2

1500 Words
Seminggu telah berlalu dari hari Nyonya Alicia memberitahu jika Anne akan di beri pekerjaan oleh seorang kenalannya. Anne yang mengetahui kabar itu langsung mengucapkan terima kasih pada Nyonya Alice.  Anne yang sedang membereskan pakaiannya di kamar, di kagetkan oleh pintu kamar Anne yang terbuka kencang.  Seorang wanita umur pertengahan 30 masuk ke dalam kamar Anne, ia melipat kedua tangannya di depan d**a. "Anne. Jelaskan pada ku, apa maksud dari surat ini." Wanita itu melambaikan surat yang sudah terbuka dari amplopnya. Anne menaruh pakaiannya yang sudah ia rapihkan. Lalu berjalan mendekati ibunya. Anne mengambil surat itu, dan membacanya. Matanya membulat sempurna, dan senyumnya langsung merekah. Surat itu berisi pernyataan jika Anne secara resmi sudah boleh bekerja di Theater Royal Hall besok lusa. "Apa maksudnya itu, Anne?" Tanya Patricia dengan nada penuh penekanan. Anne menolehkan kepalanya, "Besok lusa aku akan mulai bekerja di Theater."  Patricia mengerutkan keningnya,"Oh Tidak anak ku. Kau akan ikut Ibu menemui Madam. Dan kau akan mulai bekerja padanya malam ini." Anne membalikan tubuhnya menghadap ibunya marah. "Aku sudah katakan berkali-kali! Aku tidak ingin menjadi seperti mu! Aku tidak akan pernah mau menjual tubuhku pada pria-p****************g menjijikan di sana." Patricia mendengus, "Dan kau mengharapkan apa bekerja di Theater yang kumuh itu! Kau mengharapkan seorang bangsawan yang terpikat padamu? Oh ayolah Anne, jangan bermimpi di siang bolong!"  "Setidaknya jauh lebih baik dari pada menjadi p*****r seperti mu." Tukas Anne marah. Patricia berjalan mendekati Anne. Ia mencengkram pipi Anne dan menghadapkan matanya pada Patricia. "Jaga ucapan mu, Nona Muda. Kau pikir, baju yang kau pakai dan makanan yang kau makan. Kau dapat dari mana? Hmm?" Patricia melepaskan pipi Anne kasar.  Ia menatap putrinya tajam, "Sekarang, ganti bajumu. Persiapkan dirimu. Kita akan menemui Madam. Dan jangan membantah." ujarnya.  Lalu Ia beranjak pergi dari kamar Anne. Anne mendengus marah. Menendang semua yang ada di kamarnya. Kursi, meja, apapun yang ada di hadapannya.  Anne menatap pantulan dirinya di cermin yang tergantung di dinding kamar. Wajah mungil, rambut pirang panjang bergelombang, serta mata berwarna grey menjadi pelengkap kecantikan dirinya.  Anne membenci penampilannya. Ia membenci fakta bahwa ia hanyalah putri seorang p*****r. Tanpa sadar airmatanya meluncur di kedua pipi mulus Anne. Anne memalingkan wajahnya, saat Patricia memasuki kamar Anne dengan membawa gaun yang sudah ia siapkan. Anne tidak ingin Ibunya melihat dirinya yang sedang menangis. Ia tidak ingin di cap lemah oleh wanita itu. Anne melihat gaun cantik yang di sampirkan di kasurnya. Pasti ibunya baru membeli gaun itu. Karena baru hari ini ia melihat gaun indah di hadapannya. Anne menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia benar-benar tidak ingin mengikuti jejak ibunya menjadi penjual tubuh.  Tapi sepertinya Anne sudah tidak punya pilihan. *** Anne dan Patricia memasuki wilayah Red Distric yang terdapat di Lamberth.  The Heaven, adalah salah satu rumah bordil terkenal di London.  Kecantikan para wanita pekerjanya pun bukan hanya isapan jempol belaka, karenanya banyak sekali para bangsawan hidung belang yang menjadi pelanggan tetap di sana. Anne dan Patricia memasuki gedung The Heaven melalui pintu masuk khusus pekerja. Mereka menyapa salah satu kepercayan Madam, Bernetha. Wanita gemuk berpenampilan elegan.  Bernetha tersenyum lebar saat melihat Patricia. "Darling, akhirnya kau datang juga. Tuan Simon sudah menenunggu." Patricia menggeleng, "Kau bisa memintanya untuk di layani oleh yang lain? Kurasa saat ini aku tidak bisa. Aku ingin bertemu Madam."  Bernetha mengalihkan tatapannya pada Anne. Melihat penampilannya dari atas hingga bawah. Membuat Anne memutar bola matanya, ia tidak suka di pandangi seperti itu. "Putri mu?" Tanya Bernetha  menunjuk Anne. Patricia mengangguk. Bernetha mengibaskan kipasnya lalu mengangguk paham. Wanita itu mengantar Patricia dan Anne menuju ruangan yang terdapat di lantai paling atas gedung itu.  Di lantai itu hanya ada 2 ruangan besar. Salah satunya adalah kantor yang sejak tadi di sebut Madam. Mereka bertiga tiba di depan sebuah pintu ruangan yang besar. Bernetha berdeham dan melirik pada Patricia.  Ia lalu mengetuk pintu ruangan itu, tidak lama terdengar suara samar yang mengijinkan mereka untuk masuk. Bernetha membuka pintu itu perlahan, membiarkan Patricia dan Anne memasukinya. Lalu menutup pintu itu kembali. Anne melihat takjub ruangan mewah itu. Permadani lembut, tirai-tirai indah yang menutup kaca jendela di setiap ruangan itu. Di pojok ruangan juga terdapat tempat menghangatkan diri di saat musim dingin datang. Tatapan Anne tertuju pada seorang wanita yang mungkin berumur tidak jauh dari usia ibunya. Wanita itu tampak sibuk dengan pekerjaannya, bisa di lihat oleh Anne tumpukan-tumpukan kertas yang menggunung terdapat di mejanya. Bernetha berdeham dan melangkah maju, "Madam. Patricia ingin berbicara padamu." Wanita yang di panggil Madam itu menghentkan gerakan tangannya di atas kertas. Ia menengadahkan kepalanya. Lalu menatap tamu yang ada di hadapannya satu persatu. Anne memandangi wanita di hadapannya itu dengan seksama. Madam memiliki wajah yang di hiasi dengan freckles di seluruh wajahnya, matanya besar dan alis yang agak menukik. Sehingga memiliki kesan 'Tidak Ramah' pada dirinya. Madam menaruh penanya, "Ya?" Tanya Madam tanpa basa-basi. Anne menduga jika Madam adalah wanita yang To The Point. Sifat yang sangat Anne sukai. Karena menurut Anne, berbasa-basi dengan orang lain adalah hal yang menyebalkan dan membuang-buang waktu. Patricia berdeham lalu merangkul Anne dan membawanya tepat kehadapan Madam. "Saya kemari ingin meminta ijin pada anda untuk mempekerjakan putri saya." Madam menatap Anne dari kursinya. Ia memundurkan kursinya perlahan, lalu bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Anne. Anne hampir menahan nafasnya saat Madam berdiri di depannya. Madam memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari Anne, ia menatap Anne dari atas hingga bawah. Auranya berbeda saat Bernetha melihatnya seperti itu juga. Tatapan Madam berhenti saat menatap mata abu-abu Anne. Ia menangkup pipi Anne dengan tanganya, memiringkan kepala Anne ke kanan dan ke kiri dengan seksama. Mungkin Ia ingin memeriksa apakah gadis di hadapannya ini memiliki cacat tersembunyi atau tidak. Madam berjalan mundur perlahan. Badannya di sandarkan pada meja kerja di belakangnya. Tangannya Ia silangkan di depan d**a. Ia memiringkan kepalanya dan menoleh pada Patricia. "Kebetulan, malam ini akan ada satu bangsawan yang akan datang. Dia pemilik desa GreenBay, dia juga salah satu orang kepercayaan kerajaan. Dia meminta wanita yang belum pernah di sentuh siapa pun. Tadinya aku sudah ingin menolak, tapi sepertinya itu tidak perlu." Madam mengetukan jarinya di dagu dan menatap Anne. Seakan-akan kembali mempertimbangkan.  "Kau. Kau yang akan melayaninya. Itu keputusannya, dan jika kau berhasil memuaskannya aku akan menampati mu khusus hanya untuk para bangsawan." Putusnya. Anne yang mendengar itu langsung merasa panik. Ia membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu tetapi Patricia mencengkram kuat pergelangan tangan Anne, agar putrinya itu tidak berkata macam-macam. "Terima kasih. Saya akan membuatnya terlihat sempurna malam ini." Ucap Patricia senang. Madam mengangguk dan kembali duduk di bangkunya. Ia mengibaskan tangannya, menyuruh kami semua untuk segera pergi dari ruangannya. Begitu mereka keluar dari  ruangan Madam, mereka langsung berjalan menuju ruang ganti para wanita penghibur itu. Anne menatap ruangan itu. Ruangan yang ramai dengan para wanita yang tengah berdandan. Bahkan samar-samar Anne bisa mencium aroma manis yang asing di indra penciumannua. Ini bukan aroma manis kue, tetap aroma manis yang tidak bisa Anne jelaskan. Patricia menarik Anne ke ruang ganti khusus. Ia mencari gaun yang cocok untuk Anne kenakan.  "Ingat, jangan sampai kau membuat masalah. Kalau kau berhasil memuaskan pria bangsawan itu, Kau akan mendapatkan bayaran yang besar." Ujar Patricia bersemangat. Anne hanya menatap ibunya tidak bersemangat. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk pergi dari sini. Rencananya untuk bekerja normal dan keluar dari rumah sudah hancur begitu saja. Anne hanya diam saat Patricia mendekatinya sambil membawa baju yang di rasa sangat cocok untuk Anne. Anne menghela nafas pasrah, dan mengambil baju yang di sodorkan oleh Patricia. *** Anne menunggu di sebuah kamar mewah. Kamar yang luasnya bahkan melebihi luas rumah yang ia tempati dengan Ibunya.  Anne meremas tangannya. Sejak tadi rasa gugup sudah menghantui dirinya. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa rupa bangsawan yang akan menjadi tamu pertamanya yang akan merebut mahkota keperawanannya. Apa dia pria pendek dan gendut? Atau justru pria cungkring dengan muka mabuk yang sangat memuakan untuk di lihat? Ia mengambil gelas yang berada di atas meja. Meminum airnya sekali teguk. Entah sudah berapa banyak gelas air minum yang ia teguk malam ini. Saat pikirannya sedang sibuk memikirkan sekenario terburuk. Pintu kamar itu terbuka pelan.  Karena suasana kamar minim cahaya, Anne tidak bisa melihat wajah pria itu. Yang bisa Anne lihat hanya lah tinggi pria itu yang menurutnya lebih tinggi dari pada pria-pria di sekitarnya. Belum sempat Anne membuka mulut untuk bertanya. Suara bariton itu terdengar, "Apa kau yang akan melayaniku malam ini?" Tanya pria itu. Masih tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Anne berdeham kecil, lalu Ia menganggukkan kepalanya. "Iya Tuan." akunya Pria itu mendekat perlahan. Anne membulatkan matanya. Membuka mulutnya tidak percaya.  Pria yang ada di hadapannya bukanlah pria-p****************g seperti yang di bayangkannya. Melainkan Pemuda gagah dengan tinggi badan yang di atas rata-rata. Wajahnya tidak menampilakan ekspresi apapun. Matanya terlihat tajam dengan alis yang sedikit tebal. Pria terseksi yang pernah di lihat oleh Anne. Terutama mata pria itu, yang seakan-akan mampu menenggelamkan Anne dalam mata berwarna biru indah itu. Pria itu mendekati Anne dan berdiri tepat di hadapan Anne. "Mulai sekarang Aku akan membeli mu." Ucapnya tanpa keraguan apapun. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD