Part 3

1240 Words
Shakira sudah berada di Hongkong, ia sampai di kantor agen rahasia bersama Lian. Shakira berjalan masuk dengan mendapatkan tatapan heran dari beberapa temannya di sana. Bagaimana tidak, baru kali pertama Shakira kembali bersama rekannya dengan selamat. Biasanya, Shakira mengakhiri hidup rekannya jika berbuat satu kesalahan kecil sekalipun. Ceklek “Kau sudah datang, duduklah,” sambut Tuan Yan. Shakira duduk di sofa, dengan satu kaki menumpu pada kaki lainnya. Ia menatap tajam pada rekannya yang masih berdiri di hadapannya itu. “Bagaimana perjalanan kalian?” tanya Tuan Yan. “Langsung saja, aku sudah selesai. Jangan lupa untuk mengirim uangnya. Aku ingin berlibur beberapa waktu,” ujar Shakira. “Hahaha, kau ini … baiklah. Kau bisa memeriksa rekeningmu, uangnya sudah dikirim oleh mereka secara langsung,” jelas Tuan Yan. “Bagus. Aku pergi dulu.” Shakira segera beranjak dari sana dan melangkah menuju pintu keluar. Tetapi, belum sempat pintu itu terbuka, Tuan Yan menahan Shakira. “Tunggu!” Shakira membalikkan badannya dan menatap malas pada Tuan Yan. Pria itu selalu saja menyebalkan menurut Shakira. Dan kali ini, Tuan Yan sungguh ingin mengganggu masa liburannya. “Nanti malam, datang ke sebuah kelab malam yang ada di wilayah Wan chai,” ujar Tuan Yan. “Baiklah, semoga saja aku tidak melupakan ucapanmu,” jawab Shakira. Wanita itu kini benar-benar melangkah pergi dari sana. Ia melalui beberapa orang yang masih menatapnya dengan tatapan heran. “Apa kalian tidak mengenali aku?” tanya Shakira pada mereka. “Shakira?” tanya seorang wanita bernama Hi Yi. “Kau pikir aku siapa?” “Penampilanmu berbeda kali ini, kami kira kau ini orang lain,” sahut Hyori. “Apa mata kalian sudah rabun? Sehingga tidak bisa membedakan lagi,” omel Shakira. Mereka terdiam, dan kini Shakira melepaskan pakaiannya tepat di hadapan semua orang. Hampir saja mereka menutup mata, tetapi ternyata … Shakira mengenakan pakaian lain di balik pakaian elegan itu. Semua orang nampak sedikit kecewa, terutama kaum pria di sana. “Kalian memang tidak tahu diri!” gerutu Shakira sekali lagi. Dan wanita itu melanjutkan langkahnya untuk segera pergi dari kantor agen itu. *** Shakira tengah membuka pintu rumahnya yang berada di wilayah Tsuen Wan, daerah pegunungan t*i Mo San. Rumah yang berada di daerah atas itu terlihat sederhana, tetapi menyimpan begitu banyak senjata dan peralatan yang biasa di gunakan Shakira. Sebelum sampai di rumahnya itu, Shakira menyempatkan diri untuk ke Pasar Yeung Uk To. Berbelanja beberapa bahan makanan, dan stok untuk diletakkan pada lemari pendinginnya. “Guk … guk.” Seekor anjing Leonberger menghampiri Shakira. “Hai … Gerald, kau merindukanku ha?” Shakira mengusap kepala anjingnya itu dengan gemas, setelah itu seorang wanita paruh baya juga muncul dari belakang anjing tersebut. “Selamat datang, Nona.” “Yin, lihat … aku membeli beberapa bahan makanan untukmu,” ujar Shakira sembari memberikan belanjaannya pada Yin. Mereka masuk ke dalam rumah ,lalu Shakira langsung masuk ke kamarnya. Gerald kini hanya duduk di ruang tamu menunggu Shakira kembali. Di dalam kamar, Shakira mengganti pakaiannya. Siapa menyangka jika ada luka lebam di bagian punggungnya. Kejadian saat ia akan kembali ke Hongkong meninggalkan bekas yang membuatnya ingin membunuh orang dari Dark Triad itu. “Sialan mereka!” Shakira juga memilih pakaian untuk digunakan pada acara di kelab malam ini. Tidak perlu pakaian yang mencolok, Shakira memerlukan pakaian yang dapat menyembunyikan senjata miliknya dengan sempurna. Beberapa pisau kecil ia selipkan pada bagian paha kirinya. Dan beberapa magazen di bagian paha kanannya. Sekarang ia sudah siap untuk pergi menuju kelab malam yang Tuan Yan katakan. “Nona, apa kau akan pergi lagi?” tanya Yin. “Iya, Tuan Yan mengundangku. Kali ini aku akan pulang, tenanglah Yin.” “Baik, Nona.” “Guk … guk.” Shakira tersenyum lalu mendekati Gerald, ia mengusap kepala anjing itu ,dan berpamitan untuk keluar dari rumah malam ini. “Aku harus pergi mala mini, besok kita akan bermain, oke?” “Guk … guk.” “Anak pintar.” Shakira melangkah keluar dari rumahnya, dan masuk ke dalam mobilnya. Karena wilayah tempat tinggal Shakira berada di dataran atas, ia harus menempuh waktu selama kurang lebih satu jam untuk sampai di wilayah Wanchai. Ddrrtt … Ddrrtt … Ponsel Shakira berdering, dan nama Tuan Yan tertera jelas di layar ponselnya. Ia terlihat malas untuk menerima panggilan telepon itu, tetapi jika tidak diterima, bisa dipastikan Tuan Yan akan menyuruh orang untuk menjemputnya. “Ada apa?” tanya Shakira. “Dimana?” “Aku di jalan, sebentar lagi aku sampai,” ujar Shakira. “Baiklah. Aku tunggu.” Shakira kembali fokus pada jalanan menuju Wan chai, dan beberapa menit kemudian Shakira sampai di depan sebuah kelab malam. Ia turun dari mobilnya dan berjalan masuk. Di pintu masuk ada Tuan Yan yang sudah menunggu dirinya. “Akhirnya kau sampai,” sapa Tuan Yan. “Aku tidak bisa minum mala mini,” ujar Shakira. “Tenanglah, kita hanya berbincang dan melakukan reuni dengan Chen Lee,” ujar Tuan Yan. Shakira menghentikan langkahnya saat melihat seorang Pria yang kini tengah duduk bersama para wanita di sudut kelab. Pandangan mata keduanya bertemu, dan Chen beranjak dari tempatnya untuk menyapa Tuan Yan. “Hai, Chen … apa kabar?” “Tuan Yan, kenapa masih bertanya kabar jika melihat tubuhku masih utuh di depanmu?” “Hahaha, kau selalu bisa memecahkan suasana.” “Shakira Liem,” sapa Chen. Diam … Shakira sedang malas menjawab sapaan pria yang kini mengulurkan tangannya. Tidak digubris bukan berarti Chen mengalah. Pria itu justru menarik tubuh Shakira dan mendekatkan wajah mereka. “Apa yang kau lakukan?” tanya Shakira. “Apa kau kini tuli?” Shakira memilih diam dan tidak menjawab. Dianggap tuli oleh Chen sudah hal biasa. Karena memang mereka tidak pernah bisa menjadi rekan yang baik. Chen melepaskan pegangan tangannya pada pinggang Shakira. Dan mereka berdua akhirnya duduk berdampingan di sofa. Chen bahkan menyuruh wanita yang menemaninya untuk pergi dari sana. “Tuan Yan, senang kau masih hidup sampai saat ini. Karena yang aku tahu ada anak buah mu yang suka membunuh rekannya sendiri,” ujar Chen menyindir. “Hahaha, seperti yang kau lihat saat ini. Aku bahkan tidak kurang satupun.” “Hahaha.” Mereka tertawa bersama dan membuat Shakira malas untuk menanggapinya. Chen melihat Shakira yang sedang melihat kearah lain. Pria itu meletakkan tangannya pada paha kanan Shakira. Dan perlahan menggerakkan tangannya hingga membuat Shakira tersentak. “Kau ingin mati ha?” “Kau masih sama ternyata,” ujar Chen. “Tuan Yan, aku mau pulang.” “Tidak boleh! Duduk dan temani Chen, kalian akan menjadi rekan untuk misi selanjutnya,” jelas Tuan Yan. “Apa?” “Apa telingamu kini bermasalah?” sahut Chen. Shakira kembali terdiam, dan Tuan Yan mulai menjelaskan beberapa misi yang akan mereka kerjakan bersama. Misi-misi itu sangat berbahaya, karena harus berurusan dengan ketua mafia di China dan Macau. Bahkan ada organisasi yang ikut campur, sehingga membuat semua rencana menjadi kacau. Mendengar penjelasan Tuan Yan, Shakira hanya terdiam, dan ia sangat mengerti pergerakan mafia yang ada di sana. Sulit, tetapi ia harus bisa melakukannya. Dan untuk detail misi, akan Tuan Yan berikan saat Shakira selesai dengan liburannya. “Kau bisa pulang sekarang, aku sudah selesai menjelaskan semuanya padamu,” ungkap Tuan Yan. “Baiklah. Aku pergi,” pamit Shakira. “Tunggu! Bagaimana jika satu tegukan saja, dan kau bisa pulang,” ujar Chen sembari menyodorkan segelas kecil minuman beralkohol. Shakira menerima minuman itu dan menenggaknya dengan sekali tarikan. Setelah itu, ia berdiri dan mencoba berjalan menuju mobilnya berada. BRUK …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD