Belum sampai saja, suara riuhnya sudah terdengar. Airin tampak tidak sabaran. Alih-alih ia yang menjanjikan akan membantu Amirah, malah Ghea yang melakukannya. Sangat tidak konsisten. "Gak bisa cepet, ya, jalannya?" Airin menoleh ke belakang. "Jalan aja duluan, Rin. Bagiku, keselamatan Ami lebih utama." sindir Ghea. 'Dia yang maksa, dia sendiri yang tidak peduli.' kata dalam hatinya. Airin jadi tersadarkan, karena jarang sekali Ghea berkata agak menyindir begitu. "Iya, maafkan aku, ya, Mi? Kok aku jadi egois banget." introspeksi-nya. "Gak apa-apa, Kak. Pasti ingin segera melihat keseruan mereka." Amirah tersenyum. "Aku sangat suka bola, Mi." terus terangnya. Ghea dan Amirah saling menatap, kemudian secara berbarengan tertawa. Pantas saja! "Aku tidak pernah tertarik sama bola." u

