Eps1: Raline Zatulini

1587 Words
Kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk mencintai kita, mungkin rasa sayang bisa terjadi tapi cinta hanya ada satu tempat untuk satu orang yang spesial. *** “Aahhh... Hiks,” terdengar erangan dan isak tangis seorang gadis, yang kini tengah menopang kepalanya dalam sebuah ruangan yang tampak gelap, hanya cahaya remang-remang dari lampu tidur. “Kepalaku... sakit sekali,” suara lirih gadis itu, siapa pun yang menyaksikan dan mendengar pasti akan merasakan apa yang dirasakan olehnya, pedih sekali, oh Tuhan bahagiakan hatinya. “Ini tidak adil Tuhan... kenapa, saat aku ingin membuka hati dan menjalani sebuah hubungan dengan serius bersama seseorang selalu berakhir disakiti seperti ini. Ini tidak adil... kenapa, kenapa Kau buat aku mencintainya kemudian kau patahkan lagi hatiku karena perasaan ini?” adu keluh kesah gadis yang kini berwajah tampak pucat itu dengan suara lirih seperti berbisik. Tampak sangat frustrasi gadis itu. Matanya sipit memiliki manik mata berwarna coklat itu dipenuhi air mata yang terus jatuh membasahi pipinya, terus meluruh tanpa ingin berhenti. “Aku harap ketika aku terbangun dari tidurku besok pagi, aku sudah melupakan semua hal yang menyakitkan seperti ini... sungguh ini sangat sakit bagiku. Aku tidak menginginkan ini, sama sekali... tidak!” frustrasi gadis itu dengan sesenggukan sambil terus rancu. ‘Oh God!! Mengapa aku rasa semua ini benar-benar tak adil bagiku?! Takdir apa yang aku hadapi saat ini? Sungguh aku merasa sakit, hatiku hancur dan semakin hancur. Mengapa saat aku menyerahkan seluruh hatiku untuk seseorang, tapi yang terjadi seperti ini. Takdir apa yang sedang aku jalani?!’ Gadis itu kini tak dapat mengeluarkan suara dari mulutnya, hanya suara hatinya yang terus merancau. Buliran bening itu jatuh membasahi pipi putih kemerahan gadis itu, yang kini berubah pucat. Ia merasakan pandangannya menjadi buram karena mata yang sudah dipenuhi dengan air mata yang tak henti menyiram pipi gadis itu. Perlahan ia merasakan kepalanya yang semakin berat. Berbagai macam rekaman di pikiran gadis itu berputar seperti kaset rusak. Matanya semakin terasa panas. Sesak di dadanya terus mengimpitnya. Kepalanya semakin berat dan sakit dia terus memikirkan kemalangan pada dirinya. ‘Aku berusaha mengingat-ingat kembali. Mengapa nasib cintaku sesakit ini?! Ooh God aku berharap suatu saat, aku dapat kau pertemukan dengan orang yang mencintai aku dengan tulus dan orang yang dapat aku cintai. Aku percaya Engkau akan membuatku jatuh cinta untuk yang terakhir pada orang yang Engkau hadirkan untukku. Meski aku tak mendapatkan cinta dari orang yang aku cintai saat masa lajang dengan status berpacaran tapi aku percaya Engkau akan mengindahkan cintaku setelah menikah nanti. Aku percaya takdir-Mu jauh lebih indah, rencana-Mu jauh lebih sempurna, karena Engkau juga tidak ingin hamba-Mu menjalin kasih sebelum halal.’ Batin gadis itu. Ya, siapa gadis itu? Siapa memangnya kalau bukan aku sendiri yang bisa sedrama ini. Ck, kesal aku merasa lelah. Sebelum akhirnya aku terlelap mengistirahatkan tubuh dan pikiranku yang kusut. *** “s**t! Aaaghh... kurang ajar siapa yang berani ganggu tidurku?!" terdengar umpatan di sebuah kamar dengan dominan berwarna putih itu. Membuka mata perlahan menatap benda pipih yang ada di tanganku. Sejenak terheran menatap layar masih berwarna hitam, untuk lebih meyakinkan benda pipih ini aku geser menggunakan jari dengan mata terpejam kembali, aku tempelkan ke indra pendengaran. Baru saja aku akan menjawab panggilan dari seberang. Ck, ternyata masih terdengar suara bising? Tapi bukan berasal dari benda pipih ini. Tanganku meletakkan benda pipih itu di atas nakas. Kembali bergerak meraba di sekitar nakas dan aku menemukan sebuah benda kecil berwarna putih, langsung saja kubuka lipatan benda itu dan... “Hola...” ucapku dengan mata terpejam. Mengernyitkan kening, tidak ada sahutan, beberapa saat kemudian suara bising itu kembali terdengar, dan terus berbunyi meminta perhatian pada siapa pun yang mendengar. Memutar otak terus berpikir dalam diam dengan mata yang masih terpejam. Panik aku terus berpikir, ‘kalau bukan berasal dari benda pipih dan bukan juga benda kecil terlipat, lalu...’ aku terjangkit. Apa ada orang lain disini selain diriku? Dengan cepat mata sipit memiliki manik coklat terang milikku, membuka mata lebar-lebar, dan terduduk bersila di atas ranjang berukuran king size. Mata yang membulat, mengedarkan pandangan seolah mencari sesuatu yang ada di pikiranku, tapi tidak ada siapa-siapa?! Kini arah pandanganku mengarah pada pintu kamar yang masih tertutup dan suara kamar mandi pun hening, sepertinya tak ada orang lain selain diriku di kamar ini. Namun suara itu kenapa sangat jelas dan dekat? Aaaghh... sangat mengganggu!! pandanganku jatuh di atas nakas, ternyata selain dua benda komunikasi milikku ada benda lain. Aku sangat paham benda itu panda yang di perutnya ada banyak angka, ck. itu jam beker yang menunjuk ‘kan pukul 07:00 wib. Raungan gadis itu terdengar malas dan sedikit tersenyum getir mematahkan lehernya. “Aku baru ingat. Hehee bodoh!” ringisku. “Kenapa bodoh di pelihara?” tambahku bergumam. Aku beranjak dari atas ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi melakukan rutinitas diriku di pagi hari. Bersenandung kecil aku keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju pantry, berkutat di sana menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri. Setelah selesai kini nasi goreng ceplok telur ditata rapi di atas meja. Aku masuk kembali ke dalam kamar dan beranjak menuju walk in closet. Menyiapkan pakaian yang akan aku kenakan, lalu aku langkahkan lagi kakiku masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. 15 menit kemudian. Ya! Aku jika mandi lama. Masih bersenandung ria dengan lagu favoritku (BCL- Cinta Sejati), aku keluar kamar mandi mengenakan kimono dan handuk yang melilit menutupi rambut sebahu punyaku. Melangkah pasti duduk di depan cermin membuka lilitan handuk di rambutku. Mengambil hair dryer di laci meja riasku, siap mengeringkan rambut. Setelah selesai kini memoleskan make up tipis di wajah putihku dan mengenakan pakaian khasku, dress dibalut blazer. Mengarahkan pandangan pada jam beker di atas nakas sudah menunjukkan pukul 07:55 WIB. Bergegas menuju meja makan dan menyantap sarapan nasi goreng yang mulai sedikit dingin itu. Setelah selesai aku mencari tupperware dan memasukkan potongan buah ke dalamnya, menuangkan minuman ke dalam wadahnya dan memasukkan dua tupperware berbeda bentuk itu ke dalam tas kecilku. Menyampirkan tas kecil di lengan kiriku dan menenteng tas bekal, aku mengenakan sepatu kets putih dan berjalan menuju pintu keluar apartment yang aku tempati. Aku terus berjalan di sepanjang lorong apartemenku yang terletak di lantai lima, di sinilah aku sekarang, setelah suara denting pintu lift terbuka. Berjalan dari lobby menuju jalan raya untuk mendapatkan taxi. Aku kadang suka malas untuk mengendarai kendaraan sendiri, jadi aku lebih memilih menggunakan taxi atau jasa ojol (ojek online) untuk sampai ke tempat kerja. Temanku sering menyarankan untuk mencari sopir saja tapi aku menolak, dengan alasan ingin mandiri. Ya, kalian pasti bertanya-tanya siapa nama gadis ini? Oke biar aku jelaskan identitasku di sini. Namaku Raline Zatulini, aku bekerja di butikku sendiri sebagai fashion designer. Di butikku aku memiliki tiga orang karyawan. Karena jika aku sendiri yang ada, aku akan sangat kewalahan. Raline Zatulini adalah gadis yang unik memiliki sejuta kekonyolan dan sedikit menyebalkan karena terlalu ceplas-ceplos begitu di kacamata teman-temanku. Aku tak pandai basa-basi apa lagi mengambil hati. Sangat payah! itu kata mereka tapi aku tidak peduli mereka menilai diriku seperti apa, menurutku itu hak mereka masing-masing. Kulit putih, mata sipit memiliki manik coklat terang dengan rambut coklat sebahu sering sekali orang-orang mengira bahwa aku adalah keturunan cina, wkwkwk.. biarkan aku meng-ngakak dalam hati. Aku mengingat kembali beberapa pertanyaan bodoh yang orang-orang lontarkan ketika menatap dan menyapaku. 2 tahun lalu.. saat di depan Bank Swasta. Ketika itu aku bersama temanku Dwi Arabella ke bank swasta untuk memblok tabunganku, karena aku kehilangan kartu ATM yang setelah bukunya di print tabunganku hampir habis. Ada rasa tak percaya. Apakah aku sedang bermimpi? Oh ayolah bangun. Ck, bagaimana bisa? Siapa yang melakukan ini? Aku di temani Dwi Arabella langsung ke bank. Hah! Betapa terkejutnya aku. s**t! Dasar bodoh. Kenapa dia senekat ini dan sangat percaya diri? Benar-benar bodoh mengambil uang di Bank pusat yang terdapat banyak CCTV? Apa dia kehilangan akal? Adeline Aida, dia salah satu temanku. Awalnya ada rasa tak percaya. Tapi, itu kenyataannya. Sudah ada bukti jelas wajah cantiknya yang terlihat dilayar itu. Aku tipe orang yang mudah percaya pada orang lain asal mereka menunjukkan sikap yang baik terhadapku, tetapi aku tidak berfikir kebaikan ku kadang di sepelekan. Oke skip dulu sekarang lanjut. Saat aku dan Dwi Arabella sedang duduk di depan bank menunggu hujan berhenti. Tiba-tiba sosok lelaki datang menghampiri kami dengan senyum manisnya. “Kakak ini chinese ya, matanya sipit?” tanya seorang tukang parkir padaku. “Hah?” aku kaget terbengong dengan tampang bodoh. “Kakak chinese?” tanyanya ulang. “Dia chinese tulen Om. Jadi gak akan ngarti Om ngomong apa.” Itu temanku yang ambil kesempatan untuk menjawab, ya Dwi Arabella. Teman seangkatan, sekelas, serumah. Ya, dulu saat kami masih kuliah. Saat di SPBU.. “Mbak campuran, apa asli china?” Pertanyaan Operator SPBU. Ya! Aku masih mengingat-ingat kembali saat aku bersama kakak tingkat ku dulu satu jurusan, serumah, sekamar, dia Andini Utami. Pergi mengisi bahan bakar kendaraan kami di SPBU. “Hah?” Kedua alisku terangkat, mataku membulat walau tetap saja tidak bulat. “Campuran” asal ku. ‘Ya soto campur bakso kayak nya enak.’ Lanjut ku dalam hati. Kami memiliki kesamaan mata sipit tapi bentuk tubuh yang berbeda, dia gemuk dan aku proporsional, hoho siapa lagi yang bakal memuji kalau bukan diri sendiri. “Wih.. bule china, mau pakai toilet cik?” petugas kebersihan menghampiri dan menyapa kami berdua. “Apa sih Om?! Yang bersih Om.” Balas kak Andini Utami. “Hee..” aku hanya memasang cengirku. Aku malas meladeni, ku berikan cengirku biarlah mereka mengira benar aku keturunan china yang kurang paham berbahasa indonesia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD