Circle 4.

1612 Words
Bumi, Distrik R, 2029. Rasa kesal yang sebelumnya dirasakan oleh Daff, kini sudah lenyap secepat munculnya perasaan itu. Tentu saja dengan ia yang berusaha mengabaikannya. Suah, hanya sengaja melakukannya. Suah bertanya, “Apa yang ingin kau katakan?” Dari tempatnya berada, Daff bergerak, tapi tidak untuk menutup tampilan antarmuka yang berasal dari holophone-nya. Dari jendela yang ada di belakang laki-laki itu, cuaca cerah tampaknya akan bertahan lama sepanjang hari. Seperti tidak ada tanda-tanda akan hujan maupun cerah. Di pertengahan bulan Juni, angin berembus lebih sering dari hari-hari sebelumnya. Embusan napas Daff sangat pelan. “Mungkin, mesin waktu yang bisa membawa manusia menjelajahi waktu belum ditemukan sekarang, tapi penelitian tentang jiwa manusia juga mengalami kemajuan beberapa tahun ini.” Daff membuka opsi pada layar yang menunjukkan tampilan lain di samping video yang dijeda. Video sebelumnya yang menunjukkan seekor kelinci terbelah dua di sebuah meja operasi, masih membekas dalam ingatan Suah. Kalimat yang tertulis di sana adalah bagaimana para peneliti membuat kelinci tersebut kembali hidup. Dann tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mendapatkan bentuk sebuah jiwa. Partikel jiwa. Suah tahu bahwa itu adalah informasi ilegal yang mungkin telah bocor, karena masih belum ada berita yang muncul. Meskipun itu termasuk hal yang luar biasa, tapi Suah tidak penasaran bagaimana cara Daff mendapatkannya. Justru bagaimana partikel asing yang menyengat dua bagian tubuh kelinci yang sudah dijahit itu dan membuatnya kembali melompatlah yang membuat rasa ingin tahu Suah meningkat. Ia berusaha memikirkan dan menebaknya sebelum Daff memberitahunya. Laki-laki yang memakai sepatu putih bersih itu menoleh untuk melihat wajah Suah. “Apa ada yang ingin kau sampaikan sebelum aku menjelaskannya lebih lanjut?” tanya sang tamu. Pikiran Suah tidak terlalu terganggu dengan penemuan baru yang manusia dapatkan hingga sekarang. Saat ini, ia sepertinya sudah menemukan apa sebenarnya partikel hitam yang ada dalam video itu. Meskipun itu hanya berupa dugaan. Mengingat apa saja yang ia bahas dengan Sil sebelumnya, Suah bisa menyimpukannya sedikit demi sedikit. “Apa hubungannya jiwa dan mesin waktu?” Suah bergumam untuk mengeluarkan pemikiran yang disimpulkannya dalam beberapa saat. Ia menatap Sil yang sudah kembali pada tempatnya, dan menoleh lagi pada Daff. “Yang kau maksud adalah bahwa mereka mengubah metode time travel—dengan mesin waktu yang sudah ditemukan saat ini, sudah bisa membawa manusia menjelajahi waktu?” Dua kata yang memiliki arti penting itu, ia berikan sedikit jeda saat mengatakanya pada Daff. Semua yang ia pikirkan masih berserakan dalam banyak persepsi. Meragukan. Suah tak begitu berharap apa yang ia pikirkan itu akan dianggguki oleh temannya. Apakah itu keberuntungan? Memikirkannya, Suah jadi teringat pada seseorang. Daff sedikit bergegas saat membuka video baru yang menampikan sesuatu yang hampir sama, tapi kali ini manusialah yang menjadi bahan percobaannya. Melihatnya, Suah cukup terkejut dan berusaha menahan sesuatu. Itu adalah ekspresi pertama dan spontan dan tak terduga. Lalu, dengan cepat pula, pikiran baru menindih apa yang ia pikirkan sebelumnya. Jika subjek percobaan sebelumnya adalah kelinci, maka kali ini seorang manusia. Suah merasakan hawa dingin menyengat kulit kepalanya, meskipun di luar sana cuaca masih cerah. Bergegas Suah membuat jeda pada tampilan yang akan Daff putar. "Walaupun aku sedikit bisa menebak apa yang akan terjadi pada video tersebut, tapi ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu terlebih dahulu," ungkap Suah tanpa menunjukkan apa yang ia rasakan. Kesalahan pertama yang ia lakukan mungkin adalah menunjukkan raut wajah yang tak seharusnya. Dan membuat pihak lain bisa mengetahui apa yang ia rasakan saat ini. Ini adalah hal yang harus ia antisipasi di kemudian hari. “Apa itu?” Daff tertarik. Suah yang dikenalnya, selalu memiliki pemikiran tak terduga. Ia tidak akan segan untuk mengatakan bahwa temannya itu lebih realistis daripada Ken yang selalu mengaitkan sesuatu dengan berbagai teori dan hukum. Sebelum ia memutar video kedua, Daff bermaksud akan menjelaskannya. Namun, entah kenapa ia dengan tiba-tiba dan tak sabar ingin menunjukkannya pada Suah. Daff melakukan kesalahan. “Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?” Jika pada akhirnya para peneliti itu hanya ingin mendapatkan partikel hitam—yang diyakini Suah adalah bentuk jiwa—yang kembali mereka tranfusikan pada kelinci itu, kenapa harus membunuh dan memotongnya menjadi dua? Apakah tidak bisa mengambilnya saat kelinci itu masih hidup. Seperti yang dikatakan Sil sebelumnya, manusia memang tidak memiliki sisi kemanusiaan. Ataukah mungkin itu adalah pra-syarat yang harus dilakukan? Suah tidak tahu Kecurigaan muncul hanya sebatas dugaan. “Ah? Apakah niatku terbaca seperti lembaran bukumu, Suah? Sepertinya kau menebaknya dengan baik.” Daff memberikan pujian kecil. Aura riang tergambar saat ia berkata. Suah meresponnya dengan diam. Ia sedang memikirkan berbagai hal tentang jiwa dan kematian. Walaupun Daff masih belum menjelaskan secara langsung, tapi apa yang ia pikirkan mau tidak mau membuatnya gelisah saat ini. Mesin waktu yang sudah ditemukan saat ini, tidak bisa membawa manusia. Itulah yang ia ketahui saat kembali mengulang penjelasan Daff sebelumnya. Membawa manusia. Jiwa. Manusia dan jiwa. Adegan pada video sebelumnya yang ia lihat bersama Sil, kembali muncul dalam ingatannya. Apakah itu artinya …. Jika memang benar, maka penemuan itu sudah jelas menentang hukum alam. Karena, hilangnya nyawa seseorang adalah takdir. Manusia lain tidak boleh mengubahnya. Takdir dan kematian seseorang bukanlah hal yang bisa mereka letakkan tombol on dan off. Daff terlihat tidak sabar saat ingin menjelaskan, “Apa yang baru saja kau lihat adalah bagaimana para peneliti yang berhasil mendapatkan partikel jiwa dari makhluk hidup. Mesin waktu yang ditemukan delapan tahun lalu, secara teoritis memang bisa menjelajahi waktu. Namun, kekurangannya adalah bahwa sang penjelajah yang dimaksud adalah selain sesuatu yang memiliki massa dan bentuk.” Daff bangga dengan apa yang ia katakan. Secara tidak langsung, ia mengatakan bahwa dirinya juga memiliki hormon kejeniusan. Suah terpaksa mengakuinya. “Persingkat penjelasanmu,” ujar Suah, mengambil dua botol minuman yang diletakkannya pada kotak silinder transparan. Setelah menekan tombol on, cahaya putih melewati dua botol tersebut. Detik berikutnya, terlihat embun pada bagian luarnya, menandakan bahwa minuman itu sudah dingin. Manusia berhasil menghemat ruangan dengan membuat revolusi lemari pendingin yang diperkecil dalam bentuk silinder yang berdiameter hanya dua puluh sentimeter. Meskipun begitu, kulkas masih tetap digunakan untuk menyimpan makanan seperti biasa. Kembali tentang mesin waktu pada penjelasan Daff. “Kau bertanya apa hubungan jiwa dan mesin waktu, bukan?” Daff mengulang apa yang didengarnya dari gumaman Suah, lalu ia menjawabnya sendiri, “Nah, karena mesin waktu tidak bisa membuat seseorang menjelajahi waktu dengan fisik, maka teori jiwa pun dicetuskan oleh si anu.” Suah menelan dua teguk air dingin dan mengangguk paham. Ia tidak ingin mempermasalahkan siapa si anu yang dimaksud oleh Daff yang alih-alih tidak mengingat nama orang tersebut. Suasana di antara mereka menjadi canggung sepersekian detik. Untuk menutupi penjelasan yang tak memiliki subjek itu, Daff berdehem dan meraih minuman yang ada di atas meja di sampingnya. Perbuatannya menyiratkan bahwa kesalahan itu disebabkan karena tenggorokannya yang kering. Dan untuk melanjutkan gaya kerennya saat menjelaskan, Daff sedikit meregangkan tubuhnya, guna mengubah ke posisi yang dirasa nyaman baginya. “Untuk video pertama, kau tahu kenapa jiwa kelinci itu berwarna hitam?” Daff masih mengulur penjelasan demi mendengar pendapat Suah. Partikel hitam. Itu adalah apa yang dilihat Suah. Dengan metode yang tak diketahuinya, itu kembali membuat si kelinci yang sebelumnya dibunuh dengan dibelah menjadi dua bagian, hidup kembali. Nyawa hewan tersebut seakan hal yang bisa didapatkan di toko kelontong di berbagai distrik. Begitu mudah. Dugaan Suah benar mengenai partikel hitam yang adalah jiwa, tapi hal itu membuatnya bergeming. Pertanyaan baru dari Daff belum ia pikirkan saat laki-laki itu kembali berkata, “Itu karena faktor kematian kelinci itu berasal dari luar.” “Maksudmu, kelinci yang dibelah dua dan dijahit ulang?” Suah bertanya untuk mendapat kepastian. Sil yang mencerna percakapan mereka, tidak berkomentar. "Benar!" Seruan riang Daff yang melewati tampilan hologram, muncul bersamaan dengan wajahnya di depan Suah. Laki-laki yang lebih menyukai buku daripada sesuatu yang berbau teknologi itu, mundur karena kaget. Dibanding dengan itu, ia lebih kaget apa yang akan terjadi jika itu memang benar. “Video itu memang sengaja dibocorkan sebagai pembuktian?” Itu adalah pendapat terakhir Suah. Ia mengatakannya karena merasa terdesak. Analisis yang ia buat sesaat yang lalu, belum memiliki kesimpulan dan terucap begitu saja karena perbuatan Daff. Daff tersenyum sombong. “Kali ini kau salah.” Kemudian, memutusan cepat. “Di video kedua, kematian manusia tidak berasal dari luar. Ia yang sepertinya relawan, meminum racun dan meninggal. Aku tidak tahu pasti bagaimana proses mereka mendapatkan jiwa dari sang relawan. Karena itu tidak terlihat, dan kau tahu ....” Daff berhenti hanya untuk mengatakan, “Manusia itu hidup kembali.” Ia melakukannya agar terlihat keren dan sedikit misterius. Dugaan lain Suah yang mengira bahwa manusia itu akan dibedah seperti kelinci, ternyata salah. Pantas saja Daff dengan mudah ingin memutar tombol play sebelumnya tanpa bertanya pada dirinya yang sedikit takut dengan adegan berdarah. Salah paham, ya. Angin masuk dari jendela terbuka dan melewati wajah Suah yang masih memikirkan sesuatu. Ia masih menunggu apa yang ingin temannya itu sampaikan. Sejauh pembicaraan mereka, ia merasa bahwa apa yang ia dan Daff bahas semenjak tadi, masih belum melibatkan sebuah teknoogi. Kenapa temannya itu berbelit-belit seperti ini? Untuk sesaat, Suah menjadi tidak sabar. “Daripada itu, yang membuatku tertarik adalah apa yang bisa dengan mudahnya memotong kelinci itu tanpa mengeluarkan darah. Rasanya aku ingin membelikannya untukmu yang Hemophobia.” Akhirnya. Daff tertawa karena senang. Ia jelas mengejek Suah yang sebelumnya bereaksi sedikit takut saat Daff memutar video kedua. Ternyata, Daff sudah mengetahuinya. Suah merasa kecolongan. Bagi seorang Suah yang—menurutnya—memiliki psikologis dan mental normal, sosok laki-laki di depannya itu terdengar seperti seorang yang membutuhkan psikiater. Akan tetapi, ia mendapatkan sesuatu dari percakapan itu, selain maksud Daff tentunya. Di Distrik R, di mana saat ini Suah memukul kepala Daff dengan keras. Sama kerasnya dengan suara tawanya yang mematik rasa kesal. To be Continued Him. Kamis, 22 Juli 2021.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD