Chapter 75E

1550 Words
Kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk mencintai kita, mungkin rasa sayang bisa terjadi tapi cinta hanya ada satu tempat untuk satu orang yang spesial. *** “Aaaaghh... Hiks..” terdengar erangan dan isak tangis seorang gadis yang memegangi kepalanya di ruangan itu tampak gelap hanya cahaya remang-remang dari lampu tidur. “Kepalaku.. sakit sekali.. hiks..” suara lirih gadis itu, siapapun yang menyaksikan dan mendengar pasti akan merasakan apa yang dirasakan oleh gadis itu pedih sekali rasanya oh Tuhan bahagiakan hatinya. “Hiks.. ini tidak adil Tuhan.. kenapa? Saat aku ingin membuka hati dan menjalani hubungan serius dengan seseorang selalu berakhir disakiti seperti ini.. hiks.. ini tidak adil.. hiks.. kenapa? Kenapa Kau buat aku mencintainya kemudian kau patahkan lagi.. hiks..” adu keluh kesah gadis itu dengan suara lirih seperti berbisik. Tampak sangat frustasi sekali gadis itu. Matanya sipit memiliki manik mata berwarna coklat itu penuh air mata yang terus jatuh membasahi pipinya terus meluruh tanpa ingin berhenti. “Aku harap ketika aku terbangun dari tidur ku, besok pagi sudah lupa akan semua hal yang menyakitkan seperti ini.. hiks... sungguh ini sangat sakit.. hiks... aku tidak menginginkan ini sama sekali.. hiks..” frustasi gadis itu dengan sesenggukan sambil terus merancau. ‘Oh God!! Mengapa aku rasa semua ini tak adil bagiku? Takdir apa yang aku hadapi saat ini? Sungguh aku merasa sakit, hatiku hancur dan semakin hancur. Mengapa saat aku menyerahkan seluruh hatiku untuk seseorang tapi yang terjadi seperti ini. Takdir apa yang sedang aku jalani?’ Buliran bening itu jatuh membasahi pipi putih kemerahan gadis itu. Ia merasakan pandangannya menjadi buram karena mata yang sudah di penuhi dengan air mata yang tak henti menyiram pipi gadis itu. Perlahan ia merasakan kepalanya yang semakin berat. Berbagai macam rekaman di pikiran gadis itu berputar seperti kaset rusak. Matanya semakin panas. Sesak di dadanya terus menghimpitnya. Kepalanya semakin berat dan sakit dia terus memikirkan kemalangan pada dirinya. ‘Aku berusaha mengingat-ingat kembali. Mengapa nasib cinta ku sesakit ini? Ooh God aku berharap suatu saat, aku dapat kau pertemukan dengan orang yang mencintai aku dengan tulus dan orang yang dapat aku cintai. Aku percaya kau akan membuat ku jatuh cinta untuk yang terakhir pada orang yang kau hadirkan untuk ku. Meski aku tak mendapatkan cinta dari orang yang aku cinta saat berpacaran tapi aku percaya kau akan mengindahkan cinta ku setelah menikah nanti. Aku percaya takdir mu akan indah, rencana mu jauh lebih sempurna, karena kau juga tidak ingin hamba-Mu menjalin kasih sebelum halal.’ Batin gadis itu. Ya! Siapa gadis itu? Siapa memangnya kalau bukan aku sendiri yang bisa sedrama ini. Ck, kesal aku merasa lelah. Sebelum akhirnya aku terlelap mengistirahatkan tubuh dan pikiran ku yang kusut. *** “s**t! Aaaghh.. kurang ajar siapa yang berani ganggu tidur ku..” terdengar umpatan di sebuah kamar yang dominan berwarna putih itu. Membuka mata perlahan menatap benda pipih yang ada di tanganku. Sejenak terheran menatap layar masih berwarna hitam, untuk lebih meyakinkan benda pipih itu ku geser menggunakan jari, dengan mata terpejam kembali ku tempelkan ke indra pendengaran. Baru saja aku akan menjawab panggilan dari seberang. Ck, ternyata masih terdengar suara bising? Tapi bukan berasal dari benda pipih ini. Tanganku meletakkan benda pipih itu di atas nakas. Kembali bergerak meraba di sekitar nakas dan menemukan sebuah benda kecil berwarna putih, langsung ku buka lipatan benda itu dan.. “Hola...” ucapku dengan mata terpejam. Mengernyitkan kening, tidak ada sahutan dan suara bising itu masih terus berbunyi meminta perhatian pada siapa pun yang mendengar. Memutar otak terus berpikir dalam diam dan mata yang masih terpejam. Panik aku terus berpikir, kalau bukan berasal dari benda pipih dan bukan juga benda kecil terlipat. Lalu...? aku terjangkit. Apa ada orang lain disini selain diriku? Dengan cepat mata sipit memiliki manik coklat terang, membuka mata lebar-lebar, dan terduduk bersila di atas king size. Mengedarkan pandangan seolah mencari sesuatu yang ada di pikiranku, tapi tidak ada siapa-siapa. Pandangan ku mengarah pada pintu kamar yang masih tertutup dan suara kamar mandi pun hening, sepertinya tak ada orang lain selain diriku di kamar ini. Namun suara itu kenapa sangat jelas dan dekat? Aaaghh.. sangat mengganggu, dan pandangan ku jatuh di atas nakas ternyata selain dua benda komunikasi milik ku ada benda lain. Aku sangat paham itu panda yang di perutnya ada banyak angka, ck. itu jam beker yang menunjuk ‘kan pukul 07:00 wib. “Aaaaghh... aku baru ingat. Hehee bodoh!” ringis ku. “Kenapa bodoh di pelihara?” tambah ku. Aku beranjak dari atas ranjang dan bergegas masuk ke kamar mandi melakukan rutinitas seperti biasa di pagi hari. Bersenandung kecil aku keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju pantry, berkutat disana menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri. Setelah selesai kini nasi goreng ceplok telur ditata rapih di atas meja. Aku masuk kembali ke dalam kamar dan beranjak menuju walk in closet. Menyiapkan pakaian yang akan ku kenakan, lalu ku langkahkan lagi kaki ku masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. 15 menit kemudian. Ya! Aku kalau mandi lama. Masih bersenandung ria dengan lagu favoritku  (BCL- Cinta Sejati), aku keluar kamar mandi mengenakan kimono dan handuk yang melilit menutupi rambut sebahu ku. Melangkah pasti duduk di depan cermin membuka lilitan handuk di rambutku. Mengambil hair dryer di laci meja rias ku, siap mengeringkan rambut. Setelah selesai kini memoleskan make up tipis di wajah putihku dan mengenakan pakaian khas ku, dress dibalut blazer. Mengarahkan pandangan pada jam beker di atas nakas sudah menunjukkan pukul 07:55 WIB. Bergegas menuju meja makan dan menyantap sarapan nasi goreng yang mulai sedikit dingin itu. Setelah selesai aku mencari tupperware dan memasukkan potongan buah kedalamnya, menuangkan minuman ke dalam wadahnya dan memasukan dua tupperware berbeda bentuk itu ke dalam tas kecil. Menyampirkan tas kecil di lengan kiri ku dan menenteng tas bekal, aku mengenakan sepatu kets putih dan berjalan menuju pintu keluar apartment yang ku tinggali. Aku terus berjalan di sepanjang lorong apartemenku yang terletak di lantai lima, disinilah aku sekarang, setelah suara denting pintu lift terbuka. Berjalan dari lobby menuju jalan raya untuk mendapatkan taksi. Aku kadang suka malas untuk mengendarai kendaraan ku sendiri, jadi aku lebih memilih menggunakan taksi atau jasa ojol untuk sampai ke tempat kerja. Temanku sering menyarankan aku untuk mencari supir saja tapi aku menolak, dengan alasan ingin mandiri. Ya, kalian pasti bertanya-tanya siapa nama gadis ini? Oke biar ku jelaskan identitas ku. Namaku Raline Zatulini, aku bekerja di butikku sendiri sebagai fashion designer. Di butikku aku memiliki tiga orang karyawan. Karena jika aku sendiri yang ada, aku akan sangat kewalahan. Raline Zatulini adalah gadis yang unik memiliki sejuta kekonyolan dan sedikit menyebalkan karena terlalu ceplas-ceplos begitu di kacamata teman-temanku. Aku tak pandai basa-basi apa lagi mengambil hati. Sangat payah! itu kata mereka tapi aku tidak peduli mereka menilai ku seperti apa, menurutku itu hak mereka masing-masing. Kulit putih, mata sipit memiliki manik coklat terang dengan rambut coklat sebahu sering sekali orang-orang mengira bahwa aku adalah keturunan cina, wkwkwk.. biarkan aku ngakak dalam hati. Aku mengingat kembali beberapa pertanyaan bodoh yang orang-orang lontarkan ketika menatap dan menyapa ku. Flashback on 2 tahun lalu.. saat di depan Bank Swasta. Ketika itu aku bersama temanku Dwi Arabella ke bank swasta untuk memblok tabunganku, karena aku kehilangan kartu ATM yang setelah bukunya di print tabunganku hampir habis. Ada rasa tak percaya. Apakah aku sedang bermimpi? Oh ayolah bangun. Ck, bagaimana bisa? Siapa yang melakukan ini? Aku di temani Dwi Arabella langsung ke bank. Hah! Betapa terkejutnya aku. s**t! Dasar bodoh. Kenapa dia senekat ini dan sangat percaya diri? Benar-benar bodoh mengambil uang di Bank pusat yang terdapat banyak CCTV? Apa dia kehilangan akal? Adeline Aida, dia salah satu temanku. Awalnya ada rasa tak percaya. Tapi, itu kenyataannya. Sudah ada bukti jelas wajah cantiknya yang terlihat dilayar itu. Aku tipe orang yang mudah percaya pada orang lain asal mereka menunjukkan sikap yang baik terhadapku, tetapi aku tidak berfikir kebaikan ku kadang di sepelekan. Oke skip dulu sekarang lanjut. Saat aku dan Dwi Arabella sedang duduk di depan bank menunggu hujan berhenti. Tiba-tiba sosok lelaki datang menghampiri kami dengan senyum manisnya. “Kakak ini chinese ya, matanya sipit?” tanya seorang tukang parkir padaku. “Hah?” aku kaget terbengong dengan tampang bodoh. “Kakak chinese?” tanyanya ulang. “Dia chinese tulen Om. Jadi gak akan ngarti Om ngomong apa.” Itu temanku yang ambil kesempatan untuk menjawab, ya Dwi Arabella. Teman seangkatan, sekelas, serumah. Ya, dulu saat kami masih kuliah. Saat di SPBU.. “Mbak campuran, apa asli china?” Pertanyaan Operator SPBU. Ya! Aku masih mengingat-ingat kembali saat aku bersama kakak tingkat ku dulu satu jurusan, serumah, sekamar, dia Andini Utami. Pergi mengisi bahan bakar kendaraan kami di SPBU. “Hah?” Kedua alisku terangkat, mataku membulat walau tetap saja tidak bulat. “Campuran” asal ku. ‘Ya soto campur bakso kayak nya enak.’ Lanjut ku dalam hati. Kami memiliki kesamaan mata sipit tapi bentuk tubuh yang berbeda, dia gemuk dan aku proporsional, hoho siapa lagi yang bakal memuji kalau bukan diri sendiri. “Wih.. bule china, mau pakai toilet cik?” petugas kebersihan menghampiri dan menyapa kami berdua. “Apa sih Om?! Yang bersih Om.” Balas kak Andini Utami. “Hee..” aku hanya memasang cengirku. Aku malas meladeni, ku berikan cengirku biarlah mereka mengira benar aku keturunan china yang kurang paham berbahasa indonesia. Flashback off..  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD