Bab 8

3450 Words
Diam-diam ketiga nya merasa lega, akhir nya mereka bertiga kembali bersahabatan lagi. Namun, mereka tidak tahu, bahwa ini bukan akhir dari cerita persahabatan mereka. Ini baru permulaan. **             “Parah woi! Gue ngerasa kayak apa ya gak ada kalian, kayak sepi banget gitu hidup gue!” seru Dania setelah momen bermaafan yang menurut mereka bertiga sangat menggelikan itu terjadi. Mereka memang tidak terlalu terbiasa saling meminta maaf dengan mengucapkan kata-kata itu langsung, mereka lebih memilih mengganti nya dengan hadiah kecil atau hal-hal lain nya. “Yeee salah sendiri malem itu main kabur!” seru Anggi dengan nada kesal dibuat-buat sementara Helena hanya tertawa samar. Tubuh nya masih sedikit lemas tapi suasana hati nya sudah begitu baik. Beban nya selama ini seperti terangkat begitu saja. Diam-diam Ia bersyukur dirinya jatuh sakit dan tidak masuk kuliah hari itu. “Lagian Helena aneh-aneh aja nanya nya dih.” Ujar Dania mengerucutkan bibir. Helena masih merasa canggung yang langsung Ia tutupi dengan terkekeh pelan, “Aneh gimana?” “Ya aneh aja menurut gue, gue kan emang gak pernah main gituan. Gak paham, Na.” kata Helena namun terdengar seperti ada yang mengganjal. Seperti ada yang masih gadis itu tutup-tutupi dari dirinya dan Anggi. “Apalagi lo main intip hp gue, dih.” Tambah nya. Seperti nya gadis itu masih kesal jika mengingat-ingat kejadian yang sudah hampir seminggu lalu terjadi. “Udah-udah, gue beneran minta maaf ya, Dan.” Ujar Helena terdengar sangat tulus. Gadis itu menatap sahabat nya yang bernama Dania tersebut dengan pandangan teduh. Ia memang keras kepala, namun jika menyangkut tentang keluarga dan teman-teman nya, Ia rela mengalah walaupun Ia tau dirinya tidak sepenuh nya salah. Nasihat dari Mama nya, Lia lah yang selalu gadis itu terapkan. Ia percaya apapun yang Mama nya pesankan pada nya adalah untuk kebaikan dirinya sendiri. “Iya, ih. Gue juga salah soalnya gue gak dengerin penjelasan lo juga. Gak usah dibahas lagi, ah.” kata Dania tampak tertawa dengan canggung. Baik Helena maupun Anggi sama-sama sadar bahwa ada yang tidak beres dengan sahabat mereka itu, namun kedua nya lebih memilih diam untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti bertengkar lagi misal nya? “Yaelah guys! Eh gue laper anjir, makan yuk.” Ajak Anggi mencoba mengalihkan topik pembicaraan. “Maaf banget nih, gue belum masak. Gimana terus?” tanya Helena sedikit merasa tidak enak. Sejak tadi, dirinya tidak menyuguhkan apa-apa pada kedua sahabat nya itu. Anggi lah yang sejak tadi ke dapur, membuat minuman untuk mereka bertiga. “Lo gak tau teknologi bernama Go-food?” tanya Anggi balik dengan nada sarkas nya itu yang malah membuat Helena tertawa. “Li gik ti tikniligi birnimi gifid?” cibir Helena. “Bodo ya, Na. Makanan lo gak gue pesenin! Gue lagi ada voucher gratis ongkir tau ga.” sungut Anggi sebal saat dirinya diledek oleh Helena. “Marah-marah aje lo kek Mak gue,” sahut Helena lagi. “Cepetan pesen woi! Malah berantem,” sambung Dania setelah sibuk dengan ponsel nya. “Iya ini juga mau kali,” ujar Anggi yang langsung membuka aplikasi Gojek dan memilih layanan Go-food untuk memesan makan siang mereka bertiga. Mereka memutuskan untuk memesan ketoprak saat Dania berkata dengan semangat bahwa dirinya sedang mengidam ketoprak dari dua hari yang lalu. Sementara Anggi dan Helena tidak mau ambil pusing dengan membeli makanan yang berbeda karena akan memakan waktu “Kenapa gak dari kemarin-kemarin lo beli sendiri Bambang?” tanya Anggi menatap Dania dengan pandangan malas. “Gue mana tau ada ketoprak buka siang-siang, gue kira pagi doang.” Jelasnya sambil menunjukkan cengiran nya. Anggi yang bersiap membalas perkataan Dania menoleh ke arah ponsel nya saat benda bersegi panjang itu berdering nyaring yang menandakan ada panggilan masuk. Gadis itu langsung mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal itu yang mungkin saja Mas-mas Gojek di aplikasi tadi. “Halo Mbak, selamat siang dari Gojek. Pesanan dan alamat sudah sesuai aplikasi ya Mbak?” tanya Gojek tersebut. “Iya, Mas. Kalau sudah di depan kabarin aja.” kata Anggi dengan nada datar yang sesaat kemudian mematikan telfon. Helena dan Dania sudah sibuk dengan ponsel masing-masing, begitu pun Anggi. Sekitar sepuluh menit, tidak ada pembicaraan yang berarti setelah itu. Mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing di ponsel mereka. Helena yang sedang mengobrol dengan Dimitris yang entah sejak pagi tadi jadi rutin berbalas pesan, Anggi dan Dania juga tampak mengobrol dengan entah siapa, Helena sedikit merasa penasaran namun ia enggan bertanya setelah tahu apa yang sudah mereka bertiga lalui karena rasa penasaran dirinya itu. “Keadaan lo sekarang gimana, Na?” tanya Dimitris. Na di sini adalah nama RP Helena, Anna. “Gue baik-baik aja. Ada temen-temen RL gue di sini.” Balas Helena. “Coba gue di situ, gue juga mau nemenin lo.” Kurang dari semenit laki-laki itu sudah membalas pesan nya. Helena dengan bersusah payah menahan senyum nya tapi tetap saja terlihat. Anggi melempar bantal sofa ke arah nya dengan pelan. “Dih najong! Senyum-senyum! Chatan sama Rio apa pacar RP lo ha?” tanya Anggi dengan nada meledek “Apasih! Kepo! Bukan Rio dih, Rio mulu! Jangan-jangan lo ya naksir dia?” tuduh Helena yang langsung disambut dengan kepalan tangan Anggi yang melayang di udara seakan-akan ingin menonjok dirinya. Gadis itu terkekeh geli memilih mengabaikan. Dania masih asyik bermain ponsel sendiri, tangan nya terlihat sibuk mengetikkan pesan entah untuk siapa. Gadis itu memang memiliki kebiasaan mengabaikan siapapun di sekitar nya jika dirinya sudah sibuk dengan ponsel nya itu. Ketiga gadis itu saling pandang saat tiba-tiba ponsel Anggi berdering karena ada panggilan masuk. “Gojeknya woi!!” seru Dania heboh secara tiba-tiba. Helena tiba-tiba linglung seperti orang bodoh sementara Anggi tersentak kaget karena teriakan Dania, ponsel nya hampir saja terjatuh dari tangan nya kalau saja dia tidak memegang nya dengan erat. “Biasa aja b**o!” Anggi balas berteriak kesal ke arah Dania yang sekarang tertawa puas menjaili kedua sahabat nya itu. “Bukan Mas Gojek pun, Nyokap gue misscall!” tambah Anggi lagi kini menatap kesal ke arah Dania yang pura-pura mendekap lengan Helena seperti orang yang sedang bersembunyi. “Na, tolongin gue dari nenek lampir!” ejek Dania pura-pura seperti orang yang sedang ketakutan. Helena yang memang otak nya sedikit lamban hanya bisa memasang tampang cengo, “Hah?” “Ho!” ujar Anggi dan Dania bersamaan. Helena mengernyitkan dahi nya semakin tidak paham dengan apa yang sedang dibahas oleh kedua sahabat nya itu. “Sumpah ya! Helena kalau sakit, otaknya ikut-ikutan!” seru Anggi merasa kesal dengan tingkah laku Helena dan Dania yang menurut nya daritadi sangat menyebalkan. Ponsel Anggi kini berdering lagi, kali ini memang dari Mas Gojek yang menelfon tadi. “Iya, Mas. Ini mau ke depan. Bentar-bentar.” Ujar Anggi dengan terburu-buru mengambil uang patungan yang sudah mereka bertiga siapkan di atas meja. Langkah nya sedikit cepat malah terkesan seperti berlari kecil. Beberapa menit kemudian, gadis itu datang dengan satu kantong plastik lumayan besar berisi pesanan ketoprak mereka. Helena berinisiatif mengambil piring dan minuman yang baru untuk mereka bertiga namun lengan kanan nya ditahan oleh Dania yang langsung berdiri, paham dengan maksud sahabat nya itu. “Gue aja Na, lo di sini aja.” gadis dengan rambut berwarna coklat gelap itu berjalan santai ke arah dapur yang beberapa saat sudah datang dengan satu botol minum Tupperware yang besar dengan tiga sendok di tangan satu nya. “Anjir bau nya enak banget, woi!” seru Dania heboh yang memang menginginkan ketoprak dari kemarin-kemarin. “Lebay, elah!” ujar Anggi memutar kedua bola matanya malas. Helena hanya tertawa menimpali perkataan kedua sahabat nya itu. Helena dan Anggi duduk di bawah karpet untuk makan siang. Sementara itu, si Dania dengan santai mengambil posisi selonjoran di sofa. “Tuan rumah lo?” tanya Anggi sinis yang disambut cengiran Dania yang menatapnya dengan pandangan meledek. “Sirik lo?” tanya Dania balik. “Eh, kutu! Kalo gue mau nih ya, daritadi gue udah tiduran aja di kamar Helena!” sungut Anggi. “Kalian daritadi berantem mulu elah.” Keluh Helena dengan nada marah yang dipaksakan. “Anggi noh! Marah-marah mulu kerjan nya dah kayak Bu Nisa.” Ujar Dania polos. Bu Nisa adalah salah satu staff administrasi di jurusan mereka. Ia terkenal galak apalagi raut wajahnya yang memang jutek sangat mendukung, padahal suara nya memang besar dan logat berbicara nya memang kasar. Maklum, keturunan Batak asli. “Kebayang gak sih? Doi sekarang lagi makan siang juga gara-gara Dania sebut nama nya dia keselek terus dia marah-marah sendiri.” Sahut Anggi tertawa geli membayangkan wanita yang seumuran Mami nya tersebut sedang mengoceh tidak jelas di kantin fakultas. “Orang dimana-mana kalau mau makan tuh baca doa! Ini masih sempet nya julidin orang.” Kata Helena yang kini membuka bungkusan ketoprak tersebut. “Ya allah Na, baru ini sumpah.” Kata Dania tidak terima dengan perkataan Helena. “Baru ini apa?” tanya Helena. “Baru ini julidin Bu Nisa pas makan hahahahahhaa.” Tawa gadis itu terdengar begitu jelas karena rumah Helena cukup hening. “Iyain aja dah, Na. Kasihan anak orang.” Kata Anggi yang ikut melahap makan siang nya. “Emang anak orang! Anak Mami Papi gue! Lo? Anak setan?” tanya Dania masih tertawa. Dirinya puas sekali mengatai orang hari ini. “Makan, Dan. Lo yang pengen ketoprak daritadi malah gak makan-makan.” suruh Helena. Dania berdehem sebentar sebelum ikut duduk di karpet samping Helena. Tangan kanan nya bergerak membuka bungkus ketoprak sementara tangan kiri nya mengusap air mata nya akibat tertawa begitu banyak. Siang itu, ketiga nya menikmati makan siang mereka bersama dengan tenang. Sesekali diselingi candaan Dania yang menyebalkan dan Anggi yang selalu mengomeli Dania karena terlalu berisik sehingga mengganggu dirinya yang sedang makan, sedangkan Helena, gadis itu hanya tertawa saat salah satu sahabat nya melontarkan lelucon, sesekali ia mencoba nimbrung namun entah kenapa pikiran nya seperti berkelana kemana-mana. “Mikirin apaan, Na?” tanya Anggi yang peka melihat perubahan pada sahabat nya itu. Dania ikut menoleh ke arah Helena, gadis itu mengernyitkan dahi nya merasa heran. “Na? lo baik-baik aja kan? Lo sakit lagi? Mana yang sakit?” tanya Dania bertubi-tubi. “Satu-satu anjir!” Dania mengaduh kesakitan saat dahi nya ditoyor tiba-tiba oleh Anggi. “Ish!” ucap Dania seperti orang merajuk. Helena yang sudah kesekian kali nya melihat mereka bertengkar hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. “Kenapa, Na?” kali ini suara Anggi terdengar serius. Dania juga kali ini ikut diam menyimak dari pada dirinya mendapat toyoran kepala lagi dari Anggi. Helena yang ditanya seperti itu juga tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu sendiri pun merasa bingung dengan apa yang membuat nya menjadi tidak mood seperti ini. “Lo pusing lagi?” tanya Anggi lagi. Gadis itu tidak menyerah sampai sahabat nya itu mengucapkan sesuatu untuk menjawab rasa penasaran nya. “Mau kita anter ke kamar, Na?” kini Dania ikut bersuara setelah dari tadi hanya diam menyimak. Helena menganggukkan kepala nya dengan lesu dan mengambil ancang-ancang untuk berdiri, sontak saja kedua sahabat nya itu memapah kedua lengan nya agar bisa berjalan sampai ke kamar. Gadis dengan rambut sebahu itu terbaring lemah di kasur nya sementara Anggi dan Dania mengatur napas setelah memapah Helena menuju kamar. “Na, ngomong dong. Lo gapapa kan?” tanya Anggi memastikan, kini raut wajah nya yang sering terlihat jutek itu terlihat seperti orang yang sedang khawatir. “Iya, Na. Bilang bagian mana yang sakit, biar kita bawa ke dokter aja kalo lo gini terus.” Timpal Dania. “Enggak, gak usah. Gue cuma butuh istirahat.” Jawab Helena sambil melihat jam dinding di kamar nya yang sekarang sudah menunjukkan pukul lima sore. “Kalian pulang dulu gih, udah jam segini. Makasih banget ya kalian udah mau nemenin gue seharian ini.” gadis itu tersenyum tulus menatap Anggi dan Dania berganti-gantian. “Lo beneran gapapa ditinggal sendiri? Kita gapapa kok pulang agak maleman.” Ujar Dania yang diangguki Anggi sebagai tanda setuju. Helena menggeleng, Ia tidak ingin terus-terusan merepotkan kedua sahabat nya itu yang sudah menemani nya dari siang tadi. “Mereka juga butuh istirahat.” Pikir gadis itu. “Guys! Gapapa sumpah! Besok gue ngampus kok. Gue juga bosen di rumah terus.” Ucap Helena berusaha meyakinkan kedua sahabat nya itu untuk pulang ke rumah masing-masing. Anggi dan Dania saling tatap sampai akhir nya kedua nya menghela napas sambil menatap Helena. “Kalau ada apa-apa lo langsung hubungin gue atau Dania ya?” ujar Anggi pada akhirnya yang hanya dibalas oleh anggukan Helena. Gadis itu berusaha bangun dari posisi tiduran nya yang langsung dicegah oleh Anggi dan Dania. “Dih! Mau kemana?” tanya Dania heboh. “Ya nganter kalian pulang ke depan! Ayok,” ajak Helena. “Yeee gak usah, Na. Kita berdua bisa kok. Lo beneran gapapa kan ditinggal sendiri?” tanya Dania memastikan. Helena tersenyum samar sambil mengangguk. Ia mengelus tangan Dania dan Anggi sambil menepuk-nepuk nya pelan. “Maaf ya, gue ngerepotin banget loh ini.” kata Helena dengan nada merasa tidak enak. Mereka baru saja berbaikan tapi malah dirinya merepotkan kedua sahabat nya seperti ini. “Udah, ih! Cepet sembuh ya beb!” ujar Dania dengan nada ceria agar Helena sedikit bersemangat tapi tetap saja, Helena seperti orang linglung. Anggi paham pasti ada yang gadis itu pikirkan tapi Ia tidak akan memaksa Helena untuk bercerita sekarang. Ia akan memberi sedikit ruang gerak dan waktu untuk Helena berpikir sendiri, menikmati waktu nya sendiri. Helena menghela napas saat kedua sahabat nya itu sudah pergi. Ia menghela napas lebih dalam karena apa yang dia pikirkan saat ini menurutnya begitu berlebihan, Ia ingin bercerita pada Anggi tapi Ia ragu untuk mengatakannya. Ia takut dirinya dan kedua sahabat nya itu akan bertengkar lagi karena masalah yang sama. Pikiran gadis itu sudah bercabang-cabang. Ia berharap akun RP bernama Willy itu tidak pernah Ia lihat dari notifikasi ponsel Dania saat gadis itu ke dapur tadi. Kalau pun benar, Ia harap itu bukan Willy pacar Adik nya, Rissa karena Helena pun mencurigai Willy adalah akun kedua dari Dylan. Ia berharap ini memang Willy yang lain. Ia juga berharap Willy yang dia curigai bukanlah Dylan. “Ini cuma gue aja kan yang overthinking?” gumamnya sedih. Gadis itu menghela napas berat, dirinya hanya bisa berdoa pikiran-pikiran buruk nya itu hanya ada di dalam kepala nya saja. ** Helena terbangun saat jari-jemari Lia mengusap pipinya penuh sayang. Ia tersenyum tipis menoleh ke arah Mama nya yang sudah lebih dulu memandang nya dengan raut wajah kelelahan setelah bekerja seharian sebagai pegawai butik. Wanita itu juga tersenyum samar saat pandangan mereka bertemu sesaat. “Lanjut aja tidurnya, gih.” Suruh Lia menepuk-nepuk p****t Helena dengan pelan. Dirinya ingin beranjak keluar dari kamar anak nya setelah menghabiskan hampir lima belas menit di sana. Ia sengaja tidak membangunkan Helena karena gadis itu lebih baik beristirahat agar keesokan nya bisa mengikuti perkuliahan seperti biasa. Dipandangi nya lama wajah Helena sambil mengusap pipi nya karena menurut nya wajah anak gadis kesayangan nya itu sangat mirip dengan sosok almarhum Papa nya saat tertidur lelap. Sayang nya, aksinya itu malah membangunkan Helena yang menatap nya lesu sambil tersenyum tipis. “Belum mandi sore terus Helena juga laper, Ma.” Tolak Helena saat dirinya disuruh untuk melanjutkan tidur nya. Gadis itu setengah berbohong karena sejujur nya Ia tidak merasa lapar, lebih tepat nya tidak ada nafsu makan. “Mandi besok aja, Na. Kalau mandi sekarang takutnya badan kamu panas lagi.” Kata Lia dengan nada membujuk agar anak nya itu mau mendengarkan perkataan nya. Helena mengangguk sambil berusaha bangun, tubuhnya masih sedikit lemas namun sudah jauh lebih baik dari siang tadi. “Kamu mau Mama masakin telor ceplok pake kecap gak?” tanya Lia yang refleks membantu gadis itu untuk duduk di tepi ranjang. Helena lagi-lagi mengangguk yang kali ini dibarengi dengan senyum nya. Jika s**u coklat adalah minuman kesukaan nya, telor ceplok yang diberi kecap adalah makanan kesukaan nya sejak kecil. Helena memang menyukai makanan dan minuman yang cenderung terasa manis. “Kamu tunggu di sini aja, ya. Nanti Mama anterin ke kamar.” Ujar Lia yang sudah melangkahkan kedua kaki nya ke pintu kamar. “Ma.” Panggil Helena yang membuat Lia langsung menoleh. “Makasih, Ma.” Ucap Helena tulus yang membuat Lia terkekeh pelan. “Bayar ya, Neng.” Kata Lia bercanda. Wanita itu paham ada yang sedang dipikirkan oleh anak gadisnya itu, Ia harap Helena berkenan menceritakan masalah nya pada dirinya. Selama ini Ia bukanlah sosok Ibu yang berusaha mengajak anak nya itu bercerita padanya, Ia lebih memilih menunggu Helena yang menceritakan nya sendiri karena anak gadis nya itu bukanlah tipe orang yang terbuka pada siapapun, termasuk dirinya. Setidaknya, itu lah menurut persepsi Lia sebagai seorang Ibu. Selagi menunggu Mama nya membawakan nya makanan, Helena mengecek ponsel nya yang terletak di atas nakas tempat tidur nya. Ia tersenyum melihat beberapa notifikasi yang masuk dari kedua sahabat nya itu serta Dimitris yang mengirimi nya pesan beruntun karena gadis itu tidak membalas pesan nya dari tadi siang. Ia menggeser layar ponsel nya dan memilih untuk membalas pesan dari grup dirinya, Dania, dan Anggi. Helena Diandra: Haii ciwi ciwikuuuu Dania Prescilla: AAAAAAA HELENAAAA Dania Prescilla: Lo gimana? Baik baik aja kan? Anggiana K: Dih alay-alay. Dania Prescilla: Lo ngefans banget keknya ama gue Nggi. Segala dikomen njir. Anggiana K: Y Helena Diandra: Gue gapapa kok sumpah. Seketika pikiran gadis itu kembali pada insiden tadi siang saat dirinya melihat notifikasi dari Willy di ponsel Dania. Ia ingin bertanya tapi dirinya takut mereka akan berselisih paham lagi. Mungkin Ia akan bertanya saat waktu nya sudah tepat atau menunggu Dania yang menceritakan nya sendiri. Menurut nya, persahabatan mereka yang baru saja membaik jauh lebih penting dari pada pikiran buruk nya itu. Anggiana K: Lo besok kuliah Na? Helena Diandra: Gatau nih, doain ajeee Dania Prescilla: Woi besok Yoshinoya promo ege! Kita harus dateng gamau tau! Anggiana K: Makan mulu etdah tar abis itu ngeluh gendut Dania Prescilla: Lah bodo jirrrr Dania Prescilla: Na lo mau kan? Say yes! Helena Diandra: Insya Allah ya, gue masih lemes anjir tapi gue besok kuliah kok. Gila aja besok gak ngampus. Anggiana K: NAH GITU DONGGGGG Anggiana K: Gue kayak orang b**o sendirian di kelas mojok anjir Dania Prescilla: Alay alay Anggiana K: Y Helena hanya tertawa melihat isi grup mereka yang 90 % berisi perdebatan antara Anggi dan Dania yang memiliki sifat berbanding terbalik. Helena lebih ke tipe netral di antara kedua nya. Gadis itu kemudian memutuskan untuk membalas pesan dari Dimitris yang sejak tadi Ia abaikan. “Na” “Na” “Lo kemana buset” “Na, lo sengaja ya gabales chat gue?” “Na, gila chat gue baru kali ini dicuekin cewe.” “Na, bales elah.” “Na” “Cantik kemana cantik?” “Na, gue spam terus nih.” “Dih gue tau, lo sengaja kan gak bales chat gue biar gue spam?” Helena mengernyitkan kening nya dan terkekeh pelan membaca seluruh isi pesan Dimitris. Laki-laki itu teramat pede mengirimi nya pesan seperti itu. Jari-jemari nya dengan cepat mengetikkan balasan untuk Dimitris yang lucu nya langsung dibaca oleh laki-laki itu. Kesan nya seperti laki-laki itu memang menunggu balasan pesan dari nya. “Gue seharian tidur hehe. Pusing.” Balas Helena yang diketahui bernama Anna dalam dunia RP. “Aduh dibales juga akhirnya. Lo masih pusing?” tanya Dimitris kurang dari satu menit sudah merespon pesan dari Helena. “Iya, gue udah baikan kok.” ucap Helena yang juga dengan cepat membalas pesan laki-laki itu. “Gue seharian nyariin lo tau gak?” “Enggak.” “Dih nih ya, Na. Kalau gak nyariin lo ngapain gue spam chat lo ha?” “Karena lo caper? Lo gak ada kerjaan makanya gangguin gue?” balas Helena sedikit sarkas. Di seberang sana, laki-laki yang baru saja habis bermain futsal itu tertawa ke arah layar ponsel nya. “Woi Dim! Cengar-cengir aje.” Tegur salah satu teman nya yang menatap nya dengan pandangan jijik. Laki-laki yang dipanggil Dim itu menoleh makin melebarkan cengiran nya. “Bucin, najis.” Komentar teman nya yang lain. “Lo pada sirik amat ama cogan.” Respon nya yang malah mendapatkan lemparan sepatu futsal dari teman nya. “Jaga ya sepatu lo, anying! Kalo kena muka ganteng gue gimana?” tanya nya. “Halah udah lah cabut aja kita, tinggalin aja nih si Dimas bucin.”ucap teman nya bernama Gangga yang melempari nya sepatu tadi. “Dih iye-iye tar gue nyusul! Serius!” kata laki-laki itu yang ternyata bernama Dimas. Ia masih belum berhenti menunjukkan cengiran nya. Dirinya begitu senang menggoda gadis yang sedang berbalas pesan dengan nya itu. Ia bahkan tidak peduli ledekan dari teman-teman nya yang mengatainya bucin. Dia yang akhir-akhir ini sering mengirimi pesan beruntun ke akun RP Helena. Dia yang entah kenapa semakin tertarik pada gadis yang menjadi partner nya di acara grup mereka beberapa waktu lalu. Dia adalah laki-laki dibalik akun bernama Dimitris. “Dih, asal lo tau, gue manusia paling sibuk se Jogja.” Ucap Dimas membalas pesan Helena. Gadis itu kaget karena dengan santai nya laki-laki itu mengirimi pesan balasan untuk nya sambil menyebut kota tempat tinggal nya. Helena paham bahwa ada akun roleplayer yang tidak masalah dengan mengungkapkan identitas asli nya seperti tempat tinggal atau nama asli, tapi menurut dirinya, hal itu sudah mengganggu privasi seseorang. Lagi-lagi, what happens in roleplay stays in roleplay. “Dia kan cuma nyebut Jogja, Na. Belum tentu juga dia tinggal di situ.” Batin nya. “Dia itu udah melanggar prinsip main RP, Na. Jangan mau temenan sama dia.” ucap sisi dalam dirinya yang lain. “Hahaha.” Hanya itu yang bisa ia kirim sebagai balasan pesan laki-laki itu. Tiba-tiba ia kehilangan kata-kata. Dia tidak tahu harus merespon bagaimana. “Dih ketawa doang.” “Nanti kalo gue suka, tanggung jawab lo!” ucap Dimitris alias Dimas yang sedikit bingung dengan respon gadis itu. Dimas menghela napas sesaat sebelum Ia melangkahkan kedua kaki nya keluar lapangan futsal tempat Ia dan teman-temannya biasa bermain. Ia menggunakan helm Cargloss nya sebelum mengendarai vespa matic nya ke arah tempat tongkrongan dimana teman-teman nya sering berkumpul. Di jalan pikiran nya berkelana memikirkan gadis itu. Jujur saja, Ia jarang bertemu gadis cuek di dunia palsu tersebut. Kebanyakan bertingkah sok manja atau bahkan genit pada nya. Ia sibuk berpikir sampai tidak terasa dirinya sudah sampai di tempat tongkrongan. Ia memarkirkan motornya, dirinya masih sempat mengecek ponsel nya namun tidak ada balasan dari gadis itu. Ia berniat mengirim pesan beruntun pada Anna namun Ia mengurungkan niat nya. Ia meletakkan helm nya di atas spion dengan kasar. Pesannya cuma dibaca oleh Anna dan entah kenapa Ia merasa kesal.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD