Chapter 71

1559 Words
Hingga akhirnya lagu itu selesai di mainkan, kami sama-sama tersenyum. “Bagaimana? Sekarang kau puas?” “Ya, sangat puas. Akhirnya aku dapat mendengar langsung suara Adele saat menyanyikan lagu ini, sameone like you.” “Sekarang apa kau akan meninggalkan tempat ini?” “Sekarang jam brapa?” “Jam 7.” “Acara bisnis papamu pukul berapa di mulai?” “jam 7.” “Ayo, kita otw sekarang.” Ucapku dan menarik tangan Nike pergi dari tempat itu langsung. “Baik lah.” Ucapnya dan kami tertawa senang, berlari keluar dan segera menuju kendaraan dan pergi ke gedung yang di paka acar bisnis itu di adakan. kami langsung masuk kedalam mobil. "Tunggu, tungg." ucap Nike ketika melihatku akan menyalakan kendaraan kami. "Ada apa?" tanyaku. "Kita ganti kostum dulu dan tanjap, tancap sedikit." "Ohh, ya. benar." "Ini gaunmu." ucap Nike yang memberikan gaun pesta berwarna putih dari peper bag miliknya lalu ia juga mengeluarkan sebuah gaun disana. "Ayo kita pakai." "Oke, kita pakai." ucapku yang langsung mengenakannya di dalam mobil itu, untung saja kacanya gelap, jadi tidak akan terlihat dari luar. Setelah mengenakan gaun itu kami menambah make up kami jadi sedikit mencolok, meski tidak terlalu terlihat mencolok atau menor. selesai kami merubah make up, dengan pelan kami keluar dari gedung itu, berbaur di jalan raya bersama kendaraan lainnya, menuju tempat tujuan kami, dimana acara bisnis papa Nike di adakan. Karena tempat acara bisnis papa Nike tidak jauh dari tempat acara konser Adele di adakan jadi tidak mebutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat tujuan kami, selang beberapa menit kami menepikan si putih memasuki halaman gedung tinggi dan mewah itu, kami memasuki garasi hotel mewah itu, dan mencari tempat untuk si putih, setelah memarkirkan si putih kami keluar dari dalam mobil dan segera berjalan menuju lobby hotel. Disana kami langsung memasuki lift dan menuju tempat acara di adakan, ballroom. Setelah menunjukkan identitas kami masuk ke dalam, benar-benar acara yang mewah dan di sini banyak sekali orang-orang hebat dan pebisnis ternama, jika di perhatikan banyak sekali pria berpakaian rapih mengenakan jas dan dasi juga banyak yang membawa pasangan, yang tidak membawa pasangan atau menggandeng pasangan itu merupakan hanya sebagai asisten pribadi atau sekertaris para pengusaha itu, dan dalam ballroom itu selain yang mengenakan jas dan dasi hanya pria dengan profesi sebagai p*layan saja selain itu bisa di tebak bahwa mereka semua adalah kalangan kelas atas para pengusaha hebat. Ayah Nike juga memeng seorang pengusaha hebat dari dulu sewaktu ayahnya masih muda juga sudah di kenal sepak terjangnya dan hari ini salah satu acara yang di adakan karena keberhasilan dari proyek baru yang di bangun oleh ayahnya itu, banyak sekali investor yang berpartisipasi dalam setiap bisnisnya, kami berjalan terus mencari keberadaan ayah Nike. Hingga tanpa kami perhatikan dan juga karena mata kami yang berkeliaran mencari keberadaan ayah dan suaminya, kami menabrak tubuh seseorang yang membuat kami menghentikan langkah kami, manik mata kami bersitatap dengan pria tampan di depan kami dengan menggandeng seorang gadis cantik yang memeluk lengannya dengan posesif, aku memperhatikan Nike dan Leon yang saling terdiam cukup lama, juga pasangan Leon yang senyum cerahnya sedikit memudar dan tampak mengernyit bingung. Aku berdeham untuk mengembalikan suasana di hadapanku, benar saja dehaman ku membuat mereka tampak canggung dan saling salah tingkah. “Eh? Oh, hay.” Sapa Nike yang canggung. “Y.. ya, hallo.” Sahut Leon dan tersenyum kaku juga menatap pasangannya dan aku juga Nike bergantian. “Oya, silahkan di nikmati lagi acaranya, Leon.” “Ya, terima kasih Nike. Oya, ini Leni tunangan ku.” “Ohh, ya. Halo, aku Nike. Selamat ya semoga kalian langgeng terus.” “Terima kasih Nike.” “Ya, ya udah aku mau cari suami dan ayah dulu.” “Ohh, ya udah.” “Ya, permisi ya.” Aku dan Nike kembali mencari keberadaan ayah dan suami Nike. Sampai akhirnya kami melihat ayah dan suami Nike itu tengah berbincang duduk di bangku VIP, senyum mengembang di wajah Nike juga aku ikut tersenyum menatap binar yang terpancar dari wajah sahabat ku itu. “Ayah, ibu.” “Ya, Nike? Duduklah.” “Ya, ayah.” Ucap Nike yang duduk di samping suaminya itu, dia juga langsung menarikku agar duduk di sampingnya. “Sayang, acaranya sudah dimulai?” bisik Nike pada suaminya. “Belum sayang, sebentar lagi.” “Syukurlah tidak telat.” “Ya, sayang. Mana mungkin telat mau datang jam 8 atau sembilan juga gak masalah sayang. Ini kan hanya acara perjamuan biasa, perjamuan acara bisnis untuk keberhasilan yang di capai. Hanya akan ada sambutan pembukaan perjamuan, inti perjamuan dan penutupan sudah selesai.” “Ya, sayang.” “Tapikan seenggaknya anggota keluarga, harus tetap hadir lebih awal, kan?” “Ya, sayang.” Aku melihat ada pembawa acara yang mulai naik ke atas panggung, yang menggenggam sebuah mic dengan erat, suara lantang dan ceria dari seorang pembawa acara itu memenuhi ruangan luas ini, ballroom. Setelah pembawa acara itu selesai dengan ucapannya dan memanggil ayahnya Nike agar naik ke atas panggung itu, segera ayah Nike naik ke atas panggung dan pembawa acar itu mundur menunggu ayah Nike selesai memberikan sambutan pembukaan acara jamuan bisnis itu. Setelah selesai memberikan sambutan itu, jamuan kini sudah dimulai, banyak sekali kalangan bisnis yang hadir karena biasanya acara seperti ini juga di jadikan sebagai kesempatan untuk bertemu dengan para pebisnis lainnya yang sangat hebat-hebat juga untuk saling mengenal juga untuk pengajuan kerja sama bisnis mereka kedepannya. Sangat beruntung jika pebisnis kecil atau yang baru mulai bisa di undang untuk menghadiri acara itu, tapi sayangnya ini acara perjamuan atau perayaan yang di lakukan pembisnis ketika proyeknya berhasil dengan kuota terbatas, hanya ada undangan untuk pembisnis dekat dan rekan bisnis saja. Aku melihat para pengusaha itu mulai menyantap hidangan yang di suguhkan oleh para p*layan dan mereka mulai berbincang-bincang dan saling menyapa, begitu juga ayah dan ibu Nike yang mulai berkeliling menghampiri para tamu yang sudah di undang, para tau juga tidak sendiri mereka di temani pasangan mereka masing-masing juga selain itu mereka banyak yang di temani asistennya. Aku tesenyum merasa miris sekali, aku merasa sendiri, tidak memiliki pasangan sendiri aku lupa kenyataan bahwa Nike sudah menikah, jika aku tahu seperti ini pasti aku akan mengajak Rumi juga kan untuk menemaniku disini.  Aku memperhatikan pelayan itu berkeliling membawa minuman dalam nampannya, ada juga yang mendekat, ini kesempatan bukan? Aku mengambil segelas minuman agar ada yang aku genggam seenggaknya aku tidak terlalu terlihat seperti orang bodoh kan? Aku juga bingung saat seperti ini apa yang harus aku lakukan? Hanya memperhatikan sekeliling, yang sangat membosankan, aku menggoyangkan gelas minuman ku dan meneguknya perlahan. “Raline.” Panggil Nike menyikut perutku. “Eh?” “Jangan bengong disini gak cuman elo yang gak ada pasangan.” “Siapa selain gue?” “Banyak, elo gak liat sekeliling?” “Ya banyak sih, tapi mereka ada tugas.” “Ck, harusnya lo gunakan kesempatan ini, buat cari kenalan.” “Apaan sih.” Ucapku, yang langsung berdiri dan berjalan perlahan meninggalkan Nike dan suaminya di bangku itu. “Sayang, kenapa tidak menemani Raline?” “Biar dia sendiri, sayang. Aku ingin ada yang mengajak Raline berkenalan.” “Tapi gak gitu juga, sayang.” “Memang harus bagaimana?” aku masih mendengar percakapan mereka yang mulai terdengar semakin jauh dan kini sudah tak terdengar lagi di telingaku. Aku berjalan berlahan mendekati meja prasmanan, dimana tempat makanan banyak disana. langkah kakiku berhenti di depan meja itu, aku melihat semua makanan yang ada di sana, tampak sangat enak dan lezat, begitu menggugah selera. Aku mendekati cake coklat disana, dan mengambil piring kecil lalu sendoknya. Aku mengambil cake itu dan meletakkan cake itu kedalam piringku, lalu mencicipinya. Lumayan enak, tidak. Bukan lumayan, tetapi memang enak sangat lezat. Selesai menghabisakan cake coklat itu aku mengambil dimsum yang ada disana, sangat banyak sekali jenis makanan, dan sangat enak-enak dan lezat. Menyantapnya dengan sangat khidmat, hingga aku merasa ada angin yang berhembus di belakangku dan sekitar tubuhku, yang membuatku terpaku, dan parfum ini, sangat nyaman. Aku meletakkan piringku yang sudah kosong dan aku sangat penasaran dengan seseorang yang memakai parfum itu, apakah dia orang yang sama atau lain lagi. Perlahan aku akan memutar badan dan melihat siapa seseorang yang memakai parfum itu dia seperti selalu ada di sekitarku. “Tuan, ada panggilan untuk mu. Ini mendesak, tuan.” “Apa tidak bisa menunggu nanti saja?” “Tidak bisa tuan.” “Baiklah, berikan.” Mendengar suara pria itu, tiba-tiba pikiranku blank, entah apa yang aku pikirkan. Tapi, mendengar suara itu, sangat familiar di telingaku. Saat aku kembali akan kesadaranku, aku mengerjapkan mataku cepat dan memutar balik badanku dengan cepat, akan tetapi yang aku lihat ada dua orang pria yang berjalan menjauh dari tempatku berdiri, pria yang berjalan di depan itu juga tampak familiar, sebelumnya aku seperti sudah pernah melihat dia, tapi dimana? Pikiran ku kembali kapan aku mencium wangi parfum itu, dan ya ingatanku kembali saat berada di resto biasa tempat aku dan Nike makan, resto khas jepang itu. Aku mengingat semua yang terjadi di depan wc resto saat itu, dan perawakan seseorang itu juga wangi parfumnya, juga sama persis seperti pria itu yang tengah berjalan ke arah pintu keluar ballroom. Apakah mereka orang yang sama? Siapa dia? Aku berjalan mengikuti kedua orang itu dari belakang, saat langkah kaki kedua pria itu sudah mencapai ambang pintu dan segera aku berlari kecil agar tidak kehilangan jejak mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD