Part 1

1109 Words
Tap ... Tap ... Tap ... Seorang wanita kini sedang berjalan santai, ia terlihat begitu angkuh dan juga dingin. Matanya menatap tajam pada sekitar, dan saat itu pula ia melihat semua orang menunduk karena takut. Wanita itu mendesah lelah, seharusnya sekarang ia bisa menikmati liburan panjang dan tidak memenuhi panggilan pemimpin organisasi. Tetapi ... harapan itu hanya tinggal mimpi belaka. Setelah tugas berat yang ia selesaikan, kali ini ia harus kembali mengemban misi yang pastinya juga tak kalah berat. “Shakira ....” Wanita itu berhenti, ia mengalihkan tatapannya ke arah sumber suara. “Ada apa ini?” tanyanya. Shakira bersedekap, ia menaikkan alis kirinya. Kini seorang pria sedang berdiri agak jauh dari Shakira. Pria itu terlihat biasa saja, tetapi sudah cukup mengalihkan perhatian wanita. “Aku sudah lama menunggumu kembali,” balas pria yang baru saja memanggil. Shakira mengembuskan napas agak kasar. “Kau berlebihan, dan aku tidak pernah meminta agar kau menungguku.” Mendengar jawaban Shakira membuat pria itu sedikit kesal. Ia tahu jika Shakira bukan orang yang ramah, bahkan wanita itu dengan terpaksa merespons semua orang yang ada di dalam organisasi. “Selamat tinggal,” ujar Shakira. Ia kembali melangkah dan masuk dengan cepat ke dalam lift. Pagi baru saja tiba, dan dirinya harus membuang waktu untuk membicarakan hal yang tak penting. Berapa detik berlalu dengan cepat, dan Shakira sudah sangat bosan menunggu lift itu terbuka. Wanita itu bersandar pada dinding, lalu matanya terpejam sejenak. ‘Menyebalkan!’ Shakira membuka mata, ingatan tentang misi yang baru saja ia jalani terbayang begitu saja. Misi itu cukup berat, tetapi ia tidak bisa mendapatkan libur dengan tenang. Ting ... Pintu lift akhirnya terbuka, Shakira juga dengan cepat dan menuju ke ruangan pemimpin organisasi. Wajah wanita itu bertambah datar, ia menatap kesal saat melihat seorang pria yang berdiri di depan pintu. “Bagaimana misi kali ini?” tanya wanita yang tak lain adalah asisten pribadi atasannya. Shakira berhenti, ia menatap wanita itu cuku tajam. “Astaga ... kau benar-benar menyebalkan. Cepat masuk, Tuan Yan sudah menunggu sejak tadi.” Shakira segera membuka pintu, tatapannya terfokus pada seorang pria paruh baya yang sedang duduk dengan dua orang wanita di dekatnya. Lagi-lagi menunggunya sambil menghabiskan waktu dengan para wanita, entah apa yang pria itu pikirkan, tetapi Shakira tak suka melihatnya. “Duduklah, kau baru saja tiba.” Bukannya mendengar, Shakira malah menatap pria itu semakin tajam. Ia tidak punya waktu untuk berbasa-basi, dan sialnya pria itu ingin membuang waktunya semakin banyak. “Apa kau tuli?” tanya seorang wanita. “Benar, seharusnya kau bersikap ramah pada atasan.” Wanita lain juga angkat suara. Shakira mengeluarkan dua buah pistol dengan cepat dari balik jas hitam panjangnya. Wanita itu segera membidik kedua wanita asing itu, dan tanpa pertimbangan langsung menarik pelatuk pada senjatanya. Dor ... Dor ... Dua wanita itu langsung tak bernyawa, dan saat itu pula Shakira menyimpan senjatanya pada tempat semula. Melihat aksi dari bawahannya, pria itu tersenyum. Ia segera menyingkirkan kedua mayat wanita penghibur itu dari sekitarnya. “Baiklah, kita bicara dengan serius sekarang.” Pria itu memangku kaki kirinya, ia menatap jeli wajah Shakira. “Bagaimana dengan misimu kali ini?” “Selesai,” sahut wanita itu. “Di mana rekanmu?” tanya sang pemimpin. Shakira kembali merogoh sesuatu dari saku bagian dalam jasnya. Ia segera mengeluarkan barang tersebut, ia melemparnya ke atas meja. “Kau lagi-lagi membunuh rekan satu tim. Kali ini ada masalah apa?” tanya pria tersebut. “Aku tidak suka dia,” jawab Shakira.   “Kau akan bekerja seorang diri kali ini, karena kau sudah menembak keduanya sebelum misi berjalan,” ujar Tuan Yan. “Tidak masalah.” Shakira benar-benar membuat Tuan Yan menggelengkan kepalanya, meski Shakira adalah agen terbaik yang dimilikinya. Tetap saja, misi yang dijalankan sangat berbahaya jika ia seorang diri. “Berhati-hatilah, kali ini mereka ingin sesuatu yang sedikit mahal.” “Apa ada yang lebih mahal dari nyawa?” tanya Shakira. “Ini berkasnya, kau bisa mempelajarinya,” ujar Tuan Yan. Shakira memutuskan untuk melangkah pergi dari ruangan itu dengan membawa berkas yang Tuan Yan berikan padanya. Wanita itu terlihat sangat percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Tidak pernah dalam kamus Shakira kalah dalam sebuah pertarungan. Shakira juga selalu menyelesaikan semua misinya dengan baik. Kali ini, ia harus membunuh seseorang yang baru saja datang dari Korea Selatan. Seorang pesaing bisnis dari beberapa perusahaan di China. Shakira menggunakan penerbangan lebih awal untuk sampai di China. Ia ingin sedikit bersantai di hotel tempatnya menginap. Tok Tok Tok Shakira mengeluarkan baretta miliknya, lalu memegangnya dengan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Perlahan ia membuka pintu kamar, dan di sana hanya ada seorang pengantar makanan. “Maaf Nona, makanan anda,” ujar pria dengan vest hitam. “Terima kasih, biarkan di sana. Aku sendiri yang akan mengambilnya,” ujar Shakira. Pria itu mengangguk lalu pergi dari sana. Shakira meletakkan baretta-nya lalu memasukkan makanan itu ke dalam kamar. Pintu kembali tertutup, dan tidak lupa Shakira selalu mengunci pintu itu. “Aku sangat lelah, Tuan Yan tidak pernah memberikan aku libur,” gumam Shakira. Shakira menanggalkan pakaiannya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Ia merendam tubuhnya di dalam bathup dengan air hangat. “Ah … rasanya sangat nyaman ….” Shakira memejamkan matanya, dan menikmati air hangat yang memanjakan tubuh putih dan mulus itu. Cukup lama Shakira berada di dalam sana, hingga akhirnya ia menyudahi kegiatan itu, dan kembali ke dalam kamar untuk mengenakan pakaian tidurnya. Shakira yang kini mengenakan pakaian tidur tipis dengan warna hitam, tengah melihat berkas yang Tuan Yan berikan padanya. Lembaran demi lembaran i abaca, da nada beberapa nama di dalam sana yang menginginkan kematian orang dari Korea Selatan itu. “Kau juga ingin Tuan Seok mati ternyata, cih.” Shakira kembali meletakkan berkas itu dan duduk di sofa. Ia mulai menikmati makanannya, hingga habis tak tersisa. Sudah tiga tahun Shakira menjalankan pekerjaan ini. Tidak ada yang tahu dimana ia tinggal dan bagaimana kehidupannya setelah membunuh seseorang. Semua menjadi misteri bahkan untuk Tuan Yan. Ddrrtt … “Ya, ada apa?” “Sepertinya kau memiliki saingan, ada yang ingin membunuh Tuan Seok selain orang dari kalangan itu,” ujar seseorang dari seberang telepon. “Dasar bodoh! Dari maan kau dapatkan informasi ini?” tanya Shakira kesal. “Seperti biasa,” jawab pria itu. “Aku akan menanganinya, kau bisa tenang.” “Bagaimana caranya? Kita bahkan tidak tahu siapa orang itu?” “Apa kau semakin bodoh? Jika aku mengatakan hal ini, itu berarti aku mengetahui sesuatu tentang Tuan Seok.” Tut. Shakira memutuskan sambungan telepon itu dan tidak peduli dengan omelan yang tengah diucapkan di seberang. Setelah mengetahui hal itu, Shakira memulai aksinya dengan melacak pembunuh bayaran yang sama dengan dirinya. Jika bukan peluru dari Shakira yang bersarang di kepala Tuan Seok, bisa saja ia tidak mendapatkan uangnya. “Sial! Aku harus bekerja ekstra.” Kekesalan Shakira kali ini tidak bisa ia hilangkan dengan begitu saja. Sembari melihat laptopnya yang sedang bekerja mencari data, Shakira memesan minuman pada pihak hotel. “Aku bisa mati jika kau tidak bisa bekerja sama!” omel Shakira saat laptopnya kesulitan mencari tahu soal nama pria yang akan menyerang Tuan Seok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD