Three

1411 Words
Edmund membawa tubuh Clair ke dalam pelukannya, memeluknya dengan sangat erat sembari terus merapalkan banyak kata terima kasih untuk Dewi bulan karena sudah mendatangkan mate untuk dirinya. Clair adalah belahan jiwa Edmund, pasangan abadi yang akan menjadi pendamping hidupnya selama-lamanya. Aroma lavender yang menyeruak dari tubuh Clair benar-benar membuat Edmund di mabuk kepayang, semua werewolf pasti bisa mencium aroma pasangan abadinya lewat sebuah aroma. Seperti Edmund yang menemukan Clair lewat aroma lavender yang menyeruak dari tubuh gadis itu. Mengingat Clair yang tidak sadarkan diri, Edmund dengan cepat langsung membopong tubuh gadis itu lantas membawanya ke arah istana manusia serigala untuk di obati, pria berpangkat alpha itu menggunakan kekuatan wolf dalam dirinya untuk cepat sampai ke istana, ia berlari melesat membelah jalanan hutan yang kini sudah gelap kembali karena bulan purnama sudah berakhir. Sesampainya di istana atau para manusia serigala kerap menyebutnya dengan sebutan pack house, kedatangan Edmund di sambut hangat oleh para pelayan dan juga penjaga pack house, mereka bahkan tersenyum lebar saat Edmund membawa seorang gadis pulang ke pack house, bukan gadis yang di beli oleh pimpinan mereka, melainkan gadis yang akan menjadi pendamping pimpinan mereka atau yang biasanya mereka panggil dengan sebutan Luna. "Bawakan dress terbaik ke kamar!" titah Edmund dengan tegas kepada seorang kepala pelayan, wanita paruh baya yang sudah mengabdikan hidupnya pada istana werewolf separuh hidupnya itu lantas menganggukkan kepalanya dengan patuh dan segera pergi mengambil dress mewah yang sudah di siapkan Edmund sebelumnya untuk pendamping hidupnya. Edmund membaringkan tubuh Clair di atas ranjang besar di kamarnya, mengamati setiap inci tubuh wanita itu dengan sangat intens. "Cantik," gumamnya dengan sangat lembut. Ia lantas mendekatkan wajahnya ke wajah Clair, menempelkan bibir tebalnya ke bibir tipis gadisnya lantas melumatnya dengan pelan menyalurkan rasa cintanya kepada gadis yang akan menemaninya sepanjang hidupnya. Suara ketukan pintu terdengar membuat Edmund menggeram kesal karena ada yang mengganggu saat ia tengah mencium sang pujaan hati. Dengan kasar ia lantas beranjak dari ranjang lalu berjalan ke arah pintu kamar lantas membukanya. Kepala pelayan berada di ambang pintu membawa sebuah dress berwarna putih yang di hiasi oleh permata yang sangat indah dan terkesan mewah. "Ini permintaan Alpha," ucap sang kepala pelayan, dengan cepat Edmund langsung mengambilnya dan menutup pintu kamar tak lupa menguncinya juga. Edmund segera berjalan mendekat ke arah Clair, merobek pakaian lusuh yang di kenakan gadis itu lalu menggantinya dengan pakaian yang lebih bagus. Gerakan tangan Edmund saat mengenakan dress ke tubuh Clair terhenti saat melihat sebuah luka yang lumayan parah di bagian punggung gadis itu, punggung gadis itu memar dan lecet, bahkan di beberapa bagian terdapat darah karena lukanya yang menganga. Edmund sangat yakin bahwa gadisnya ini habis di siksa oleh seseorang. Ia kembali menggeram, dalam hatinya ia berjanji akan membunuh siapa saja yang berani memperlakukan secara kasar gadisnya yang ia belum tau siapa namanya. Edmund menjulurkan lidahnya ke arah luka yang berada di punggung Clair, menjilatinya dengan lembut hingga ke leher gadis itu yang masih terdapat luka, air liur seorang werewolf bisa menyembuhkan semua luka yang terdapat di kulit. Selesai menjilati tubuh Clair, luka yang berada di tubuh gadis itu menghilang tanpa jejak. Sangat ajaib. Dengan gerakan hati-hati Edmund kembali mencoba memakaikan dress itu ke tubuh indah Clair. Beberapa kali Edmund harus menelan ludahnya dengan susah payah, tubuh mulus dan indah Clair terpampang dengan indah di depan matanya. Sebagai seorang pria normal, nafsu sexualnya sebagai seorang pria dewasa terpancing, namun dengan sekuat tenaga ia menahannya agar tidak memperkosa gadis itu saat ini juga. Ada waktunya untuk para werewolf melakukan making love kepada matenya untuk pertama kalinya. Yaitu saat bulan purnama, bulan purnama sudah berakhir, itu artinya ia harus menunggu bulan purnama selanjutnya. Setelah memakaikan dress indah itu ke tubuh Clair, ia membelai wajah cantik gadis itu lantas mengecup bibirnya sekilas sebelum ia ikut berbaring di samping Clair, memeluk gadis itu dengan erat sampai ia tertidur. ---000--- Pagi menjelang, matahari mulai menampakan sinarnya terangnya, Clair mengeliat pelan saat merasakan wajahnya terasa hangat karena terkena mentari pagi yang masuk ke dalam kamar lewat fentilasi jendela. Ke dua matanya membuka sedikit demi sedikit, sesekali ia kembali menutupnya untuk beradaptasi pada sinar matahari yang mengenai retina matanya. Saat ke dua bola matanya sudah membuka dengan sempurna, hal yang pertama ia lihat adalah atap sebuah kamar yang tengah di tinggali, netra hitamnya mengamati setiap sudut ruangan yang ia tempati, sangat asing. Ini bukan kamar tidurnya di rumah sang Mama tiri, juga bukan salah satu kamar di Rumah sederhana milik Ibu tirinya. Ia tidak tau sekarang ini ia berada di mana, yang tengah ia rasakan saat ini adalah nyaman dan juga hangat. Clair tersentak kaget saat ia merasakan sebyah pergerakan kecil di area perutnya, sebuah benda lumayan berat bersarang di atas perutnya dan bergerak, ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas hangat di pipi kanannya. Kepalanya menoleh ke samping, belum tau ia sekarang berada di mana, namun sekarang pertanyaannya bertambah saat ia melihat seorang pria tampan bak pangeran tertidur pulas di sampingnya. Clair diam sejenak, ia sangat terpesona dengan ketampanan yang di miliki pria asing yang berada di sampingnya ini, ia juga menyukai pelukan hangat pria ini. 'Siapa dia?' batin Clair. "Sudah puas melihatku?" Clair tersentak kaget saat tiba-tiba pria itu membuka ke dua bola matanya dan juga mengeluarkan suara. Clair menatap pria asing di samping tanoa kedip, sedangkan yang di tatap justru tersenyum manis dan membalas tatapan kagum Clair dengan tatapan hangat penuh dengan kasih sayang dan cinta yang tulus. "Kamu siapa?" tanya Clair dengan lembut, suara gadis itu mampu membuat Edmund semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang gadis itu. Jujur saja, ia tidak pernah mendengar suara selembut dan semerdu milik matenya ini sebelumnya. "Edmund Carel," jawab Edmunbiasa perkenalkan diri. Senyum Clair mengembang dengan sangat sempurna, membuat pria berpangkat Alpha itu terpesona pada kecantikan Clair untuk kesekian kalinya. "Namamu sama persis dengan nama Alpha di dalam wilayah ku," cetus Clair masih belum tau kalau pria yang di pujinya sangat tampan ini adalah seorang Alpha yang memimpin wilayah tempat tinggalnya. Maklum saja jika Clair tidak tau, dia tidak pernah bertemu dengan pimpinan wilayah mereka sebelumnya. Edmund terkekeh pelan lantas membelai wajah cantik Clair dengan lembut, membuat gadis itu merasakan kenyamanan yang sangat luar biasa. "Memangnya kau tau apa itu Alpha?" tanya Edmund dengan lembut, pria itu menyangka bahwa Clair adalah seorang manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apa pun, di tambah lagi ia tidak mencium aroma manusia serigala sedikit pun dari tubuh Clair. "Pemimpin manusia serigala," sahut Clair dengan santai. "Kau tau manusia serigala?" tanya Edmund lagi, ia mulai curiga dengan mate cantiknya ini, bagaimana bisa ia tau mengenai manusia serigala? Batin Edmund. "Aku adalah manusia serigala," jawab Clair dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh Edmund dengan baik. Edmund salah, pria itu mengira bahwa mate cantiknya ini adalah manusia, ternyata dia salah. "Ku kira kau manusia biasa. Aku tidak bisa mencium aroma serigala dalam dirimu," kekeh Edmund yang sukses menyinggung perasaan Clair. Gadis cantik itu merubah ekspresi cerianya menjadi murung, ia jadi teringat kejadian tadi malam saat ia tidak bisa menemukan wolf dalam dirinya dan juga tidak bisa berubah wujud menjadi seekor serigala. Ia adalah werewolf yang lemah. Sangat lemah. "Ada apa?" Clair tersentak kaget saat tangan kekar Edmund kembali menyentuh wajah cantiknya, dengan kasar Clair langsung meloncat dari atas ranjang dan menatap Edmund dengan datar. "Tidak ada," sahut Clair yang membuat Edmund sangat bingung, namun ia juga mengerti dengan perubahan sikap Clair, ia pernah mendengar bahwa seorang shewolf akan mengalami perubahan hormon saat bertemu dengan pasangan abadinya. "Kau tidak perlu takut dengan mate mu sendiri." ujar Edmund yang membuat Clair menatapnya tidak percaya. Mate? Apa pria bernama Edmund ini adalah mate nya? Clair membatin. "Siapa yang kau sebut mate?" tanya Clair dengan bingung, pasalnya ia adalah seorang shewolf yang lemah, jadi ia tidak bisa mencium aroma pasangan abadinya. "Kau adalah mateku dan aku adalah matemu, kita adalah pasangan abadi." jelas Edmund sembari berjalan mendekat ke arah Clair, memeluk tubuh mungil gadis itu dengan sangate erat, kepalanya ia tarus di ceruk leher Clair menciun aroma lavender yang keluar dari tubuh gadis itu dengan rakus. Ia menyukai aroma tubuh Clair, sangat menyukainya. Sedangkan Clair gadis hanya bisa diam menerima semua perlakuan Edmund yang mengaku sebagai matenya. Ia tidak percaya kalo Dewi bulan mengabulkan permohonannya semalam saat ia berdoa menginginkan seorang pasangan hidup. Ia bahagia, namun di sisi lain ia juga merasa takut. Bagaimana jika Edmund tidak bisa menerima semua kelemahannya lalu mereject dirinya sebagai seorang mate seperti yang di katakan Marriam semalam. "Siapa namamu sayang?" tanya Edmund tepat di depan daun telingnya dengan suara serak menahan hasrat sexualnya yang tiba-tiba menggebu setelah menciumi sekitar leher jenjang pasangan abadinya. "Clairisa Candra," balas Clair. "Nama yang sangat Indah, aku menyayangimu," ungkap Edmund terdengar sangat tulus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD