1. Dicampakkan

1378 Words
Siapa yang tidak jatuh cinta dengan seorang pria tampan, baik, berwibawa dan kaya raya? Tentu sangat akan mudah bagi pria tersebut mencari pasangan bukan?  Sayangnya yang ia pilih untuk mendampingi hidupnya ini tak terlalu peduli dan terlalu cinta padanya. Sibuk dengan dunia masing-masing hingga tak memperhatikan pasangan sendiri. Pagi ini sangat cerah untuk mengawali hari. Ruangan kamar utama rumah mewah di kawasan Jakarta pusat itu sudah terdengar bising dan tak tenang lagi. Pasangan suami istri tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sang istri tengah sibuk memilihkan pakaian yang akan dia dan suaminya kenakan. Sementara sang suami mengeringkan rambut dengan hairdryer dan mengoleskan pomade untuk menata rambut. Gaun merah jambu yang baru saja di beli untuk ia kenakan arisan siang ini dan setelan jas berwarna hitam untuk dikenakan suaminya pergi ke kantor. Pria berumur tiga puluh delapan tahun itu rambutnya sama sekali tidak ada yang memutih. Berbeda dengan rambut sang istri yang beberapa kali di warnai untuk menyamarkan ubannya. dada bidang dan perut menyerupai roti sobek. Membuat siapa saja wanita bisa terpesona melihat tubuh proporsional itu. Wajah yang tampan nan rupawan. Barang-barang yang digunakan untuk menghiasi tubuhnya juga branded. Menambah kesan macho dan sexy. Benda tebal berbulu dan berwarna putih melilit bagian bawah tubuh. Menutup sesuatu yang belum dipakaikan baju. Sepasang netra saling bertemu saat wanita yang sudah cantik dengan polesan makeup itu mendekat memberikan satu stel pakain. "Tumben di pilihin baju, Mams," tanyanya yang tidak biasa di layani oleh sang istri. "Sekali-kali, Dad." Wanita yang juga masih mengenakan handuk kimono ini mendekat dan duduk di pangkuan pria yang biasa ia panggil Daddy ini. Ia lalu berbisik. "Apa Kau ingin di perlakukan lebih, Dad?" tanyanya yang membuat bulu kuduk pria yang menahan dia dalam pangkuannya itu berdiri semua. Suaranya pagi ini terdengar sangat sexy. Serak-serak basah seperti layaknya seorang penyanyi. Bibir yang sudah merah merona terpoles lipstik merek ternama mendarat di tengkuk yang berkulit putih dan beraroma maskulin. "Muah. Love you, Dad!" Melingkarkan lengannya di leher orang yang memiliki jakun menantang itu. Bulu halus menghiasi rahang tegasnya juga. "Love u too, Mams." Mengecup mesra kening wanita yang da di hadapannya. Jantung keduanya seketika memburu layaknya tabuhan drum yang tengah di pukul. Nafas mereka tak beraturan layaknya orang yang sudah berlari marathon. Bibir sexy nan indah mencium bibir berwarna merah jambu yang merupakan warna asli. Tidak tercemar oleh kopi ataupun rokok. Mengecap rasa manis dan aroma dari pasta gigi mint yang tertinggal. Ciuman itu seakan baru ia rasakan kembali setelah sekian lama. Iya memang, entah kapan terakhir kali mereka saling b******u. Entah kapan juga mereka saling memeluk dan saling sapa. Handuk kimono yang menutup kemolekan tubuh perlahan di turunkan. Menampilkan kulit mulus yang memiliki sedikit lemak di bagian tangan dan sedikit bergelambir karena faktor usia. Sudah sering ia melakukan yoga, zumba ataupun gym untuk menjaga stamina dan body tubuh agar tak kalah dari suaminya yang begitu terlihat awet muda. "Sudah lama kita tidak melakukannya, Mams!" bisiknya di telinga sang istri yang sudah terpasang anting berlian. "Ayo!" jawabnya singkat. Satu kata yang ia anggap sebuah ajakan. Pria bertubuh proporsional itu mengangkat sang istri dan mendaratkannya di kasur king size mereka. Sprei berwarna putih dan selimut yang sudah di lipat rapi ini mungkin saja seketika akan terlepas dari tempatnya lalu kusut dan tidak karuan bentuknya. Alat yang mengeluarkan aroma terapi untuk mengharumkan ruangan terdengar menyemprot. Aroma itu membuat sensasi dan suasana semakin romantis. Jam yang sudah melingkar di tangan terdengar samar berdetak. Jarumnya sudah menunjukkan saatnya dia berangkat kerja. Pesona kantor tidak semenarik pesona wanita cantik yang ada di hadapannya ini. Ini mungkin saatnya dia melepaskan hasrat yang entah sejak kapan mulai menghilang dan sekarang muncul lagi. Handuk kimono itu kini sudah semuanya terlepas. Hanya pakaian dalam yang menutupi aset terpenting. Kini tubuh kekar itu berada di atas tubuh mungil istrinya. "Apa kau tidak terburu-buru, Dad?" tanyanya yang mengeluarkan suara semakin sexy. "Tidak!" Jawabnya singkat lalu mencium tengkuk istrinya. Tangan yang sudah indah diwarnai kuteks berwarna merah bergerak meraih sesuatu. Benda yang ia inginkan saat ini. Berwarna hitam, pipih dan berbentuk persegi empat panjang ukuran lima koma satu inci. Gerakan lidah sudah membasahi tengkuk yang mulus. Sang pemilik lidah itu seakan haus dan ingin mendapat lebih. Layaknya lebah yang sedang hinggap dan ingin menyerap sari nektar bunga. Pergerakannya terhenti saat sang istri mendorong halus d**a bidang itu. Meraih jempol dan menempelkan pada layar ponsel. "Mau apa?" Hasrat yang sedang memuncak terhenti oleh sebuah gangguan. Ini sungguh membuat hatinya jengkel.  "Mau ini!" Setelah berhasil membuka kunci ponsel dia menggerakan jari jemari mungilnya. Layar yang bergambar latar biru meminta di masukan sebuah kode. Ia bergegas mengetik kode dan menyerahkan ponsel itu lagi. Wanita yang ia panggil dengan sebutan Mams ini mentransfer sebuah nominal uang dari aplikasi M banking ponsel pintar suaminya. Layar menampilkan tanda centang dan bertuliskan transaksi telah berhasil. "Terima kasih, Dad!" Kecupan mesra mendarat di pipi. Menyisakan bekas guratan bibir nan sexy. Kini tubuh mungil itu bergerak mencari celah untuk keluar dari kungkungan. Saat sudah terlepas bergegas pergi ke walk in closet. Meninggalkan suaminya yang masih termenung di atas kasur. Sialnya junior yang sudah terbangun harus di tidurkan lagi. Lalu hasrat yang membara harus di dinginkan. Pagi ini hanya hasrat yang di buat bangun dan membara lalu seketika di kecewakan. Rupanya ada udang di balik batu. Ada sebuah keinginan dibalik sikap mesra pagi ini. Dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan perbuatan yang membuat dia frustasi. Hanya sabun dan air dingin yang mungkin bisa meredam rasa bergejolak di dalam d**a. Saat pria itu keluar dari kamar mandi, istrinya sudah tidak ada dan ada secarik kertas yang menempel di atas meja rias. "Daddy sayang … uangnya mau di pakai nyalon dan arisan dulu. Besok transfer lagi, ya! Bye. Kecup mesra from Mams cantik." Hanya helaan nafas yang keluar. Dia sedikit kecewa tapi sudah terbiasa dengan keadaan ini. Setelan jas hitam sudah ia kenakan. Kini dia sudah siap untuk berangkat bekerja. Dering telepon dari ponselnya berbunyi. Saat ia lihat itu adalah sebuah panggilan dari sahabatnya. "Ada apa pagi-pagi telepon?" tanyanya tanpa basa basi. Dia harus segera berangkat ke kantor karena sudah terlambat. Meski kantor sendiri, seorang bos harus memberikan contoh yang baik untuk karyawannya. Contohnya seperti dengan tidak datang terlambat.  "Ini sudah siang, bukan pagi lagi, Oi!" ejeknya pada sang sahabat. "Iya siang. Gue kesiangan dan harus buru-buru ngantor. Ada apa?" Dia semakin kesal karena dua kali mendapat gangguan. Dia tidak menjawab malah melempar pertanyaan. "Kenapa kesiangan? Habis ena-ena?" "Boro-boro!" Menghembuskan nafas kasar. Ini nasib yang buruk. Tawa menggelegar dari balik telepon. "Lama-lama impoten, bulukan kelamaan burung lo kaga di pake!" "Amit-amit jangan sampe!" Mengelus d**a beberapa kali. " Ya dipake lah. Kalo istri Lo ga bisa, ya cari yang lain! Kayanya istri lo uda lemah syahwat. Masa suami sixpack, body proporsional, tampan nan rupawan di anggurin!" ejeknya lagi membuat sahabatnya kesal. "Aktifin vidio call!" perintahnya lalu sahabatnya kabulkan. Kini pria di balik telepon menampilkan posisi dia yang tengah berlibur bersama seorang gadis. "Lo harus punya yang kaya gini, nih! Biar samaan kaya gue." "Maksud Lo?" Dia keheranan apa yang di maksud sahabatnya. "Sugar baby! Semua yang kita tidak bisa dapatkan dari istri, kita bisa dapat lewat sugar baby! Adek-adek yang bikin om emesh." Mencium tengkuk gadis belia yang ada di sebelahnya. "Aih … lebih baik obrolan ini di sudahi saja." Tanpa basa basi mematikan panggilan itu. Dia merasa temannya berlebihan hingga mempunyai sugar baby. Gadis manis yang masih unyu dan mau dijadikan simpanan om-om kaya raya. Seperti biasa setiap pagi dia enggan menggunakan sopir. Mengendarai mobil sendiri ke kantor sambil memperhatikan mobil yang lalu lalang. Hanya sesekali ia menggunakan sopir, jika ingin berpergian ke luar kota atau saat sedang lelah saja. Lampu lalu lintas berwarna merah. Membuat mobilnya berhenti untuk menunggu lampu berubah menjadi hijau. Mobil yang tidak ia kunci tiba-tiba pintunya terbuka. Seorang gadis berponi dan berpakaian SMA masuk kedalam mobilnya. Duduk di bangku depan sebelah pengemudi. Memeluk tas dengan erat. Mengatur nafas seperti orang yang hendak kehabisan oksigen. Dadanya kembang kempis. Rambut dan kulitnya terlihat basah oleh keringat dan aroma tubuhnya seperti sudah lama di jalanan. Ia hanya mengerutkan dahi dan ingin memarahi gadis cantik yang matanya terlihat sembab ini. Kenapa naik di mobilnya? Apa yang terjadi sehingga gadis ini seperti sudah menangis? Klakson kendaraan lain membuat lamunannya terhenti. Dia menginjak pedal gas dan fokus mengendarai mobil tanpa sama sekali sempat bertanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD