One

1243 Words
Hansa nyaris saja terlambat! Gadis itu bangun kesiangan saat seharusnya pukul 8 pagi dia sudah stand by di tempat kerjanya. Gara-gara sepanjang malam ia menangis dan meratapi kisah asmaranya yang harus kandas setelah tiga tahun berjalan, maka pagi ini pun ia terlihat sangat berantakan sehingga jauh dari kata good looking. Beruntung ia masih bisa mengabsen tepat waktu meski kesannya sangatlah mepet. Membuat Hansa segera bergegas ke lantai tempat kerjanya di sela keadaan sekitar yang untungnya masih tak terlalu ramai. Sejujurnya Hansa merasa malu ketika di sepanjang jalan ia menjadi pusat perhatian dari mereka yang sempat berpapasan dengan dirinya. Tentu saja ia diserang rasa malu, toh penampilannya benar-benar terlihat beda dari hari-hari kerja sebelumnya. Jika biasanya Hansa akan menyisir rambutnya sampai terlihat rapi serapi-rapinya, justru pagi ini ia sama sekali tidak memeriksa bentuk rambutnya yang sedikit awut-awutan. Bukan hanya itu, matanya pun tampak sembab seperti ia baru saja ditonjok berkali-kali yang menyebabkan keadaan matanya begitu bengkak dan tak enak dipandang. Malah, saking terburu-burunya ia saat pergi ke kantor, Hansa sampai lupa tidak menggunakan parfum yang bisa membuat aroma badannya menguarkan wangi harum. Pokoknya, kondisi fisik Hansa pagi ini benar-benar tidak bisa dibilang baik-baik saja. Sampai ketika Hansa yang berjumpa dengan teman dekatnya di areal toilet, tahu-tahu temannya itu pun menatap kaget tatkala mendapati Hansa yang baru keluar dari dalam toilet khusus wanita. "Astaga, Hansa. Ini lo kenapa? Kok penampilan lo...." Tiara harus menghentikan kalimatnya selagi ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah teman kerjanya yang ia lihat penampilannya itu sudah mirip dengan anak monster. Ya, mengingat tubuh Hansa sangatlah mungil, maka Tiara pun merasa bahwa Hansa begitu cocok disamakan dengan penampilan anak monster. Tiara tidak mengerti kenapa temannya itu bisa berpenampilan seberantakan pagi ini. Sudah datang terlambat, penampilannya pun tidak enak dipandang oleh jenis mata manapun. Membuat Tiara melenguh panjang dan ujung-ujungnya gadis itu pun merasa iba kepada Hansa. "Ya ampun, Sa. Gue tau lo baru putus cinta kemarin sore. Tapi plis deh, kenapa lo harus maksain datang ke kantor dalam kondisi yang gak prima kayak gini. Coba deh lo pikir, apa kata karyawan lainnya kalo mereka sampai lihat penampilan lo yang awut-awutan kayak begini? Aduuh, mana pagi ini kita bakalan kedatangan bos besar pula. Lo inget gak sih kalo hari ini bos besar bakalan visit ke Divisi kita?" cerocos Tiara mengingatkan. Mendengar perkataan temannya itu, dalam sekejap Hansa pun membulatkan kedua matanya secara penuh. "Astaga, Ti. Kenapa lo baru ngingetin gue soal itu?" pekik Hansa menepuk dahi. Teringat akan waktu kunjungan yang tinggal beberapa menit lagi, Hansa pun mendadak kelabakan mencari cara agar ia bisa membenahi penampilannya. Benar kata Tiara, seharusnya ia tidak masuk kantor saja jika keadaannya seburuk ini. Tapi mengingat sudah telanjur ia datang ke kantor meski belum bertemu dengan karyawan lainnya secara langsung, maka tidak ada pilihan lain bagi Hansa, ia harus tetap ikut menyambut kedatangan bos besar yang akan mengadakan kunjungan rutin di pertengahan bulan. "Guys, ayo kumpul di ruangan depan. Gak usah ngerumpi di depan pintu toilet! Bos besar sebentar lagi bakalan tiba di divisi kita. Ayo cepat! Jangan sampai ada yang--Astaga, Hansa... Ada apa dengan penampilanmu pagi ini, hem?" lontar Genta menatap terkejut. Mendapati salah satu teman kerjanya berpenampilan kurang oke, ia pun segera menghampiri gadis itu sembari berkata, "Kamu sakit?" tatap Genta mengamati. Hansa yang sudah kepalang tanggung datang dalam kondisi awut-awutan pun hanya mampu menggigit bibir bawahnya saja sembari menunduk lesu. Sementara itu, Genta yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari sosok yang baru saja ditanyainya pun lantas melirik kan pandangannya ke arah Tiara demi menuntut penjelasan. "Ti, temen kamu kenapa ini?" tegur Genta selaku kepala divisi pemasaran. Sebagai orang yang memegang kendali salah satu divisi di perusahaan besar, Genta perlu memastikan perihal keadaan setiap karyawannya yang terlihat berpenampilan tak biasanya. Mengingat salah satu syarat menjadi pekerja di divisi pemasaran ini adalah orang itu dituntut harus good lucking, maka Genta pun tidak bisa menerima andai kata salah satu karyawannya terlihat sangat berantakan di tengah tak lama lagi waktu kunjungan bos besarnya akan tiba. Untuk itu, ia pun meminta Tiara supaya ia bisa mengurus teman kerjanya yang paling tidak gadis itu harus bersedia membenahi dulu penampilannya sebelum ikut menyambut kedatangan bos besar di kesempatan ini. *** Hansa menghela napas lega berkali-kali. Di balik ketidakberuntungannya dalam kisah asmara, rupanya hari ini ia masih dilimpahi secuil keberuntungan oleh Sang Pencipta. Terbukti dari gagalnya si bos besar yang seharusnya mengadakan kunjungan ke divisi pemasaran sesuai semestinya. Ya, saat Hansa sedang merasa gelisah karena takut akan kedatangan bos besar yang bisa saja memaki dirinya di depan umum kala melihat penampilannya yang cukup berantakan di hari dirinya berkunjung, justru Tuhan seakan masih memberikan sedikit kebaikan terhadap dirinya. Di tengah semua karyawan berikut kepala divisi sudah siap menyambut di ruangan paling depan, justru yang datang memasuki ruangan bukanlah bos besar yang sudah dinantikan kedatangannya. Asisten bos besar tersebutlah yang ternyata datang memasuki ruangan yang sudah diisi oleh sederet karyawan pemasaran yang seketika saling memandang penuh kebingungan karena yang datang berkunjung bukanlah sosok yang diperkirakan. Namun rupanya, asisten bos besar itu pun lantas berkata bahwa ternyata bos besar tidak bisa datang berkunjung dikarenakan dia sedang ada urusan mendadak di luar perusahaannya. Membuat ia melimpahkan tugas kunjungannya kepada si asisten yang tak lain adalah teman dekat dari Hansa yang pada saat itu langsung bernapas lega seakan sedikit bebannya langsung menguap dari atas bahunya yang dengan cepat memerosot lunglai. "Bersyukurlah karena ternyata bos besar tidak jadi mengadakan kunjungan. Tapi jika saja bos besar benar-benar datang berkunjung di hari ini, maka aku yakin jika kamu pasti akan mendapatkan teguran keras dari beliau!" ujar Genta mendesah kasar. Hansa yang notabene seorang karyawan biasa pun hanya mampu menundukkan kepalanya saja di sela sang kepala divisi sedang berbicara serius kepadanya. Ya, Hansa sadar diri, dia memang sudah nyaris melakukan kesalahan yang sangat besar di hari yang khusus ini. Akan tetapi, untungnya gadis itu pun masih bisa terselamatkan dengan pergantian kunjungan yang dilimpahkan kepada asisten bos besar tersebut. Membuat Genta dan juga karyawan lainnya sedikit merasa ikut lega karena pada kenyataannya mereka tidak jadi menyaksikan kemarahan bos besar terhadap Hansa yang mereka ketahui betul bahwa penampilannya pagi ini tidak seprima biasanya. "Aku ingatkan sama kamu, Hansa. Lain kali, jangan memaksakan untuk masuk kantor apabila kamu sedang merasa tidak baik-baik saja. Kau tahu? Hal itu bisa mengusik ketenangan yang tercipta. Seperti pagi ini, kau datang dengan penampilan yang terlihat begitu berantakan. Apa bahkan kau sendiri tidak takut jika imbasnya bisa sangat merugikan dirimu sendiri? Jadi kumohon, bertindaklah dengan bijak. Bukankah selama ini pihak kantor tidak pernah membatasi karyawan yang memiliki urusan pribadi hingga mengharuskannya tidak hadir di kantor selama beberapa hari. Kau pun bisa melakukannya jika itu diperlukan. Lagipula, track record kamu dalam absensi selama ini sangat bagus. Maka, jika saja kamu ingin mengambil cuti untuk sekitar dua atau tiga hari ke depan, aku rasa itu tidak masalah. Pihak kantor tentu akan memberimu izin. Dan sesuai perjanjian yang tertulis di kontrak kerjamu, apabila ada karyawan rajin yang tiba-tiba harus cuti untuk beberapa hari ke depan, hal itu tidak akan mempengaruhi nominal upah yang sudah ditentukan. Jadi menurutku, sekalipun kau ingin mengambil cuti di saat kondisimu sedang kurang baik, lakukan saja tanpa harus berpikir panjang! Toh semua itu perlu dilakukan semata-mata hanya untuk kebaikanmu juga. Kau paham kan dengan apa yang sudah kukatakan ini?" lontar Genta menceramahinya. Sementara itu, Hansa yang hanya mampu terdiam dan merasa bersalah pun lantas menganggukkan kepalanya dengan patuh. Dia memang sudah melakukan kesalahan di hari ini, tapi gadis itu berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya di masa yang akan datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD