Love, No Way.

1446 Words
  Sulit bagi Cerry untuk menggerakkan jari-jarinya. Scott berhasil menyedot habis energinya karena kesakitan. Dia tidak menyisakan setetes energipun untuk menendang pria kurang ajar yang berada di atasnya.   Yah Scott berada di atas tubuhnya namun ia dalam posisi yang cukup sopan. Ia membantu menerapkan obat memar pada punggungnya yang berhias luka-luka.   "Lihatlah dirimu, kau bahkan tetap terlihat cantik dengan goresan luka yang aku buat. "   Ingin sekali Cerry mengeluarkan ribuan sumpah serapah sekaligus mengeja nama penghuni kebun binatang pada Scott. Tapi ia mengurungkan niatnya dan sekali lagi itu karena tidak memiliki energi yang cukup. Kelopak matanya cukup berat dan ia ingin sekali tidur. Setidaknya ia tidak merasakan rasa perih di punggungnya.   "Tidurlah sayang. "   "Aku tau kau lelah dan kesakitan, bukankah ini sepadan dengan apa yang sudah kau raih sebelumnya. Tidak ada yang gratis di dunia ini Cerry. Kisah klasik cinderella hanya ada di dunia dongeng. Aku juga tidak tertarik mempraktekkan kisah manis itu dalam hidupku. "   Cerry sudah terlelap dalam tidurnya. Ia tidak bisa mendengar suara Scott yang berbicara padanya. Tidak ada  yang lebih ia inginkan saat ini selain tidur dan tenggelam bersama mimpinya.   Terdengar suara siulan nakal dari pintu. Louis menggoda Scott yang tengah mengobati luka di punggung gadis berambut golden pink.   "Aku tidak menyangka kau bisa sebrutal ini Scott? " goda Luois.   Scott menyeringai seksi. Ada rasa bangga di ekspresi wajahnya yang menyebalkan.   "Berarti kau belum mengenalku dengan baik. "   Louis mengangkat bahu. Ia tidak ingin berdebat dengannya tentang seberapa brutal dia dan miliknya jika di hadapan wanita. Mereka adalah kombinasi gila yang Louis rasa diciptakan oleh dewa nafsu.   "Jadi... dia adalah mainan barumu yang diceritakan oleh Josh? " tanya Louis.   Scott mengambil wine dan menenggaknya. "Dia bukan mainan. Aku awalnya menganggap demikian tapi seiring waktu aku menemukan jika dia harta berharga yang tak sengaja terdampar di tempatku. "   Louis menyangkat satu alis dengan seksi. Gerakan yang kurang ajar karena berpotensi membuat wanita menjerit karena terpesona. Rambut pirang dan mata biru adalah senjata ampuh dalam membuat pria menjerit.   "Kau serius? " tanya Louis, baru pertama ia mendengar Scott memuji seorang wanita. "WTF, seorang Scott memuji wanita? kurasa aku harus memeriksakan telingaku ke dokter. " "Tutup mulut dan katakan tujuanmu ke datang ke markasku? jika kau mengatakan hanya sekedar merindukan ku maka yakinlah aku akan segera meledakkan kepalamu. "   "Okey, aku hanya tertarik pada wanita yang mampu menggerakkan seorang Scott sehingga rela mengotori tangannya untuk mengakuisisi perusahaan Wood dan White, " celetuk Louis.   Pandangan Scott mendingin. Wajah yang tadinya mampu membuat wanita di sekitarnya rela melepas celana dalamnya kini berubah menjadi dingin dan seolah berkata 'jika kau mendekat yakinlah kau akan mati.'   "Sebaiknya kau menutup mulutmu rapat-rapat Louis, aku tidak ingin mulut besarmu membocorkan rencanaku. "   "Tentu saja. " Louis memberikan gerak seolah tangannya mengunci mulutnya.   Lagi, Louis harus mengalami kejutan yang tidak terduga. Inti dari perkataan Scott ialah ia tidak membantah jika sedang menyerang perusahaan Wood dan White demi wanita yang mendengkur halus di samping Scott.   'Wanita seperti apa dia?' tanya Louis dalam hati. 'Apa yang membuatnya istimewa?'   Louis menyalakan cerutunya. Ia keluar tanpa berkomentar lebih jauh lagi. Sorot mata Scott begitu jelas jika ia tidak menginginkan kehadirannya di sini. Tentu saja, jika ia tau jika Scott ingin memeluk wanita yang tengah bermimpi itu.   Di tempat lain, Josh sudah mengirimkan proposal pada pemerintah. Dia seratus persen yakin jika proposal ini akan memberikan pukulan yang mengerikan pada perusahaan Wood.   "Justine, pria hijau yang bermimpi terlalu tinggi. " Josh yang duduk di kursi wakil CEO tersenyum sinis pada gambar yang diambil oleh anak buahnya. Ia mengikuti instruksi Scott yang menyuruhnya mengawasi Justine dan memblokir segala macam rencana yang menguntungkannya. Diam-diam ia merasa kasihan pada musuh Scott. Pantas saja tidak seorangpun mampu menumbangkan kekuasaannya di dunia hitam. Metode yang bosnya gunakan memang mengerikan. Ia bahkan tidak meninggalkan sedikit privasi pada musuhnya tanpa disadari pihak lain.   "Anggap saja kau bernasib naas karena menjadi target Scott, Justine. "   Josh pun berdiri menuju kaca besar yang menjadi dinding Anderson building. Dia menikmati pemandangan indah malam Manhattan yang berselimut cahaya lampu.      Di tempat lain, Josh sudah mengirimkan proposal pada pemerintah. Dia seratus persen yakin jika proposal ini akan memberikan pukulan yang mengerikan pada perusahaan Wood.   "Justine, pria hijau yang bermimpi terlalu tinggi. " Josh yang duduk di kursi wakil CEO tersenyum sinis pada gambar yang diambil oleh anak buahnya. Ia mengikuti instruksi Scott yang menyuruhnya mengawasi Justine dan memblokir segala macam rencana yang menguntungkannya. Diam-diam ia merasa kasihan pada musuh Scott. Pantas saja tidak seorangpun mampu menumbangkan kekuasaannya di dunia hitam. Metode yang bosnya gunakan memang mengerikan. Ia bahkan tidak meninggalkan sedikit privasi pada musuhnya tanpa disadari pihak lain.   "Anggap saja kau bernasib naas karena menjadi target Scott, Justine. "   Josh pun berdiri menuju kaca besar yang menjadi dinding Anderson building. Dia menikmati pemandangan indah malam Manhattan yang berselimut cahaya lampu.   Cerry terbangun dari tidurnya. Rasa sakit di punggungnya tidak lagi seburuk kemarin. Tapi tetap masih terasa nyeri.   "Aku harus pergi dari sini, " guman Cerry di tengah isak tangis.   Dia merasa bodoh karena mengira telah menemukan pangeran berkuda putih untuk membantunya membalaskan dendam. Tapi ternyata kenyataan tidak seindah yang ia harapkan. Bukannya mendapatkan malaikat penolong berupa pria setampan Asyura tapi yang ia dapatkan adalah binatang buas yang kecanduan dengan seks.   "Akh... " Kedutan rasa sakit kembali menyerangnya.   "Aku bodoh, benar - benar bodoh. hehehe. " Bibir Cerry mengeluarkan suara tawa yang menyedihkan. Ekspresi wajah yang basah dengan air mata keputus asaan berusaha ia tutupi dengan tawa miris. Dia melakukan hal itu karena takut hatinya akan benar - benar hancur jika dia menangis tersedu-sedu.   Dengan kasar ia mengusap air mata di pipinya. Tujuan utamanya kali ini adalah pergi meninggalkan sarang binatang buas ini. Jika tidak Scott tidak ingin membantunya maka Cerry harus menemukan cara lain membalas dendam pada Justine dan Evie.   "Ssshhh. "   Desisan rasa sakit keluar dari bibir Cerry.   "Pria gila itu benar-benar ganas. Ughh... "   Cerry tidak mungkin bersikap biasa saja, gelombang rasa nyeri di selakangan maupun di seluruh tubuhnya terasa menyiksa. Tapi ia harus menyeret tubuhnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aroma percintaan dirinya dan Scott masih menempel di tubuhnya. Dan b******n itu bahkan tidak mau membersihkan tubuhnya.   Zzzhhhhhsss...   Cerry sedikit bersyukur karena air hangat yang keluar dari shower sedikit meringankan rasa sakit. Sedikit demi sedikit menghapus aroma percintaannya dengan b******n itu.   "Bagaimana caranya agar aku bisa pergi dari sini? " desah Cerry di sela - sela mandi. Ia memejamkan mata menikmati butiran air hangat mengalir di kulitnya dan merilekskan tubuhnya yang tegang. "Bagaimana caranya?"   Scott memandang suram pada monitor yang menampilkan seorang gadis yang basah dan menggoda. Bukan kondisi basah dan menggoda yang membuat Scott merasa marah. Tapi rencana yang keluar dari bibir lembut dan basah milik Cerry yang memancing amarahnya.   "Ingin melarikan diri dariku?  huh kau tidak memiliki kemampuan itu Cerry. "   Tetap saja mata Scott masih memandang dengan lembut gadis yang secara kurang ajar ia awasi. Bahkan dalam kamar mandi ia tidak memberi privasi pada Cerry.   Dari awal ia memang tidak pernah menganggap Cerry sebagai seseorang. Baginya Cerry adalah barang yang telah ia beli dari Ken apapun latar belakang yang ia miliki. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini pikirannya menuju ke arah ingin memanjakan Cerry sampai mati. Ada rasa ingin merengkuhnya dalam pelukan hingga Cerry dan dirinya tidak bisa terpisah lagi.   Jadi niat Cerry untuk melarikan diri menjadi pemicu kemarahan di hati Scott.   "Kau akan menyesal jika berani mencoba melarikan diri Cerry. " Sumpah Scott.   Tekanan emosi dari Scott membawa atmosfer mengerikan pada ruangan bawah tanah Club milik Scott. Louis yang tengah fokus pada lembaran mematikan sayangnya mampu menghasilkan dolar itu bergidik kedinginan. Ia bertanya-tanya kenapa temannya mengeluarkan aura hades di ruangan sakral penghasil uang ini.   "Jika kau terus mengeluarkan aura mematikan seperti ini, tidak hanya manusia bahkan iblis pun akan lari, Scott!  Jadi berhentilah mengeluarkan atmosfer yang sialan mengerikan ini. " Louis tidak tahan lagi. Dia tidak bisa berkonsentrasi jika energi negatif dari Scott tidak segera ditarik oleh makluk menyebalkan yang sialnya menjadi sahabatnya.   "Bukankah kau bisa menebak pikiranku Louis, jadi jangan menggangguku dengan pertanyaan konyolmu. "   "Hei aku bukan cenayang, okey. Aku bisa menebak jika kau sedang h***y atau menginginkan celah wanita tapi pikiranmu yang sedang jatuh cinta ini membuatku berpikir jika kau bukan Scott. Aku curiga jika si berengsek Scott tengah diculik alien dan kau adalah makhluk yang menggantikannya. "   "Sial kau, dan satu lagi__aku tidak jatuh cinta. "   "Whatever. Yang ku tau hanya orang yang terjangkit cinta yang bisa marah-marah tanpa alasan seperti yang kau lakukan Scott. Jadi berhenti mengelak. "   "Aku tidak __ jatuh cinta. " Sayang sekali jantungnya berdetak mengkhianati ucapannya.   "Okey aku percaya meskipun ini seperti aku percaya jika aku bertobat. Ucapan Louis membuat Scott terdiam. 'Tidak, aku tidak mungkin jatuh cinta. Hanya pria lemah yang jatuh cinta. " Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD