi lumayan untuk usaha ku kala itu yang hanya sebagai modiste. Modiste merupakan wanita yang ahli membuat pakaian wanita. Masyarakat mengenalnya dengan penjahit. Pakaian yang di produksi oleh modiste biasanya di buat sesuai dengan permintaan pelanggan, sehingga mereka tidak mengikuti standard ukuran pada umumnya. Pengukuran di mulai dari lingkar pinggul, d**a, lingkar tangan, panjang tangan, lingkar kaki serta paham untuk celana, hingga panjangnya pakaian yang di inginkan. Tidak terasa waktu kini menunjukkan pukul 15:30 WIB, waktunya pulang. Aku bersiap untuk pulang dan seperti biasa menunggu ojol menjemput ku. Tak lama ojol yang ku pesan mengantarku ke tempat tujuanku yaitu apartment sudah tak sabar aku ingin berendam dan mengistirahatkan tubuhku yang terasa lelah ini. Inilah aktivitasku sekarang, dari mimpiku sebagai fashion designer, memiliki impian suatu saat bisa memiliki butik dan menjahit hasil desainku sendiri. Alhamdulillah setahun sebagai modiste bisa menjadi fashion designer sesuai gelar ku sarjana desain (S. Ds) di butikku sendiri dan yang saat itu hanya ada satu karyawati kini aku memiliki tiga orang karyawati. Hm! Ck. Selain aktifitas harian ku bekerja, aku memiliki masalah pribadi. Aagh.. menyebalkan! Ini memalukan! Tapi.. aaaaghh... aku benci lelaki ketika pergi tanpa pamit, meninggalkan disaat sayang-sayangnya tanpa alasan. Membuatku patah hati rasanya dadaku sangat sesak hingga sulit ‘tuk bernapas. Breng*ek! Aku juga bisa apa? Hanya mengumpat dan mewek, sangat melankolis sekali aku. *** Ini weekend dan aku bingung, mau ngapain? Kumpul bersama keluarga? Hm. Mereka jauh, aku merantau disini mencari keberuntungan. Jalan-jalan sama pacar? Jelas yang aku rasakan jomblo akut. Pacaran percuma, kebanyakan lelaki tidak mau pacaran tanpa s*x. s**t! mungkin itu sebabnya pacarku sibuk dengan urusannya sendiri alasannya pekerjaan. Barack Bachtiar, dia kekasih ku, sosok yang dewasa dan pekerja keras. Sejak aku lulus kuliah kami sudah berkomitmen untuk menata masa depan. Dia sering sekali mengajakku untuk tinggal bersama, tapi aku menolak. Karena alsan belum menikah, dan aku akan tinggal bersama, jika memang sudah sah nanti. Jadi sementara kami tinggal terpisah. Dia sosok pekerja keras, bekerja di salah satu perusahan manufaktur, sebagai manager. Aku bangga padanya diusianya yang lebih tua setahun dariku (24), dia sudah diangkat sebagai manager padahal baru 2 tahun bekerja di perusahaan itu, aku akui dia cerdas dan cekatan. Selain itu dia membuka usaha toko yang memiliki dua pramuniaga mengurus tokonya yang menjual berbagai aksesoris motor dan mobil. Untuk sampai ke tokonya hanya membutuhkan waktu 5 menit dari apartemennya. Well! Setiap akhir pekan atau hari libur dia akan ada alasan untuk sibuk dengan pekerjaannya. Ya, nothing. Aku tidak pernah berfikir hal negatif tentangnya. Hari ini aku berencana untuk berkunjung dan membawakan makan siang di tokonya, tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ya! Aku rasa tak masalahkan. Aku bersiap menyiapkan berbagai bahan yang di butuhkan. Dia suka sekali makanan khas Italia, itu sebabnya Ayam Parmigiana dan Gnocchi saus keju yang akan ku masak untuknya hari ini. Aku bersiap berkutat di pantry, hingga kini masakan ku terhidang di atas meja dengan uap yang mengepul di rantang yang akan ku bawa untuk makan siang kami. Aku melirik kearah jam dinding, sekarang sudah jam 11:20 WIB. Aku bergegas masuk kamar dan bersiap mengenakan kardigan panjang berwarna baby blue dan mengenakan flat shoes senada. Aku mengambil rantang dan tas selempang ku dari meja makan dan pergi menuju Toko Barack Bachtiar. *** Setelah 10 menit perjalanan menuju toko Barack, akhirnya aku sudah berada di depan tokoh sekarang dan langsung memarkirkan mobil putihku. Aku melihat jam yang melingkar di tanganku sudah menunjukkan pukul 11:35 WIB. Aku memasuki Toko kekasih ku, Bachtiar Motobike itu nama tokonya. Kedatangan ku di sambut Agus dan Bagas karyawannya, kebetulan setiap jam isoma toko itu tidak melayani pembeli, harus menunggu atau datang kembali selepas Isoma. “Siang mbak Line..” Sapa Agus dengan tersenyum ramah. “Siang..” jawabku tak kalah ramah. “Mbak Line, kok datang sendiri? Mana Boss, Mbak?” tanya Bagas padaku. Aku mengerutkan kening halus. “Loh Barack gak datang hari ini?” tanyaku. Serempak mereka menggeleng. “Tadi pagi sempat kesini, Mbak. Tapi pergi lagi.” Jawab Bagas. Aku ber-oh-ria. “Mau maksi bareng ya, Mbak? Hee..” tanya Agus dengan cengir kuda. “Hm. Iya.” Aku menghela nafas dan mengangguk. “Sebelumnya gak menghubungi dulu, Mbak?” tanya Bagas. Aku hanya menggeleng. “Coba telfon dulu, kali saja ada di apartemennya, Mbak.” Saran Agus yang di-iya-kan oleh Bagas. Aku mengambil gawai dari tas selempang ku dan menghubungi Barack kekasih ku. Lama menunggu panggilan ku tak terjawab juga, hingga ke tiga kali akhirnya diangkat juga. “Halo sayang..” terdengar suara berat dari seberang. “Hola, kamu lagi dimana?” tanyaku langsung. “Ada di apartment sayang. Ada apa?” tanya Barack. “Aku otw.” Tegas ku langsung mematikan sambungan hingga terdengar. Tuttt.. Aku memasukkan gawai milikku kembali ke dalam tas selempang ku. “Aku bawa banyak ada 4 porsi Ayam Parmigiana. Kalian mau?” tanyaku pada Agus dan Bagas. Mereka mengangguk cepat dengan mata berbinar. Aku pun memberikan Ayam Parmigiana 2 porsi pada mereka yang di sambut cepat. Kemudian aku pamit ke apartment Barack. *** Setelah 5 menit menuju apartment Barack, akhirnya aku sudah ada di dalam lift sekarang menuju lantai 7. Setelah terdengar denting pintu terbuka aku langsung terburu-buru keluar dan tak sengaja bahuku menabrak seorang gadis berambut pirang dan bibir semerah darah dengan mengenakan pakaian yang seksi. Aku meminta maaf, dia pun hanya menunjukkan senyum samar lebih mirip sinis dan berlalu begitu saja menuju lift. Sempat heran tapi aku tak ambil pusing, mungkin itu memang karakternya. Disini aku sekarang berdiri di depan pintu apartment Barack, mengembangkan senyumku dan menekan tombol bell. Tak lama pintu apartment itu terbuka dan menampilkan sosok Barack dengan senyum manisnya. “Hai sayang..” sapanya kemudian memelukku dengan erat. “Hai aku rindu sekali dengan pacarku.” Ucapku dengan membalas pelukan Barack tak kalah erat. “Sayang, bawa apa?” tanya Barack padaku sambil melepaskan dekapannya. “Aku bawa makanan khas Italia Ayam Parmigiana dan Gnocchi saus keju. Untuk makan siang kita.” Jawabku sambil berlalu menuju meja makan.  Aku mengambil piring serta gelas dan menatanya di atas meja. Barack sudah duduk di kursi meja makan dan memegang sendok dengan mata berbinar. Aku menuangkan Ayam Parmigiana dan Gnocchi saus keju di piring. “Wah sayang, kamu paling ngerti aku.” Celetuknya sambil menyantap makanannya. “Aku bahagia sekali memiliki pacar sebaik kamu sayang.” Lanjutnya. “Aku juga sangat bahagia punya pacar seperti kamu Barack, dewasa dan setia.” Ucapku tulus. “Terima kasih ya udah bertahan untuk ku hingga sekarang.” Tambah ku menampilkan senyum termanis ku sambil menatapnya. Aku sangat bersyukur Barack bertahan disisi ku meski aku tak banyak memberikan kebahagiaan yang dia inginkan, aku merasa jadi wanita yang paling bahagia. Aku berjanji akan memberikan mu segalanya nanti kekasih ku, kau telah membahagiakan hatiku dan aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk mu, semoga kita bisa sampai menikah sehingga aku dapat memenuhi janjiku ini. Itu janji di hatiku jika kami sampai bersama nanti. Barack menghentikan kegiatannya dan menatapku lembut “Ya sayang.” Gumamnya hampir berbisik. Lalu kembali fokus dengan piringnya. Aku dan Barack menyelesaikan makan siang kami. Aku merapihkan meja makan dan menaruh piring kotor di wastafel untuk ku cuci. Barack menghampiri aku yang berkutat di wastafel. “Biar ku bantu.” Aku tersentak mendengar suara berat milik Barack berbisik ditelinga ku. Aku menolehkan kepalaku menatap Barack yang tepat di belakangku sedang tersenyum padaku. “Ah.. Barack, kamu ini mengejutkan ku saja.” Ucapku. “Maaf, biar ku bantu.” Ucapnya lagi. “Tidak usah sayang, biar aku saja.” Ucapku tak memperdulikan niatnya. Aku hendak membilas piring dan aku merasakan tangan menelusup dari pinggangku. Aku menemukan tangan kekar Barack mengunci pergerakan ku tangannya kini sudah memegang piring yang ku bilas. Aku merasakan hembusan nafas di tengkuk leherku. Aku menghela nafas pasrah. Barack membantu ku membilas piring dengan lembut, aku sadar keadaan seperti ini membuat ku sedikit canggung. Dia memeluk ku dari belakang sampai cucian piring selesai. Barack menggenggam tanganku dan menuntun ku ke sofa depan Tv. Aku merasa sangat bahagia dengan perlakuan Barack yang lembut. Inilah yang kami lakukan sekarang setelah selesai makan siang, kami bersantai di depan Tv sambil berbincang-bincang dari masalah kerja hingga masalah pribadi. Aku tersenyum menatap Barack yang sedang menyeruput kopinya. “Sayang..” panggilku lembut. “Iya.” Sahut Barack sambil memelukku dan mencium singkat bibirku.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD