Paksakan Dari Orang Tua

1028 Words
Tetapi satu orang itu belum berani menyatakan perasaannya karena dia tidak ingin persahabatannya akan hancur hanya karena sebuah perasaan. Tapi dia tidak akan selalu menutupi perasaannya itu. "Suatu saat aku pasti akan mengatakan perasaan ini kepadanya." *** "Ya ampun, Nak bangunlah!! Apakah kau tidak ingin pergi ke kantor?" ocehan seorang Ibu di pagi hari. "Nanti, Mah. Lima menit lagi," jawab anak itu kepada ibunya. Tiba-tiba ada seorang gadis berusia remaja yang masuk dalam kamar abangnya, "Cubit saja, Mah jangan biarkan dia bisa tidur dengan nyenyak. Hahaha," ucapnya. "Kau ini..." teriak Abangnya yang refleks langsung terbangun. "Apa? Kenapa kau marah kepada adikmu?" Ujar Mama sambil menjewer telinga anak laki-laki itu. "Aduh... sakit sakit. Iya iya aku minta maaf," "Bang kau itu udah harus bangun. Lihat sekarang sudah jam 6.30 kau harus segera bersiap-siap karena nanti jam 7.30 kau harus segera pergi ke kantor karena Papa bilang akan ada meeting yang sangat penting," "Iya, Mah aku akan bersiap-siap sekarang." Setelah mendengar ucapan anaknya itu mama dan juga adiknya keluar dari kamar laki-laki itu. Laki-laki itu tidak lain adalah Aditya. "Aduh, Pangeran baru selesai mandi ya," ujar adiknya yang selalu saja menyindir dan mengejeknya. "Sudahlah Raisa. Apakah kau tidak bisa menutup mulutmu itu aku pusing setiap hari kau selalu mengejekku karena aku sangat sulit untuk bangun pagi," ujar Aditya sudah menyerah dengan sikap adiknya itu. "Makanya, Bang kau itu carilah perempuan untuk di jadikan istrimu. Kau itu sudah berumur 28 tahun tetapi tetap saja belum memiliki seorang kekasih ataupun calon untuk menjadi istrimu," "Jika kamu memiliki seorang Istri mungkin kau akan berubah dan Mama tidak akan pusing setiap hari memarahimu dan kau juga tidak akan pusing mendengarkan berdua memberikanmu ocehan," ujar Raisa kepada abangnya. "Iya, Bang yang di katakan oleh adikmu itu benar," "Kapan kau akan memperkenalkan wanita yang menjadi pilihanmu kepada Mama? Jika kau tidak memperkenalkan wanita yang pantas untuk menjadikan istrimu secepatnya kepada, Mama," "Maka Mama akan segera menjodohkanmu dengan anaknya teman Mama!" ancaman Mama kepada Aditya. Papa yang mendengar kedua wanita itu sedang menasehati putranya hanya bisa tertawa karena dia sudah tidak mengerti lagi apa yang di cari oleh putranya itu, sehingga sampai umur 28 tahun dia belum memiliki Seorang Istri. "Sudah lah, Ma, Dek jangan menasehati Putra papa itu setiap hari. Yang ada nanti dia depresi dan dia bisa melakukan hal-hal bodoh," ujar Papa yang ikut mengejek putranya itu. "Aku pikir papa akan membela aku ternyata sama saja seperti Mama dan adik. Sudah kalau begitu aku mau pergi ke kantor saja," ujar Aditya yang ngambek. "Haduh Abangku ternyata baperan dan sekarang dia ngambek," ujar Raisa. "Aku capek kepada kalian bertiga selalu memintaku untuk mencari istri, padahal mencari seorang pasangan itu sangat sulit," "Apalagi aku ingin mencari wanita yang benar-benar pintar dan bisa menjadi teman istri sahabat dan rekan yang baik untuk seumur hidup. Jadi aku benar-benar memilih dalam mencari istri," ujar Aditya yang menjelaskan bagaimana bisa sampai sekarang dia belum memiliki Seorang Istri. "Tapi, Bang di umurmu yang sudah menginjak 28 tahun seharusnya kau memiliki seorang pasangan. Kau baik kepada semua orang semua orang ramah kepadamu, kau juga menanggapi mereka dengan baik," "Apakah tidak ada salah satu diantara mereka yang membuat hatimu tertarik atau memiliki perasaan terhadap mereka? Contohnya seperti Dewi?" "Dia itu salah satu temanmu yang baik cantik dan juga pintar kenapa kau tidak berusaha mendekatinya saja dan berusaha untuk bisa dekat dengan keluarganya?" tanya Mama kepada putranya itu. "Mama... Dewi itu hanya sebatas teman kuliahku dulu dan aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padanya. Lagian dia itu juga bukan tipe wanita yang aku suka, Mah," ujar Aditya yang menjawab pertanyaan dari mamanya. "Lalu wanita seperti apa yang menjadi tipe kamu, Aditya?" tanya Papa yang kali ini ikut serius dalam mencari jodoh anaknya. Aku tidak perlu wanita yang sangat cantik, Pa tetapi aku memerlukan wanita yang bisa mengerti aku, yang bisa satu pemikiran denganku dan dia bisa menjadi orang yang memahami aku dalam hidup," "Karena seorang istri bukan hanya menjadi teman tidur, Pa. Tetapi istri juga harus bisa menjadi kan aku sebagai rekan seumur hidup," pacar Aditya yang menjelaskan bagaimana tipe wanita yang di inginkan olehnya. "Tapi tipe wanita seperti itu sangat sempurna, Bang sangat sulit mencarinya dan mungkin tidak ada di zaman sekarang. Aku saja tidak bisa seperti itu," ujar Raisa yang menanggapi ucapan Abangnya itu. "Tapi abang yakin pasti ada wanita yang seperti itu," ujar Aditya yang benar-benar memiliki kepercayaan seratus persen bahwa dia pasti akan menemukan wanita sesempurna itu. "Ya sudah kalau abang memang ingin mendapatkan wanita seperti itu maka Mama, Papa dan juga Adik pasti akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Abang," "Tapi Mama minta kepada Abang jika ada wanita yang bersedia menjadi istri, tolong beritahu kami agar kami bisa menilainya dan Abang juga harus berusaha untuk bisa menerimanya, ya?" ujar Mama yang memberikan nasehat kepada putranya. "Mama memintamu untuk segera menikah karena Mama sudah sangat ingin memiliki seorang cucu, Nak. Jangankan memiliki cucu dulu asal kau memiliki seorang kekasih saja Mama pasti akan sangat bahagia," ujar Mama yang benar-benar menginginkan putranya memiliki seorang pasangan. Aditya hanya diam dan mendengarkan semua ucapan mamanya dia juga tahu bahwa Mamanya sudah sangat ingin memiliki seorang menantu. "Iya, Ma Do'akan saja yang terbaik untukku ya? Aku pasti akan memberikan kabar baik itu suatu saat nanti kepada kalian semua." ujar Aditya. Dia sedang berusaha menyakinkan keluarganya bahwa sebentar lagi dia pasti akan menemukan seorang wanita yang pas untuk dirimu. "Ya sudah kalau begitu aku pamit pergi duluan ke kantor ya." *** Ketika sampai di kantor dia langsung bertemu dengan sekretarisnya sekaligus sahabatnya dari dulu. "Waduh Pak Bos ada apa ini kenapa tiba-tiba wajahmu terlihat murung seperti itu? Padahal ini adalah hari yang sangat indah... Lihatlah keluar," ujar sekretarisnya kepada Aditya. "Iya Reno aku tahu kalau hari cerah, tapi suasana hatiku yang sedang mendung," ujar Aditya yang kita tetap bercanda disaat hatinya sedang kacau. "Hahaha... kau ini walaupun sedang sedih tetapi kau tetap bisa bercanda. Ada apa teman katakan padaku jika kau ingin bercerita?" Ujar Reno yang berusaha membuat temannya merasa nyaman dan mau bercerita kepadanya. "Semuanya tetap sama seperti biasa. Semua orang membicarakan tentang diriku. Tapi jujur aku sedang memperhatikan seorang wanita," "Wow... Siapa dia?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD