Playing

1003 Words
Cerry yang tengah meringkuk dalam lemari mengutuk ulah Scott dalam hati. Pria itu seperti pemburu yang mencari mangsa. Dia bahkan menyerang ketahanan mentalnya melalui perkataan manis namun mengancam. Ketegangan semacam ini lebih menyiksa dari pada dalam keadaan tertangkap. Sayangnya Cerry terperangkap dalam kondisi tidak menyenangkan itu. "Aku sudah menyiapkan talinya sayang," Ucap Scott dengan nada menggoda. Sesekali ia tertawa untuk membuat Cerry lebih tertekan. 'Dasar gila, ' umpat Cerry dalam hati. Rasanya dia ingin menonjok pria itu. "Dan lihat ini, aku juga sudah menemukan cambuk yang cocok untukmu. " 'Aku tidak butuh. ' "Ada banyak cambuk di sini, kau tinggal memilihnya. " 'Pakai sendiri. ' Kini Cerry menyadari sesuatu. Pemikiran naif yang mengira jika dia bisa memaksa Scott menyetujui permintaannya dengan cara memenuhi kebutuhan biologis Scott buyar seketika. Scott lebih sulit dan mengerikan dari yang ia kira. Kini dia harus menerima konsekuensi menggoda Harimau. Waktu yang berlalu menyiksa Cerry membuatnya semakin takut tertangkap karena tidak ingin menjadi korban sadomasokis. Kriek ...! Blaak...! Scott sengaja membuka pintu seolah - olah mencari sesuatu. Dia menyeret, mengangkat kursi ,meja atau benda yang sekiranya bisa menyembunyikan tubuh mungil Cerry. Semuanya ia lakukan untuk menambah ketegangan permainan hide and seek. "Kau tahu, aku ingin mengikatmu di ranjang, Sayang. " "Lalu mencambukmu agar kau menjerit. " Scott berkata sambil menggoda lagi. Dia sangat menikmati adegan hide and seeks ini. Sebagai pemburu, ia sangat senang membuat mangsanya ketakutan. Bagi Scott mereka lebih menggairahkan ketika sedang takut. Hasratnya semakin membara jika sepasang mata menatapnya dengan penuh permohonan. Darahnya terasa mendidih, meledak dalam kegembiraan jika mendengar jeritan pilu. Sayang sekali hal itu sudah lama tidak ia rasakan. Para jalang itu sangat profesional juga masokis. Itu menghilangkan daya tarik b**m dan segala kesenangannya. Meskipun Scott bukan pengidap sadomasokis. Melakukan hal baru seperti itu terdengar cukup menarik. Tak terasa keringat menetes deras dari pelipis Cerry. Kata-kata Scott tidak memberikan dirinya kesempatan agar menyerah sehingga tidak perlu merasakan cambuk atau permainan seks itu. "I got you," bisik Scott di telinga Cerry. Mata Cerry membola ketakutan. Dia berusaha bangkit tapi tangan Scott meraih dan menyeret tubuhnya. Grep "Kyaa! " "Lepaskan, aku tidak mau!" "Sudah kubilang kau tidak berhak menolak perintahku. Tubuhmu adalah milikku, kau dengar milikku. " "Iya...aku tidak akan melakukan hal itu lagi. Lepaskan aku. " Cerry berusaha memberontak dan melepaskan diri dari Scott. Bayangan cambuk dan lelehan lilin panas sangat menakutinya. Namun pria itu seolah tidak ingin melepaskannya. "Aku harus mendisiplinkan milikku yang mulai berontak. " "Lepaskan aku Scott, aku wanita bebas. Tidak ada yang memilikiku baik jiwa dan tubuh! " "Tidak setiap permintaanmu bisa terwujud hanya dengan memohon, Sayang. Semua itu ada harga dan konsekuensi nya. " Scott menyeringai kejam sekaligus dingin. Jika anak buahnya yang lain yang melanggar perintahnya maka mereka bisa dipastikan tak akan melihat matahari esok hari. Namun karena yang berontak adalah gadis unik yang memiliki kisah hidup menyedihkan maka Scott meringankan hukumannya. "Waktunya mendapatkan hukumanmu Sayang. Kqu perlu belajar jika membantah perintahku akan berakibat buruk untukmu..." Teror menghantam d**a Cerry. Wajahnya memucat melihat seperti apa wajah kejam Scott. "Kau seharusnya mendengar peringatanku sayang. " Scott sangat suka semuanya dalam kendali. Dan ketika ia melihat ada bentuk perlawanan maka ia akan membersihkannya. Baginya perlawanan kecil seperti tumor yang harus dihilangkan. Usai menghukum Cerry, Scott menatap dengan angkuh. Tak ada rasa iba sedikitpun. Inilah dunianya dan Cerry tanpa sadar tersesat di sana. . . . . Evie berteriak histeris, ia melemparkan kotak kado seolah tangannya terbakar. Justine yang mendengar teriakan evie keluar kamar mandi. Ia hanya dengan mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Ada apa Evie? " "Ce-cerry. Dia mengirimkan kotak itu padaku. " Justine mengambil kotak yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Tangannya terjulur pada kertas bertuliskan tinta merah. "Cerry... " lirihnya. Tangannya mengepal meremas kertas itu hingga tak berbentuk. 'Jika dia kembali maka rencanaku bisa gagal. Tidak, aku harus mencegahnya muncul karena namanya masih terdaftar dalam ahli waris perusahaan White. " Grep... Evie memeluk tubuh setengah telanjang Justine. ''Jangan khawatir, aku akan menyelidiki siapa yang mengirimnya. Cerry sudah di nonaktifkan, okey. " "Jiwanya sudah berubah menjadi anak-anak. Ini pasti perbuatan orang lain yang ingin meneror kita. " .Evie mengangguk, ia semakin menenggelamkan wajahnya pada d**a bidang Justine. Justine memeluk Evie yang ketakutan. Karena wajah Evie terkubur di dadanya, gadis itu tidak melihat sorot jijik di wajah Justine. 'Tsk, menjijikkan. Andai aku tidak membutuhkanmu, kau sudah kutendang dari sini. ' Seperti biasa untuk menyenangkan Evie, Justine menggendong Evie menuju ranjang. Ia membaringkan Evie dan menciumi gadis di bawahnya. Perlakuan istimewa Justine menghanyutkan ketakutan Evie beberapa saat yang lalu. Sekarang ia sedang menikmati sentuhan Justine yang membakar kulitnya. "Ini yang membuatku mencintai mu Justine. " "Begitu pula aku Evie. " Rayuan Justine sudah membutakan nurani Evie hingga jauh ke dasar kegelapan. Perasaan irinya pada sang kakak karena memiliki semua yang dibutuhkan seorang gadis membuatnya membenci Cerry hingga ke tulang. Dia benci kakaknya yang cantik, ia benci kakaknya yang brilian dalam melakukan sesuatu. Meskipun ia tau jika orangtua nya memperlakukan sama dan tidak pilih kasih pada Cerry tetap saja ia benci melihat sorot pandangan memuja dari mata orang tuanya pada Cerry. Tidak hanya itu, orang-orang di kantor bahkan lebih menghormati Cerry dari dirinya. Lalu seorang pangeran datang menawarkan cinta padanya. Memberikan pandangan memuja yang selama ini ia inginkan. Akan tetapi melihat Justine menindih Cerry waktu itu membuatnya lebih membenci Cerry. Dia tidak ingin mendengar apapun pembelaan Cerry karena tidak ingin hatinya terluka. Ia terlalu mencintai Justine yang menjadi orang pertama memuja dirinya. Oleh karena itu dia dengan senang hati membuat Cerry terusir dari mansion White. Itu semua belum cukup untuk membuat membalas orang-orang yang menyepelekan dirinya. Jadi Evie menuruti segala perintah Justine dan menjadikan Cerry kambing hitam. Namun tanpa diduga, Cerry tertekan sehingga berakhir seperti i***t. Dia jelas senang, inilah kemenangan yang sudah lama ia nantikan. Akhirnya ia lebih baik dari pada Cerry. Kakaknya yang menyebalkan dan sok kecantikan. Tapi sejak adanya surat teror itu, Evie tidak bisa tidur tenang. Dia selalu gelisah karena takut kakaknya akan membalas dendam dan membuatnya menderita. Dia pun mulai memikirkan cara agar menemukan Cerry. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD