Sesuai dugaan Cerry, Scott pasti datang. Suara mesin dari mobil yang ia tumpangi menunjukkan kedatangan Scott. Suara mesin mobil berhenti, sesaat kemudian langkah laki beberapa orang yang turun dari mobil terdengar berisik. Langkah mereka seperti tergesa-gesa. Jelas Scott mencurigai sesuatu saat layar monitor ia semprot dengan cream kocok dan lainnya.
"Kalian tunggu di sini! Jaga pintu markas, jangan sampai ada yang keluar." Scott masuk dan menuju markas.
Cerry terkejut dengan suara dingin dari pria yang sering menidurinya. Dia tidak mengira jika bariton seksi yang memanjakannya saat bercinta kini seperti mengeluarkan ancaman yang mengerikan. Dia sangat menyesal bermain-main dengan pria berbahaya selevel Scott.
"Baik. "
Scott segera masuk ke dalam bangunan utama. Langkahnya langsung menuju ke kamar Cerry__ yang berada di lantai satu__ tepat di samping kamarnya.
"Cerry, " panggil Scott pelan.
"Cerry! " Suaranya semakin keras ketika suara yang ia harapkan tidak kunjung menyauti panggilannya.
Prank!
Brak!
Bukan lagi suara teriakan yang terdengar, kali ini pecahan benda -benda ikut terdengar mengimbangi raungan marah Scott.
"Kerahkan semua anak buah di kota ini, cari Cerry secepatnya! ""
Kemarahan yang meluap mengikis ketampanan dan aura sensual yang dimiliki Scott. Semua di gantikan dengan ekspresi membunuh seperti hades yang menjelma di tubuh Scott.
Josh yang kebetulan ingin membahas perkembangan proyek sangat terkejut dengan kondisi mengerikan Scott. Sudah lama ia tidak melihat bos-nya ini mengeluarkan pandangan mematikan.
Sebagai orang yang mengenal baik Scott, ia tau betul bagaimana menghadapi kemarahan Scott.
"Kita ikut mencarinya, Scott? " tanya Josh.
Scott yang kalut dan marah tidak menjawab saran Josh. Langkahnya tetap tenang dan masuk ke Aston Martin.
'Sesuai dugaan, ' batin Cerry.
Ia tidak sabar untuk segera bebas dari cengkraman Scott. Hanya orang bodoh yang rela menjadi b***k libido pria kejam seperti Scott.
Suara deru mobil menandakan kemenangan Cerry atas keberhasilan rencananya. Sesaat lagi ia harus mengucapkan salam perpisahan pada perjara mewah itu.
Pria tampan, seks, barang bermerek, mereka semua bukanlah akhir yang ingin di raih Cerry. Hanya dendam yang ia inginkan. Jika saja Scott mau memberikan janji manis untuk membantunya maka Cerry bersumpah ia akan mengikuti Scott seperti anak burung yang baru menetas.
>
Mobil berhenti, Cerry tinggal menunggu suara pintu mobil di banting sebagai tanda seseorang keluar dari Aston yang seksi itu.
'Yah, tinggal selangkah lagi. Demi Tuhan ini membuat frustrasi. '
Dan akhirnya, suara yang ia nantikan telah terdengar. Cerry yakin jika perasaannya saat ini sama akan sama dengan perasaan ketika ia mendengar berita kehancuran Justine.
Perlahan ia membuka bagasi mobil yang sialan mewah ini. Untungnya ia sempat mengotak-atik mobil ini agar ia tidak terjebak dan terkunci di sini.
Setelah mengintip sebentar lalu memastikan semua aman, Cerry membuka bagasi itu dan segera melarikan diri.
Rupanya Scott berhenti di sebuah Club malam yang cukup terkenal. Dulu ia sering bersenang -senang di The Press Club bersama teman-temannya. Dugaan sementara yang terbesit adalah Scott memilik club ini.
Bagus sekali, semua terasa sempurna jika berbicara dalam hal menyudutkannya. Jika ia tidak bersembunyi dengan benar maka pria pemilik club yang rata-rata memiliki koneksi dunia bawah tanah akan menemukannya secepat ia menenggak wine.
Cerry tergesa-gesa memanggil taxi. Ia tahu jika hanya kendaraan ini yang bisa dengan cepat membawanya menjauh dari Club dan Scott.
Di dalam Taxi, Cerry mengamati pemandangan luar jendela. Kereta bawah tanah adalah tujuan selanjutnya. Dengan begini Scott tidak akan menemukannya dengan mudah. Apalagi dia tidak memiliki kartu pengenal dan hanya berbekal uang yang ia curi dari laci Scott.
Beberapa menit kemudian ia sampai di sana. Setelah membayar ongkos Taxi, ia bersiap menuruni tangga yang menghubungkan lobi peron kereta dengan pintu keluar. Sayangnya suara khas yang sangat ia kenal menyapa dan menghentikan langkahnya.
"Cerry!"
Cerry menoleh ke arah pemilik suara. Dan beginilah hidup, musuh selalu bertemu di jalan yang sempit.
Justine dikombinasikan jas bermerek merupakan perpaduan indah yang menarik perhatian wanita secara instan. Dia memancarkan aroma menggoda yang membuat wanita menjerit 'Cepat tiduri aku!.
Pertemuan dengan Justine adalah kecelakaan. Jika ia menantangnya di sini maka bisa dipastikan ia akan berakhir mengenaskan. Jadi bermain kooperatif menjadi pilihan kedua. Bisa jadi ia bisa memecah persekutuan Evie dan Justine.
"Justine, kau-kau disini? " Cerry menatap Justine dan memberikan pandangan berkaca -kaca dan lemah. Hal ini akan merangsang jiwa pahlawan pria untuk melindungi wanita cantik dan lemah.
"Cerry, kami mencari mu. Kami begitu khawatir tentang mu," bohong Justine yang sudah pasti diketahui oleh Cerry.
"Kami...? " Cerry berguman lirih, tapi masih cukup untuk di dengar oleh Justine.
Melihat ekspresi kecewa dari Cerry membuat Justine terkesiap. Dia berusaha menyakinkan matanya jika dia tidak salah lihat.
"Baiklah, aku harus pergi, " pamit Cerry. Ia bersikap seolah enggan berpisah dengan Justine.
"Tunggu. "
Justine mengambil tangan Cerry. Cerry tidak menolak pegangan tangan Justine.
"Justine, tindakan mu ini akan memicu kesalahpahaman evie. Kau pasti tidak menginginkannya. "
"Tidak, bukan itu. Lebih baik kita menemukan tempat untuk berbicara, okey? " Justine sangat berharap wanita cantik, cerdas dan memiliki fisik jelmaan boneka ini tidak menolaknya. Sudah cukup ia ditemani wanita mengerikan bermake up tebal yang tidak sesuai dengan usianya.
"Tapi... " Cerry terdengar ragu-ragu.
"Aku berjanji hanya berbicara. Tidak lebih. "
"Baiklah. "
Justine menyeret Cerry ke ferrari yang terparkir tak jauh dari pintu masuk kereta bawah tanah. Pria itu begitu bersemangat hingga tidak sadar sosok yang duduk di Aston Martin mengawasinya dengan pandangan membunuh.
Mungkin hanya Justine yang tidak sadar, beda halnya dengan Cerry. Ia justru secara provokastif tersenyum ke arah Aston Martin yang terparkir tak jauh darinya. Dia seakan tersenyum mengejek.
'Aku akan membalas dendam dengan caraku sendiri, Scott. Aku tidak mau lagi mengemis padamu. '
"Masuklah, " perintah Justine yang dijawab anggukan Cerry.
Sebelum ia masuk, Cerry melemparkan senyum manis pada Justine. Tindakannya akan membuat seolah Cerry menginginkan Justine.
.
.
Scott meremas telepon yang ia genggam. Dadanya terbakar melihat tindakan Cerry yang seolah menantangnya.
"Kau tidak bisa lepas dariku, Cerry. Tidak akan bisa! " teriak Scott di mobil. Dia tidak terima melihat miliknya mengikuti pria lain. Dia benar-benar tidak bisa menerimanya.
Yang harus dikasihani di sini adalah sopir dan John yang malang. Mereka berwajah pucat seolah sedang memeluk bom yang sedang aktif. Bosnya yang sedang marah dan cemburu adalah bom itu.
Tbc