Part 2

1264 Words
Shakira berada di sebuah gedung tinggi, dengan mengenakan senapan McMillan TAC 50, Shakira sedang membidik targetnya. Wanita itu tengah mengenakan pakaian olah raga, layaknya seorang pemain tenis, ia membawa tas besar yang berisi senapan. Shakira memang tidak begitu suka keributan. Bahkan ia lebih senang membunuh dengan secara cepat agar korbannya tidak merasakan sakit terlalu lama. “Kenapa ini terlihat mudah?” gumam Shakira. Saat ia sedang melihat keadaan sekitar, ada pria lain yang sedang bersiap. Sama seperti dirinya, Shakira yang tidak sengaja melihatnya kini mengarahkan senapan itu pada pria yang juga mentargetkan orang yang sama dengannya. “Sial! Kau sangat mengganggu,” ujar Shakira. JLEB “Mati kau!” seru shakira. Peluru itu bersarang di kepala pria itu. Dan shakira bisa melakukan tugasnya dengan tenang sekarang. Deretan mobil polisi dan juga beberapa militer mengawal tamu dari Korea Selatan itu. Sungguh pengawalan yang sangat ketat. Bahkan didepan gedung itu terdapat banyak sekali penembak jitu. Jarak Shakira dengan gedung yang akan di datangi korbannya cukup jauh. “Akhirnya datang juga,” gumam Shakira. Wanita itu kini bersiap membidik korbannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menembak tepat di kepala. Shakira terlihat sangat tenang dan tidak bergerak, hanya tangannya yang kini siap untuk menarik pelatuk. “I got you!” seru Shakira dengan menarik pelatuk senapannya. Dan akhirnya tugas membunuh orang dari Korea Selatan itu selesai. Shakira memang tidak begitu suka melakukan taktik dengan membunuh dari jarak dekat. Jika bisa dilakukan dari jarak jauh, mengapa harus susah payah. Dengan cepat wanita itu membereskan senapannya, dan kini ia berjalan turun dari gedung itu. Dengan santai … Shakira berjalan dan menyapa beberapa orang yang tersenyum melihatnya. “Apa kau akan berlatih tenis di gedung olah raga?” tanya seorang pria. “Ya, hanya saja aku harus menemui seseorang terlebih dahulu. Permisi,” ujar Shakira. Shakira melangkah sedikit cepat menuju mobilnya yang sudah siap di parkiran gedung itu. Sebuah mobil Ferrari terbaru akan mengantar Shakira menuju hotel lain. Ya, ia harus berpindah tempat agar tidak tertangkap. Dan kali ini, Shakira menginap di sebuah hotel biasa dengan fasilitas yang juga biasa saja. Pemiliknya seorang wanita tua, dan Shakira mengenalnya. Wanita itu sangat ramah pada Shakira, dan memanggil Shakira dengan sebutan Kira. Sebelum sampai di hotel itu, Shakira menyempatkan diri untuk membeli beberapa buah dan makanan. Semua itu untuk ia berikan pada Nyonya Wang. “Selamat siang, Nyonya Wang. Aku datang lagi,” sapa Shakira. “Kira, kau datang lagi … aku senang melihatmu, apa tugasmu sudah selesai?” tanya Nyonya Wang. “Ya, selesai dengan cepat kali ini. Aku ingin beristirahat di kamar biasa. Dan … ini untukmu Nyonya Wang,” ujar Shakira sembari memberikan bungkusan yang ia beli beberapa saat lalu. “Kau sangat baik, Kira. Terima kasih,” ucap Nyonya Wang. “Sama-sama, Nyonya Wang. Aku pergi ke atas dulu,” pamit Shakira. Shakira berjalan menaiki tangga untuk sampai di kamar yang biasa ia gunakan. Sebuah kamar yang selalu membuat Shakira nyaman dan ia bisa tidur dengan nyenyak di sana. “Akhirnya aku bisa tidur,” gumam Shakira. Wanita itu melepaskan pakaiannya dan berganti menggunakan pakaian tidur yang tipis. Baru saja Shakira ingin berbaring, ponselnya berdering dan nama Tuan Yan tertera di sana. Shakira mematikan dering ponselnya dan meletakkan ponsel itu di dalam laci meja. “Sangat mengganggu.” Shakira memejamkan matanya yang terlihat lelah, hingga akhirnya ia terlelap di dalam mimpinya. *** Entah sudah berapa jam ia terlelap, kini tubuhnya mulai bergerak. Shakira meregangkan tubuhnya, lalu matanya mulai terbuka. Saat itu, seorang pria sedang berdiri tepat dihadapannya dengan tersenyum. Sontak membuat Shakira terkejut dan mencari posisi senjatanya. “Kau mencari ini?” tanya pria itu. “Beraninya kau masuk tanpa izin,” ujar Shakira. “Aku sudah mengetuk pintu, tetapi sepertinya kau terlalu lelap,” jawab pria itu. “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kita tidak ada urusan?” “Tidak, aku hanya menerima perintah untuk menjemputmu saja,” jelas pria itu. “Aku bisa kembali sendiri.” “Kau mengabaikan telepon Tuan Yan, dan itu membuatnya sedikit tersinggung,” jelas pria itu. “Aku lelah.” Pria itu berjalan mendekati Shakira, ia membuka selimut yang menutup tubuhnya. “Apa yang kau lakukan!” seru Shakira. “Cepat, kau tidak ingin melihat Nyonya Wang terluka bukan? Ada lima orang di bawah, mereka sedang mengincar dirimu,” ujar pria itu. “Apa?” Shakira beranjak dari tempatnya dan mulai mengenakan pakaiannya kembali. Ya, ia melakukannya tepat di hadapan pria itu. Selesai mengenakan kembali pakaiannya, Shakira mengambil senjatanya dan juga ponsel yang ia letakkan di laci meja. “Lewat sini,” ujar Shakira sembari membuka sebuah pintu rahasia yang ada di dalam kamar itu. Keduanya berjalan menuruni tangga hingga sampai di lantai satu. mereka keluar dari pintu yang terhubung dengan gedung lain yang ada di samping hotel itu. “Dimana kau letakkan mobilmu?” tanya Shakira. “Tepat di depan hotel, dan mungkin sekarang sudah tidak bisa digunakan lagi,” terang pria itu. “Siapa namamu?” tanya Shakira. “Kau lupa?” “Kita hanya bertemu beberapa kali, tentu saja aku tidak pernah mengingat nama,” ujar Shakira. “Aku Lian Yu,” ungkapnya. “Kita berjalan hingga sampai di depan.” Akhirnya mereka berjalan seperti biasa, dan saat sampai di pertigaan jalan, Shakira meraih kunci mobil seseorang. Keduanya masuk ke dalam mobil itu dan melaju dengan cepat. “Kau ahli sekali ternyata,” ujar Lian. “Diam, dan jika kau tidak memiliki ingatan yang bagus, aku akan menurunkanmu di tengah jalan,” ujar Shakira. Ponsel Shakira berdering, dan Tuan Yan kembali menghubungi dirinya. Tanpa banyak bicara lagi, Shakira menekan ikon hijau yang ada di layar ponselnya itu. “Apa ia ada di sampingmu?” tanya Tuan Yan. “Ya, siapa mereka?” “Orang suruhan Dark Triad, sepertinya … kau membunuh salah satu dari mereka,” jelas Tuan Yan. “Pria bodoh itu, cih!” “Kali ini jangan membunuh rekan kerjamu, bawa dia sampai di markas dengan selamat,” ujar Tuan Yan. “Aku tidak bisa janji, ia mulai menyebalkan!” ujar Shakira. “Kalau begitu sebaiknya kau tahan, aku ingin melihatnya sampai dengan kondisi hidup,” ujar Tuan Yan. “Cih!” Sambungan telepon itu terputus, dan kini Shakira harus memastikan rekannya itu tidak membuat masalah untuk dirinya. Shakira masih fokus pada jalanan kota itu. Hingga mereka sampai di sebuah penginapan. “Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Lian. “Aku membutuhkan beberapa alat, kita akan segera kembali ke Hongkong,” ujar Shakira. Keduanya masuk ke dalam penginapan itu, dan Shakira menyapa seseorang yang berdiri di meja resepsionis. “Kira … lama kau tak kemari, apa kau membutuhkannya?” tanya wanita yang ada di sana. “Ya, aku akan kembali ke Hongkong. Bantu pria ini juga,” ujar Shakira. “Baiklah, masuklah. Sepertinya ada yang mengikuti kalian,” ujar wanita itu. Shakira dan Lian masuk melalui pintu yang ada di belakang wanita itu. Keduanya sampai di sebuah ruangan yang penuh dengan senjata dan juga peralatan untuk bertempur. “Apa keahlian mu?” tanya Shakira. “Senjata api,” jawabnya. “Bodoh.” Shakira merasa kesal dengan rekannya itu. Ia segera melemparkan Glock dan Baretta pada Lian. “Pilih salah satu.” “Aku pilih ini,” jawabnya sembari mengembalikan Glock pada Shakira. “Baiklah. Kita akan menggunakan pesawat pribadi milikku.” Shakira kembali mengganti pakaiannya. Dan kini ia terlihat seperti seorang bangsawan China. Begitu cantik dan juga elegan. Bahkan Lian kesulitan menelan ludahnya saat melihat penampilan Shakira. “Apa yang kau lihat?” “Tidak.” Shakira menggelengkan kepalanya, dan kini ia menarik tangan Lian untuk segera pergi dari sana melalui pintu lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD