Part 2

982 Words
Pangeran Zhen menurunkan Xi Juan ketika sudah sampai di kediamannya. Wanita cantik itu memijit kepalanya yang terasa pusing akibat digendong secara terbalik. Kala pusingnya mereda, ia segera menatap pangeran tampan dihadapannya kesal. Hendak membuka suara, akan tetapi tidak jadi karena perilaku tidak diduga pria tersebut. Pria itu mendorongnya ke dinding dan mengurungnya serta tatapannya terlihat seperti hendak memakan orang. Xi Juan berdecak kesal lalu mendorong d**a pria itu. Akan tetapi, pria tersebut tidak beranjak sedikit pun. "Aku peringatkan kepadamu, Xi Juan! Kau hanya milikku! Jangan pernah mencari perhatian dengan pria lain!" Xi Juan terpejam mendengar teriakan Pangeran Zhen. Bukan karena takut tapi karena telinganya terasa berdengung mendengar teriakan itu. "Mengerti?!" Masih berteriak kesal di depan wajah Xi Juan. Wanita cantik itu menatap kesal. "Jangan berteriak di depanku. Suara cemprengmu itu sangat menganggu telinga." Mendengar ucapan istrinya, Pangeran Zhen yang awalnya kesal semakin merasa kesal. Tanpa dapat di tahan, tangannya menampar Xi Juan cukup kuat. "Aku suamimu! Sopan lah sedikit padaku!!" Xi Juan terkekeh sinis seraya mengusap pipinya yang terasa perih. "Mendapat perlakuanmu seperti ini, sampai kapan pun aku tidak akan sopan. Aku memperlakukan seseorang sebagaimana dia memperlakukanku. Dia baik padaku, aku bisa lebih baik padanya. Dia kasar padaku? Aku bisa lebih kasar darinya, seperti sekarang..." Wanita itu langsung menendang s**********n Pangeran Zhen dengan lututnya hingga pria itu berteriak kesakitan dan merosot ke lantai sembari memegang barang berharganya. "KAU!! AK--" Xi Juan menampar Pangeran Zhen sekuat tenaga sebelum pria itu sempat menyelesaikan ucapannya. "Balasanmu." tuturnya santai. "Dasar istri tidak punya etika!" "Tolong jangan membahas etika di saat kau sendiri tidak punya etika." "Akan kubuat kau menyesal memperlakukanku seperti ini, Xi Juan." "Aku tidak akan pernah menyesal memperlakukanmu seperti ini. Malah aku sangat puas." "Arghh! Tunggu saja kau!" "Oke, aku tunggu." Xi Juan melangkah pergi. Di ambang pintu, ia kembali menoleh ke Pangeran Zhen yang masih terlihat kesakitan. "Dan kau tunggu juga pernikahan kita hancur. Akan kuminta bantuan kaisar itu agar rencanaku semakin mulus haha." Xi Juan melenggang pergi meninggalkan kediaman Pangeran Zhen. Mengabaikan teriakan Pangeran Zhen yang menyuruhnya kembali. Xi Juan kembali ke kediamannya sendiri. Setiba di kediaman, Mo Xie menyambutnya dengan histeris. "Kenapa pipi Anda memerah, tuan putri? Siapa yang membuat pipimu seperti itu??" "Siapa lagi kalau bukan Pangeran Zhen." Mo Xie terdiam mendengar jawaban Xi Juan. "Kenapa pangeran menampar Anda? Biasanya dia tidak pernah berbuat kekerasan pada Anda, tuan putri." "Akalnya kurang sehat makanya sering berbuat kekerasan padaku belakangan ini." "Malang sekali nasib Anda, tuan putri. Anda memang tidak bisa melawan Pangeran Zhen tapi Anda bisa menghindar darinya agar tidak diperlakukan dengan kasar lagi. Tunggu sebentar, tuan putri. Hamba akan mengambilkan kompresan." "Tidak usah." Xi Juan berlalu ke dalam kamarnya. Baginya, sebuah tamparan di pipi tidak ada apa-apanya. Semasa hidup, dia sudah terbiasa terluka. Baik itu karena pisau, pistol, maupun mantan. Ketika hendak merebahkan tubuhnya ke kasur, ia kembali teringat dengan pria yang ditemuinya tadi. Bergegas ia keluar dari kediamannya lewat jendela. Pria yang ditemuinya tadi terlihat tampan juga. Lumayan lah untuk memanas-manasi Pangeran Zhen. Ia bersembunyi ketika melihat Kaisar itu berjalan bersama seorang gadis cantik. "Jangan-jangan itu selirnya." gumamnya penasaran. "Ish! Apa sih yang kupikirkan. Tidak mungkin ada pria seperti Kaisar Chun di zaman ini." decaknya. "Kau? Kenapa duduk di sana?" tanya suara yang sangat dikenalinya itu. Xi Juan mendongak, menatap si pembicara seraya meringis. "Kakiku terkilir." Kaisar itu menoleh ke sampingnya. "Kau bisa membantunya 'kan, putriku?" "Tentu saja bisa, ayah." Oh, jadi mereka ayah dan anak. Pikir Xi Juan. "Uhm, tidak usah. Aku tidak ingin merepotkan putrimu." tolak Xi Juan halus. "Tidak merepotkan sama sekali, nona." sahut gadis itu lembut. Kaki Xi Juan akhirnya diurut juga. Wanita itu berakting sebaik mungkin agar keduanya tidak curiga. "Ah, sudah lebih baik. Kau memang hebat, gadis cantik." puji Xi Juan. "Hehe, terimakasih, nona." "Namaku Kaisar Ling dan siapa namamu?" "Namaku Xi Juan, kaisar." "Namaku Xiao Ye, nona. Salam kenal." Xi Juan mengangguk seraya tersenyum manis. "Ayo pulang, ayah. Hari ini peringatan kematian ibu." Kaisar Ling mengangguk. "Kami pergi dulu, Xi Juan. Kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan untuk mengirimkan surat padaku. Aku akan membantumu sebisaku." "Terimakasih." Tak lama setelah keduanya pergi, Mo Xie tiba-tiba muncul dengan nafas ngos-ngosan. "Tuan putri kemana saja. Kami panik mencari tuan putri." "Apa kau tahu sesuatu tentang Kaisar Ling?" tanya Xi Juan tanpa menyahut ucapan Mo Xie sebelumnya. "Kenapa tuan putri bertanya tentang Kaisar Ling?" "Jawab saja pertanyaanku." desahnya malas. Mo Xie mengangguk takut. "Kaisar Ling adalah penguasa Kekaisaran Muacheng. Umur Kaisar Ling 38 tahun. Memiliki 4 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Istri Kaisar Ling hanya satu dan sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu." "Bagaimana dengan selir?" tanya Xi Juan penasaran. "Kaisar Ling tidak memiliki selir. Sempat mendapat tentangan dari tetua, tapi mereka kalah berdebat dengan Kaisar Ling yang keras kepala." "Woah, dia pria yang sangat setia." kagum Xi Juan. Mo Xie tersenyum menggoda. "Kenapa tuan putri menanyakan tentang Kaisar Ling? Tuan putri menyukainya, ya?" "Menanyakan tentang seseorang tidak berarti menyukai, Mo Xie." "Kalau pun tuan putri menyukai Kaisar Ling, tidak apa-apa. Wajar saja tuan putri menyukainya seperti wanita lainnya." kekeh Mo Xie. "Yang benar saja. Aku tidak menyukainya. Aku tidak menyukai pria lain lagi semenjak hari itu." "Ah ya, hamba tahu. Pasti cinta tuan putri hanya untuk Pangeran Zhen." Xi Juan berlagak muntah. "Demi apa pun, aku tidak mencintai pangeran menyebalkan itu. Dia adalah manusia pertama di muka bumi ini yang ingin kuhancurkan. Perilaku buruk, suka main wanita, kasar, bodoh, dan jelek. Aku tidak akan mencintai manusia semacam dia." tuturnya menggebu-gebu. Mo Xie memberi kode ke Xi Juan untuk menghentikan ucapannya. Akan tetapi, Xi Juan tak kunjung menghentikannya. "Tunggu saja kalau saatnya sudah tiba. Aku akan menendangnya jauh-jauh dari kehidupanku." "SAMPAI KAPAN PUN KAU TIDAK AKAN BISA MENENDANGKU DARI KEHIDUPANMU!!" Xi Juan berjengkit kaget mendengar teriakan tepat ditelinganya itu. Karena kesal, dia langsung meninju mulut Pangeran Zhen dan langsung kabur. "XI JUAN! KEMBALI KAU!!" -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD