Empat

1081 Words
Zevana Pov Aku mematut diriku di depan cermin. Gaun biru langit selutut sudah melekat sempurna di tubuhku ini. Oke. Rambutku di gerai saja lah toh hanya makan malam di rumah. Tok tok tok "Ze kamu udah selesai belum?" Itu suara bunda dan aku baru saja memoleskan lipbalm ke bibirku "Udah bun, bentar lagi Ze turun" sahutku sembari meyakinkan diri akan penampilanku malam ini. "Yaudah Bunda sama ayah tunggu di bawah yah. Bentar lagi tamunya bakal dateng Ze." Kata bunda yang mungkin langsung pergi ke bawah lagi. Huft... Aku melenguh panjang. Mengambil wedges putih yang ku simpan di atas rak khusus sepatu. Sebenarnya ini acara makan malam apaan sih? Masa harus pake dandan segala. Ribet! Setelah wedgesnya terpasang di kedua kakiku. Aku pun kemudian berdiri dan beranjak keluar kamar. Saatnya turun ke bawah menemui ayah dan bunda. Sesampainya di bawah aku pun langsung menduduki salah satu kursi yang mengapit kursi ujung khusus ayah biasanya. Aku duduk menopang dagu mengamati menu makanan malam yang begitu banyak tersaji di meja. Kayak acara syukuran aja. Ting tong! Dentingan bel tiba-tiba berbunyi. Ku lihat bunda sangat bersemangat untuk membuka pintu itu. Sementara Ayah, hanya duduk tenang di kursinya. "Yah ini ada acara apa sih?" Tanyaku sebelum bunda datang bersama tamunya Ayah melirikku sambil tersenyum, "Nanti juga kamu tau sayang.." Haish, sebel deh kalau udah denger jawaban sok misterius kayak gitu! "Yah.. Ini loh tamunya udah datang." Seru bunda yang muncul memasuki meja makan. Ayah berdiri lalu beranjak menghampiri bunda dan tamu itu. Aku sih lebih milih duduk saja tanpa melihat ke arah tamu. Hemm... "Zevana!" Ayah memanggilku dengan suara khasnya Aku pun dengan sedikit malas menoleh dan seketika mataku terbelalak menemukan sosok tante Kiki beserta 2 pria tampan yang kini sedang melihat ke arahku dengan expresi yang berbeda. What the..? Kenapa tiba-tiba perasaan gue gak enak yah? ---- Acara makan malam berlangsung dengan serunya perbincangan antara bunda dan tante kiki yang heboh menceritakan masa mudanya dulu. Di tambah lagi dengan sedikit gurauan yang terlontar dari mulut ayah dan juga suami tante kiki. Emm.. Om Ferry! "Rasanya aku sangat merindukan masa kuliah kita dulu, Ren." "Iya Fer, apalagi masa-masa indah yang kita lalui bersama." "Halah kamu ini mas, bilang saja kalau kamu kangen juga sama mantan-mantan pacarmu yang seabreg itu!" Sambar bunda mendelik sebal pada ayah. "Wahaha.. Rupanya istrimu ini masih saja ingat dengan kelakuanmu dulu Ren." Sindir om Ferry yang ku lihat menggoda ayah. "Ah sudahlah.. Itu kan masa lalu. Biarlah menjadi kenangan.. Jangan di permasalahkan lagi lah bun.." Ujar ayah menatap bunda hangat. Dan selanjutnya tawa om Ferry pun pecah di iringi dengan gelengan kepala tante Kiki yang mungkin geli melihat tingkah suaminya itu. Ngomong-ngomong. Dari tadi aku belum pernah sekalipun mendengar orang di sampingku ini membuka suara. Apa dia gagu? Diam-diam aku melirik ke arah kiriku. Sosok pria yang kemarin sore menjemputku di halte. Hemm.. Pria ini benar-benar pendiam dan raut mukanya selalu datar. Ada apa dengan dia? "Oh yah, bagaimana kalau setelah ini kita membahas inti persoalannya saja ra, mas ren?" Celetuk tante Kiki menatap bunda dan ayah bergantian. Aku mengernyit saat melihat anggukan setuju dari ayah maupun bunda. Ku lihat tante Kiki tersenyum senang di samping suaminya itu. Inti persoalan? Emangnya apa yang mau mereka bahas? Kok perasaanku jadi makin gak enak? Glek. --- Rumy Pov Aku hanya diam ketika mama terlihat sangat antusias untuk menyampaikan berita yang membuatku terpaksa harus mengiyakan. Walaupun sebenarnya aku gak siap tapi untuk menyenangkan hati mami akhirnya aku pun hanya bisa diam dan pasrah. Saat ini kami semua sudah berpindah tempat ke ruangan tengah. "Jadi gini loh ra, mas ren.. Kedatangan kami kesini itu sebenarnya untuk membicarakan soal perjodoham anak kita." Ucap mama lugas. Dan perhatianku langsung tertuju pada reaksi yang di tunjukkan oleh gadis manis yang duduk di sebelah ayahnya itu. Ku lihat matanya membulat. Sepertinya ia terkejut mendengar hal ini. Yeah, aku pun bereaksi seperti itu saat pertama kali mendengar pernyataan mama 2 hari yang lalu. "A-apa? Ma-maksud tante Kiki apa? Perjodohan?" Gadis itu membuka suaranya dengan terbata-bata, ia pun menatap kedua orangtuanya bergantian. Dia sedang meminta penjelasan mungkin. Ku lihat tante Maura tersenyum lembut keibuan, "Iya sayang.. Jadi bunda sama tante Kiki itu udah sepakat mau jodohin kamu sama nak Rumy. Kamu gak keberatan kan sayang?" Tutur tante Maura yang langsung membuat gadis itu berdiri. "Engga! Zeze gak mau di jodohin Bun" gelengnya berseru dan hal itu pasti akan terjadi seperti dugaanku. Mama sepertinya kaget melihat reaksi penolakan Zevana. Papa pun segera merangkul mama mencoba menenangkan. "Ze duduk dulu sayang!" Suruh om Rendi Tapi bukannya menurut Zevana justru malah berlari meninggalkan forum ini. "Zevana!" Teriak om Rendi lantang "Sudah lah om.. Biar saya saja yang berbicara pada anak om" kataku cepat. Setidaknya aku pun butuh waktu berbicara dengan gadis itu. Om Rendi hanya diam. Tapi tante Maura lah yang mengiyakan usulanku barusan. Setelah mendapat persetujuan dari tante Maura, aku pun segera pergi mengejar Zevana. --- Zevana Pov Aku benci! Perjodohan? Apa-apaan ini? Masih musim yah acara jodoh-jodohan anak. Klasik banget tau gak! Aku duduk di ayunan belakang rumah. Lebih baik aku disini saja, dari pada ikut bergabung dengan mereka yang mempunyai niat untuk menjodohkanku. "Kenapa harus di jodohin sih? Aku kan gak suka sama cowok itu. Biarpun dia ganteng tapi kan aku--" "Jangan PD! Kamu pikir aku bakal terima perjodohan itu?" Aku tersentak saat suara bariton itu mampir ke telingaku. Ku putar kepalaku ke arah kiri dan di sana lah aku menemukan sosok Rumy yang sedang bersedekap menatapku. Ugh! Ngapain dia kesini? "Kamu gak usah khawatir, bukan kamu aja yang gak setuju sama rencana mereka. Tapi disini aku juga gak setuju!" Tukasnya datar sembari melangkah mendekati ayunan yang sedang ku tempati. Aku mendongak menatapnya serius. Tapi dia justru menampilkan expresi datarnya. Huh apa gak ada expresi lain selain datar? "Kenapa?" Tanyaku pendek Dia pun menoleh dengan kerutan di dahinya, "Kenapa apanya?" Tanya dia balik Aku membuang nafasku sejenak, "Ya kenapa kamu gak setuju?" Aku butuh alasan Rumy juga biar bisa bantuin aku buat ngomong sama bunda nanti. Rumy masih menatapku. Lalu dia pun mengangkat bahunya sebentar. "Mana mungkin aku mau di jodohin sama perempuan yang udah punya pacar!" Katanya lugas dan membuat aku tercengang seketika Dia tau aku punya pacar? Aku mengerjap beberapa kali. Sungguh! Aku kaget saat dia tau kalau aku udah punya pacar. Tapi darimana dia tau? Bukankah kita baru ketemu 3 kali? Pertama di rumahnya, kedua saat dia menjemputku kemarin dan ketiga malam ini. Lalu bagaimana bisa dia tau kalau aku udah punya pacar? Apa jangan-jangan Rumy adalah titisan dukun?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD