Satu

2207 Words
"Rissyi, Risyyi, Rissyi ... Ayo, Rissyi, kamu pasti bisa, Sayang!!" sorakku menyemangati Rissyi yang sedang bertanding basket dengan tim lawannya. Yeay, hari ini adalah hari pertandingan basket antar fakultas. Kebetulan dari fakultasku tim Rissyi lah yang mewakili, aku yakin dia dan timnya pasti bisa memenangkan pertandingan tahunan ini. Karena tak dapat terelakkan kalau setiap ada pertandinganpun tim Rissyi selalu menjadi juara yang membanggakan. "Go Rissyi Go Rissyi Go !!" Lagi-lagi aku berteriak penuh semangat "Huuuuuu..." Sebagian dari pendukung tim lawan sempat menyorakiku dengan mengacungkan jempol terbalik yang mereka arahkan padaku. Aku tidak menggubris mereka, maklum lah mungkin mereka iri padaku. Haha. "Ayo sayang..  Tunjukkan merahmu!!" Teriakku meniru tag line iklan-iklan di TV. "Yaampun, berisik tau! Lo gak capek apa dari tadi teriak-teriak mulu?" Protes Tara di sebelah kiriku yang tidak aku hiraukan. "Iya nih, gak ngerti gue sama dia. Di kiranya suaranya itu merdu kali yah, padahal mah nyaring banget sampe-sampe bikin telinga gue nyaris tuli." Timpal Audy di sebelah kananku. Sekilas aku melirik keduanya bergantian, "Yee..  Sewot banget sih lo berdua, wajar aja kalau gue teriak-teriak orang gue lagi nyemangatin cowok gue yang lagi main disana. Emangnya kalian, jones akut..  Hahaha " balasku sekaligus mengejek mereka puas. Baik Audy maupun Tara, keduanya kini saling mere gut akibat ejekanku. Rasain! Suruh siapa pake acara protes segala? Kena sendiri kan jadinya. Huehehehe Pertandinganpun berakhir, di tandai oleh suara peluit yang di tiup sang wasit. Aku bersorak girang ketika tim Rissyi keluar sebagai pemenang. Yeay! Gak sia-sia deh dari tadi aku teriak-teriak ngasih semangat, akhirnya Fakultasku pun menang untuk kesekian kalinya. Dan ini berkat kemahiran Rissyi sebagai kapten dari timnya. Ku lihat Rissyi sudah mau keluar dari arena lapangan, aku pun buru-buru merapikan penampilanku berniat untuk menghampirinya. Tapi baru saja aku hendak berlari kesana, tiba-tiba tanganku di tahan oleh Tara. Aku pun menoleh heran padanya. "Apaan sih Tar?" Protesku bingung. "Lo mau kemana huh?" Tanyanya mengangkat dagu Aku memutar bola mataku malas, " Ya gue mau nyamperin Rissyi lah.. Ngapain lagi? Udah ah lepasin tangan gue kenapa sih!" Pintaku kesal akan sikap Tara yang rewel. "Gak boleh! Lo gak boleh nyamperin dulu cowok lo itu. Audy ayo kita seret dulu si Zeze dari sini!" Ajaknya pada Audy yang lekas mengangguk. Hah? Aku menganga tak mengerti dengan apa yang dua sahabatku ini lakukan. Tanganku di tarik paksa oleh mereka dan aku di bawa keluar dari Auditorium ini. Aku benar-benar tidak paham kenapa mereka begitu ngotot ingin membawaku pergi dari sana, padahal sudah jelas aku ingin menghampiri pacarku sendiri dan mengucapkan selamat padanya. Huh! "Aduuh .. Lo berdua tuh apa-apaan sih? Kok malah seret gue kesini. Gue kan mau ngucapin selamat sama Rissyi, " rengekku kesal atas perlakuan Tara dan Audy yang menyebalkan. "Iya gue tau. Tapi gak sekarang Ze!" Bantah Tara membuatku lagi-lagi tak mengerti. "Maksud lo? Kenapa gak sekarang?" Dahiku mengeryit seraya menatapnya meminta penjelasan. "Tuh liat!" Telunjuk Audy mengarah ke satu tempat. Mataku pun refleks mengikuti arah telunjuk Audy, membuat mulutku terbuka lebar ketika mendapati geombolan cewek-cewek centil yang kini sedang mengerubungi pacarku yang super tampan bagaikan lalat busuk yang wajib di enyahkan. OH MY GOD! Ini gak bisa di biarin okey! Aku gak sudi ngeliat pacar aku di deketin sama mereka. Aku mendengus tak terima, tanduk-tanduk tajam pun sepertinya sudah siap untuk ku keluarkan menyeruduk para cewek genit itu. Aku gak bisa diam aja! Aku harus mengusir mereka biar gak nempelin lagi pacar tercintaku. Aku sudah berkacak pinggang, kakiku pun sudah siap melangkah menyerang mereka. Tapi baru saja aku mengayunkan kaki kananku lagi-lagi tanganku kembali di tahan. Bukan oleh Tara, melainkan Audy yang melakukannya sekarang. "Eit, mau ngapain lo?" Tahannya sembari menarik tubuhku mundur. Ck! "Audy plis deh! Gue gak bisa yah ngebiarin cewek-cewek sialan itu deketin Rissyi. Gue mau nyamperin mereka dy. Lo gak liat mereka coba-coba genitin pangeran gue tau!" Erangku frustasi. "Gak ada acara samper-samperin mereka ah Ze! Yang ada palingan elo di serang mereka, kayak gak tau aja perangai mereka kayak gimana." Ujar Tara melarangku dengan alasannya sendiri. "Iya Tara bener, udah deh mending lo diam-diam cantik aja dulu di sini. Bentaran lagi juga si Rissyi pasti nyamperin lo. " timpal Audy masih belum mau melepaskan cekalan tangannya di pergelangan tanganku. Aku menatap keduanya sedikit ragu, takut kalau seandainya Rissyi malah keasyikan sendiri ngelayanin para fangirlnya itu. Meskipun aku yakin kalau Rissyi gak akan berpaling dariku, tapi wajarkan kalau aku punya rasa khawatir? Apalagi Rissyi itu kan ganteng dan banyak banget fans ceweknya. Huft... "Udah deh gak usah mikir yang engga-engga, kalau si Rissyi sampe berpaling dari lo itu artinya dia gak sayang sama lo. " tukas Tara seakan tau apa yang sedang ku takutkan. Aku hanya mendengus kesal, melipat kedua tanganku di d**a dengan wajah yang cemberut bete. Melihat Rissyi yang di kerubuti banyak cewek kayak gitu memang bukan hal yang aneh untukku, karena sejak dulu pun sebelum ia berpacaran denganku Rissyi adalah salah satu most wanted di Golden University ini. Banyak perempuan yang mengejar dan ingin di jadikan pacarnya. Namun ntah kenapa Rissyi justru malah menjatuhkan pilihannya padaku yang tidak memiliki kelebihan apapun di banding para perempuan yang mengejarnya selama ini. Aku bersyukur? Tentu saja. Cewek mana sih yang gak mau di jadikan pacar oleh makhluk Tuhan setampan Rissyi? Kurasa cuman cewek bermata katarak aja yang gak mau jadi pacarnya Rissyi. Hihi Tidak lama kemudian, setelah aku menyabarkan diri untuk tidak menghampiri kerumunan itu akhirnya Rissyi pun muncul dan sekarang ia sedang berjalan ke arahku. Aw tampannya pacarku! Ketampanannya semakin bertambah dengan pakaian basket yang ia kenakan sekarang. Di tambah lagi keringat yang masih menempel di sekujur tubuhnya itu membuat Rissyi semakin manly dimataku. Dan rambutnya itu loh ... bikin dia terlihat seksi menggoda iman. Errrrr~ "Rissyi!" Seruku melambai semangat "Apa gue bilang? Dia nyamperin juga kan. " bisik Tara tersenyum miring. "Halo sayang ?" Sapa Rissyi yang kini sudah berada di hadapanku. Tanpa bisa ku tahan lagi, aku pun segera melompat ke pelukan Rissyi. Bodo amat dengan keringat yang ikut menempel ke bajuku. Yang penting aku ingin memeluk Rissyi sekarang, sekaligus ingin menunjukan pada semua fans Rissyi kalau aku lebih berhak dari mereka. "Selamat sayang atas kemenangannya, aku bangga deh sama kamu." Pujiku masih betah memeluknya. "Hadeuuhh drama banget sih lo Ze!" Celetuk Audy yang kurasa saat ini dia sedang memutar bola matanya. Aku pun melepas pelukanku lantas menoleh dan sedikit menjulurkan lidahku padanya. "Kamu jahat deh! Masa kamu diam aja sih pas cewek-cewek itu deketin kamu?" Protesku dengan bibir mengerucut Ku lihat Rissyi menatapku sendu, "Maaf sayang, bukannya aku gak mau ngehindar. Tapi kedatangan mereka terlalu mendadak dan aku gak bisa gerak saking padatnya kerumunan yang mereka ciptakan. " ungkap Rissyi meminta maaf Aku mencebik, membayangkan tubuh Rissyi yang sempat di raba-raba oleh tangan jahil fangirlnya. Arght! Sialan emang mereka, gak boleh liat cowok tampan nganggur langsung aja tuh mereka serang. Dasar b***h!                                                                                     °°^^°° Sore ini sehabis jalan-jalan dengan Rissyi ke mall, aku pun diantar pulang tepat ke depan rumahku. Seperti biasa aku melompat turun dari ninja hijaunya setelah ia memarkirkannya di depan pagar rumahku. "Kamu mau mampir?" Tawarku menatapnya harap, setidaknya aku bisa mengenalkannya pada Bunda. "Emm maaf sayang, sebenarnya aku mau banget mampir ke rumah kamu. Tapi, aku baru ingat kalau sekarang aku ada jadwal latihan ngeband bareng anak-anak. Lain kali aja yah sayang. " jelasnya sembari mengusap lenganku lembut Aku mendesah pasrah. Lagi-lagi Rissyi menolak untuk ku ajak masuk. Padahal aku pengen banget kenalin dia sama Bunda, mengingat selama berpacaran aku belum pernah membawanya kehadapan Bunda atau Ayah. Aku pikir saat ini adalah moment yang pas, tapi ternyata Rissyi malah ada urusan lain sehingga dia tidak bisa memenuhi ajakanku. Huft .... "Yaudah deh lain kali aja." Putusku lesu dan hal itu membuat Rissyi merasa bersalah. "Jangan sedih sayang, aku janji deh.. Kalau ada waktu aku pasti mampir ke rumah. Sekalian aku kenalan juga sama orangtua kamu. " ujarnya sungguh, membuat aku menatapnya berbinar. "Kamu janji?" Rissyi mengangguk, "Yaa. Aku  janji sayang..." Senyumnya mengembang. "Oke aku tunggu hari itu!" Seruku ikut tersenyum "Yaudah kalau gitu aku pulang yah " pamit Rissyi kemudian "Oke sayang , hati-hati yah!" Pesanku yang di angguki dirinya Setelah memakai helmnya Rissyipun melajukan motornya meninggalkanku yang masih betah melambai walau kini motor Rissyi sudah menjauh dari pandanganku. Tak lama setelah itu, aku berbalik melangkah ke arah pagar yang membatasi rumahku dengan jalanan ini. Ku geser pagarnya, lalu aku pun melangkah masuk ke halaman rumahku. Aku mulai berjalan menuju teras rumah. Ku lihat pintu utama terbuka sedikit, aku mengernyit. Gak biasanya pintu kebuka? Kayaknya di dalam lagi ada tamu deh. Pikirku menebak. Akhirnya aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Tepat di ruangan tengah aku melihat seorang wanita paruh baya sedang asyik bercengkrama dengan Bunda. Sejenak aku berhenti dan memperhatikan mereka. Saking serunya mengobrol, Bunda sampai gak sadar kalau anaknya ini udah pulang. Hem.  Melihat keseruan dua wanita cantik itu membuat aku ragu untuk menyapa Bunda. Maka aku memutuskan untuk langsung naik saja ke kamarku yang ada di lantai 2. Tapi baru saja aku melangkah, tiba-tiba Bunda sudah berseru memanggilku. "Kamu udah pulang sayang?" Suara lembut Bunda mengalun di pemdengaranku. Mau tak mau aku pun kembali berbalik di sertai dengan senyuman tipis yang menghiasi bibirku. "Sini Ze, kenalan sama temen bunda!" Panggil Bunda kemudian menggapaiku dengan tangan kirinya. Ku hampiri Bunda segera, lalu aku duduk di sampingnya. Sekilas aku tersenyum ramah pada teman Bunda, lantas suara Bunda pun kembali terdengar. "Kenalin Ze, ini tante Kiki temen Bunda semasa kuliah dulu. " ucap Bunda menunjuk wanita cantik di hadapanku. Aku mengangguk sopan sembari menjabat tangannya. "Zevana tante..." Ucapku memperkenalkan diri. "Wah cantik banget yah anakmu ini ra. Aku jadi pengen juga deh punya anak cewek. " ujarnya membuat Bunda terkekeh. "Kamu ini ki, persunting saja anakku kalau kamu mau punya anak perempuan. Dengan begitu aku juga jadi bisa merasakan bagaimana punya anak laki-laki. " tutur Bunda yang sukses membuat sebelah alisku naik. Persunting? Anak laki-laki? Bunda ngomong apa sih? Bikin orang bingung aja! "Bisa aja kamu ra, tapi ide bagus juga sih. Hihihi" sahut tante Kiki cekikikan. Yaampun, kayaknya cuman aku deh yang gak ngerti sama obrolan mereka disini. Apa lebih baik aku masuk kamar aja? "Nak Zeva, masih kuliah yah?" Tanya tante Kiki mengalihkan perhatianku Aku mengangguk lagi, "Iya tante, Ze masih kuliah." Jawabku mengulang perkataan tante Kiki sebelumnya Kulihat tante Kiki tersenyum. Bahkan di usianya yang sudah tak lagi muda, tante Kiki masih terlihat cantik dan  awet muda. Aku jadi membayangkan, kalau aku udah seumuran Bunda atau tante Kiki kira-kira aku bakalan masih tetap terlihat cantik dan awet muda gak yah? "Ze!" Tepuk Bunda mengejutkanku "Iya bun?" Lirikku melongo Bunda menggeleng pelan melihat ekspresi melongoku, lalu ia pun menjawil hidungku dengan gemas. "Kamu ini ngelamunin apa hem? Tante Kiki tuh dari tadi nanya sama kamu, tapi yang di tanya malah bengong aja kayak kucing kesamber petir." Kucing kesamber petir? Aku menatap horor saat Bunda menyamakanku dengan kucing yang kesamber petir kayaknya. Yaampun Bunda jahat banget! Masa anak sendiri di samain sama kucing sih? Dan lagi bukannya kalau kucing kesamber petir itu pasti mati yah? Kecuali kalau kucingnya itu kucing--halah! Kenapa aku jadi ngebahas kucing sialan itu sih? Gara-gara Bunda juga sih ah. Nyebelin deh.                                                                                   °°^^°° Malam ini aku akan dinner bersama Rissy. Well, udah lama banget aku gak makan malam diluar sama pacarku itu. Terakhir kami dinner pas perayaan hari jadi kami yang ke 3 bulan kalau gak salah, dan sekarang saat hubungan kami sudah berjalan 5 bulan Rissyi kembali mengajakku dinner berdua katanya. Aku senang? Tentu aja. Aku memilah-milih pakaian yang pantas untuk ku kenakan malam ini. Sudah beberapa potong dress aku keluarkan dari dalam lemari pakaianku, tapi belum ada satupun yang cocok untuk ku pakai. Huft... Aku menggigiti ujung kukuku, jam 7 akan tiba sebentar lagi. Tapi aku belum juga menemukan dress yang serasi untuk kulit sawo matangku ini. Arghhtt!! Aku butuh bantuan. Di tengah kebingunganku yang melanda, tiba-tiba aku pun teringat pada sahabatku Audy. Aha! Aku menjentikkan jari dan segera meraih ponsel putih yang tergeletak di atas nakas. Ku usap layarnya dan mendial nomor Audy dengan cepat. Ku tetap tegar, melawan salah. Jalani cerita, yang bukan untukku. Kau kan slalu ku puja. Dan kan slalu ku puja, ku tetap bahagia walau sebagai kekasih kedua. Aku mengerang frustasi saat panggilan ku tak juga di jawab oleh Audy. Hanya nada dering tunggunya saja lah yang menyambut panggilanku sejak tadi. Aku gak ngerti, kenapa juga Audy memasang lagu itu sebagai NSPnya? Kekasih kedua? Memangnya dia sedang menjadi kekasih kedua? Halah! Kenapa aku malah jadi memikirkan hal yang gak jelas?  Aku kembali menelpon Audy, siapa tau sekarang terjawab. Ayolah audy.. Jawab telpon gue! "Hallo" akhirnya suara Audy pun menyambut di sebrang sana. "Audy syukurlah lo jawab telpon gue!!" Pekikku kelewat girang "Ck, apaan sih Ze? Ganggu acara gue aja lo!" Desisnya terdengar kesal "Sorry deh kalau telpon gue ganggu lo, tapi gue lagi butuh bantuan lo banget dy. Emergency ... Emergency!!" Seruku heboh sendiri Tak sengaja ku dengar dia mendengus, "Bantu apaan?" Tanyanya malas "Jadi gini loh.. Gue itu lagi pusing milih baju buat gue pake dinner sama Rissyi setengah jam lagi. Berhubung lo itu pinter banget dalam memilih pakaian, jadi gue mau minta tolong buat--" "Gue lagi sibuk Ze, udah dulu yah bye!!" Tut tut tut, Aku menganga lebar, Audy memutuskan percakapannya secara sepihak sebelum aku menyelesaikan kalimat pembicaraanku? WHAT THE ....???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD