Hopeless

1003 Words
Seringai puas tercipta di wajah tampan Scott bersama sorot mata yang sangat dingin. Gadis itu meringkuk dan menangis karena luka dari Scott. Dia benar- benar tanpa ampun. "Ini hukuman mu Cerry. " "Lepaskan aku! aku ingin pergi dari sini..." Cerry terengah-engah karena mulai kehabisan tenaga. 'Gadis kecil ini ingin bermain-main denganku, oh sungguh lucu. ' ''Pemikiran yang sangat naif jika kau mengira bisa mengendalikan seorang Scott Anderson hanya karena wajah cantik, Sayang. " Aroma bunga yang tadi tercium samar bertambah kuat. Scott mencari dari mana datangnya aroma bunga yang kuat ini. Dia dari dulu mengetahui jika Cerry memiliki aroma manis bunga. Tapi belum pernah sekuat ini. Seekor kupu-kupu datang menyelinap dari celah jendela. Itu terbang menuju Cerry yang sedang mengatur nafasnya. Tak lama kupu-kupu yang lain juga turut hinggap ke tubuh Cerry. Barulah Scott sadar jika aroma yang kuat ini dikeluarkan oleh Cerry. "Melihat kupu-kupu itu, aku merasa telah menyiksa seorang peri. " Scott berkata acuh tak acuh. Ada senyum malas di bibirnya yang tipis. "Sayang sekali bukan? karena aku memang berkutat dalam dunia hitam." "Lepaskan aku," Cerry tidak ingin repot-repot mendengarkan ucapan sombong Scott. "Tentu saja. " Scott melepaskan tali yang mengikat Cerry. Hampir saja Cerry jatuh ke lantai jika tidak ditahan oleh Scott. Kakinya terlalu lemah karena cambukan tadi. Scott membaringkan Cerry di tempat tidur. Beruntung tempat tidurnya memiliki sprei lembut berbahan bagus. Itu cukup baik sehingga tidak menambah buruk rasa perih di punggungnya. "Lepaskan aku hiks... " Cerry sudah menyerah pada pria ini. Satu hal di otaknya yaitu dia harus segera pergi jauh dari jangkauan Scott. Scott berhenti dan menjauh dari Cerry. Dia meninggalkan gadis itu agar mengobati lukanya sendiri. Dia sebenarnya tidak suka memberi tanda pada kulit indahnya, tapi ia tidak akan membiarkan orang berpikir bisa mengendalikannya. Setelah Scott pergi, Cerry mulai menangis lebih keras dari tadi. Dia sadar jika tidak mungkin meminta bantuan dari Scott. Pupus sudah keinginannya agar dibantu pria ini, nyatanya pria itu sangat tidak kenal ampun sama sekali. Cerry mengusap air matanya kasar. Mata kemarahan menyala di matanya. 'Jika kau tidak mau membantuku maka aku tidak bisa tetap di sini. Aku akan membalas dendam dengan caraku sendiri. ' . . . Justine mendatangi Josh yang duduk di kursi wakil CEO. Meskipun Scott menunjuk dirinya sebagai CEO perusahaannya tapi Josh menolak untuk di kursi yang seharusnya Scott berada. Pemandangan yang janggal bagi pria serakah seperti Justine. Justine berpikir, jika dirinya adalah Josh maka ia akan berusaha sekuat tenaga mengambil Anderson company menjadi miliknya. Sama seperti yang dia lakukan pada White inc. Kini dirinya berkuasa atas dua perusahaan sekaligus. Louis kebetulan datang ke perusahaan Scott. Ia agak jengkel dengan Scott. Sahabatnya itu seperti hilang di telan bumi. Dia tidak pernah lagi hadir di club untuk bersenang-senang. Kehadiran Justine menarik perhatian Louis. Dia bertanya-tanya mengapa pria itu berada di Anderson company. "Bukankah kau pemilik perusahaan baru itu? " tanya Louis ketika Justine menyapanya. Justine tersenyum ramah, tapi kelicikan di matanya tidak bisa disembunyikan senyumnya. Dia tahu benar orang di depannya memiliki pengaruh menakjubkan di kalangan bisnis. Justine tidak bisa membiarkan kesempatan bekerja sama dengannya lewat begitu saja. "Benar, senang bertemu dengan anda tuan Louis. Aku beruntung bertemu dengan anda disaat aku mengunjungi tuan Josh. " Josh mengangkat tangannya, ia menerima proposal dari Justine. "Aku akan mempelajari proposal ini. Jika proposal ini menguntungkan, kau akan aku hubungi. " Ucapan Josh terdengar mengusir Justine. Jari-jari Justine mengepal karena penghinaan ini. Tapi ia harus menelan kemarahannya demi kepentingan perusahaannya. Dengan nada yang masih sopan ia pamit pada Louis dan Josh. "Baiklah, jika demikian aku akan menunggu kabar baik dari kalian." Justine pamit bersama dengan sekretaris dan asistennya. Setelah sosok Justine menghilang dari pintu, Louis yang duduk di meja Josh mendengus. "Kau kasar sekali Josh. " Josh mengangkat bahunya. Bukan keinginannya bersikap kasar. "Ini adalah perintah tuan Scott. Tapi aku cukup senang melakukannya. " "Oh, b******n itu, sampai kapan ia akan menghilang!" Louis berteriak kesal. "Jika kau mau, kau bisa menemuinya di markas tengah hutan." "Tidak, tempat itu suram. Jika Scott tiba-tiba kesal aku takut kehilangan nyawaku di sana," tolak Louis. Markas itu bukan tempat menyenangkan untuk dikunjungi bahkan oleh pria sekalipun. "Jika begitu berhentilah mengeluh. Tuan Scott dalam kondisi baik dan bersenang -senang saat ini. " Josh memberi senyum bearti pada Louis. Dan Louis langsung tahu arti senyum Josh. Senyum yang mengisyaratkan jika Scott mulai menaruh hati dengan seseorang. Akhirnya Scott yang menyebalkan dan dingin jatuh hati. "Sepertinya aku akan melakukan saranmu. Aku ingin tahu mainan yang ditemukan Scott. " Louis meninggalkan kantor menuju lift agar tiba di basement. "Kalau begitu tunggu apa lagi? cepat ke sana, okey. " Louis sangat penasaran pada gadis yang bisa membuat Scott kembali menjadi dirinya sendiri setelah memutuskan hubungannya dengan para kekasihnya. Dia bahkan harus mengusir mereka karena jengah. Para wanita yang dicampakkan Louis itu akan terus berdengung di sekelilingnya jika dia tidak bertindak tegas. Louis menuju ke markas Scott yang berada di tengah hutan. Dia ingin melihat seperti apa gadis yang membuat Scott tertantang. Apa benar gadis itu begitu luar biasa atau Josh dan Scott hanya melebih - lebihkan belaka. Sebab bagi Louis, semua wanita itu sama. Mereka menyukai berlian dan uang. "Scott, aku datang hohoho aku tak sabar menganggu kemenanganmu. " Louis menikmati perjalanannya menuju ke markas laknat Scott. Pria itu menyukai hal yang eksetrik dengan pembangun markas di tengah hutan pribadi yang ia beli. Padahal pria itu tidak kekurangan apartemen di kota. Memang ia memiliki kebiasaan aneh yang sulit dijelaskan. Di ruang kerjanya, Scott melihat tangannya yang bergetar. Ada rasa aneh yang menyakitkan ketika ia melihat air mata Cerry dan teriakannya. Hatinya seolah ikut sakit padahal ia tidak terluka. 'Apa yang terjadi padaku? apa aku sudah gila...' guman Scott. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlintas di benaknya justru teriakan Cerry. 'Apa apaan ini. Tsk enyahlah dari otakku...!' Scott akhirnya menuju ke bar minuman di mana ia menyimpan semua minuman yang mahal di sana. Sudah lama ia tidak membuka salah satu koleksi minuman yang biasanya fermentasinya berusia ratusan tahun. Hanya karena tangisan Cerry dia menjadi menyambangi apa yang sempat ia lupakan. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD