Part 1:Bad day

933 Words
Author pov Sepanjang koridor kampus semua mata yang berada disana tertuju kepada seorang gadis yang memakai dress selutut berwarna pink pastel dengan motif bunga serta tak lupa rambut yang tergerai indah. Tatapan kagum, memuja, iri, serta sinis tertuju kepadanya. Tak ketinggalan celetukan pedas dari para mahasiswi yang selalu membuat telinga gadis itu terasa panas "Sok cantik banget dia," "Paling oplas, orang tua dia kan kaya," "Sok berkuasa mentang-mentang pacaran sama Varo," "Paling dia pacaran sama Varo cuma karena harta," "Iyyuh dia udah kayak salah satu b***h di club aja dia," "Dia terlalu percaya diri huh! Sungguh menjijikan," Begitulah beberapa celetukan yang bisa dibilang sudah menjadi makanan sehari-hari ketika ia berada di kampus.  Gadis itu tak pernah menanggapi semua komentar pedas tantang dirinya, karena menurutnya untuk apa ditanggapi. Toh itu semua tak benar, jadi untuk apa membuang waktu menanggapi semua itu. Gadis itu adalah Kania atau lebih tepatnya Kania Vareencia Andrea. Ia adalah putri satu-satunya keluarga Andrea.  Keluarga Andrea tentu sudah tak asing lagi ditelinga para khalayak ramai, bagaimana tidak? Andrew Peterson Andrea, Daddy Kania adalah salah satu pengusaha tersukses dia Asia, beliau memiliki beberapa perusahaan yang tersebar di Asia bahkan sekarang beliau sedang membangun cabang di beberapa negara di Eropa. Sedangkan Evelyn Mianne Andrea, Mommy Kania adalah salah satu perancang busana yang terkenal dunia, setiap karya yang beliau hasilkan selalu diburu oleh para artis Hollywood. Kania hidup dengan kemewahan tapi hal ini tak membuat ia bahagia karena baginya kebahagian adalah ketika keluarganya bisa berada di rumah setiap hari.  Yap, kedua orang tua Kania sangat jarang berada di rumah bahkan mereka hanya berada di rumah sebulan sekali. *** Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kelasnya karena berlama-lama di sini akan membuat telinganya semakin panas. Sesampainya di kelas ia mendapati sahabatnya Dira sedang mendengarkan musik menggunakan headset pink kesayangannya seraya menutup kedua matanya, menikmati irama musik yang ia dengarkan. Ide jahil tiba-tiba muncul di otaknya. Dengan pelan ia berjalan kebelakang Dira, setelah itu ia melepaskan headset dan berteriak, "Dira...Pak Tambrin datang!!!" Karena terkejut Dira langsung berdiri tegap lalu berkata, "Selamat pagi Pak," Tawa Kania pecah karena berhasil mengerjai sahabatnya. “Kaniaa loh ngerjain gue?!" tanya Dira kesal. "Eh ketauan." Dengan wajah tanpa dosanya Kania menjawab. "Dasar sahabat nyebelin," balas Dira kesal. "Terima kasih pujiannya sayang." Kania menyengir memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi. "f**k you!" "Love you!" "f**k you!" "f**k you!" "Love you!" "Eh?" ucap Dira bingung. "Nah kan, akhirnya loh ngaku kalau loh sayang pake banget sama gue,"balas Kania, ia berushaa menahan tawanya. "Semerdeka loh," ucap Dira kesal.  "Amasa? Demi apa?" goda Kania. "Duduk, sebentar lagi Pak Tamrin datang," suruh Dira. "Ck, nggak seru loh," ucap Kania dengan nada malas. "Terserah loh!" balas Dira. “Bolos yuk...terus ke mall belanja-belanja," usul Kania antusias. "Nggak boleh! Ingat Kania sekarang kita udah semester 4, bukannya tambah rajin belajar eh loh malah rajin bolos," omel Dira. "Ayolah Dira sekali ini doang," ajak Kania nada melemas. "Sekali nggak tetep nggak Kania. Duduk sana bentar lagi Pak Tambrin datang, " per Dira tegas. Kania mendengus kesal. "Ishh iya-iya." jawab Kania malas seraya menghentakkan kakinya Beberapa menit kemudian pak Tamrin yang merupakam dosen terkiller di kampus datang dengan wajah datarnya. *** "Akhirnya Kania yang cantik unyu kece badai ini terbebas dari Pak killer," jerit Kania. "Jaga bicara loh Kania, kalau Pak botak dengar, abis loh." Dira menyentil kening Kania pelan. Kania mendengus. "Tanpa loh sadari loh juga ngejelekin Pak Tamrin, b**o," "Hehehe iya-iya. Kan gue khilaf," balas Dira saraya menyengir kuda. "Dasarrr," "Eh gue ke toilet bentar yah, loh duluan aja ke kantin," ucap Dira yang dibalas deheman oleh Kania. Setelah Dira ngacir ke toilet kania langsung menuju ke kantin karena cacing-cacing di perutnya sudah berdemo. Di tengah perjalanan tak sengaja Kania melihat Arsen, musuh bebuyutannya sejak SMA sedang mengepel. Dengan langkah cepat Kania langsung menghampiri Arsen "Kasian, dihukum lagi??" tanya Kania dengan nada mengejek. "Hehh mau gue di hukum kek, mau di sanjung , masalah buat loh?!" balas Arsen sewot. "Gue nanya baik-baik tapi malah dijawab sewot." Kania menatap sinis Arsen yang sibuk mengepel lantai. "Suka-suka gue,"balas Arsen dengan ketus "Males gue ngomong sama spesies kayak loh," ucap Kania dengan nada ketus lalu berjalan menjauh dari Arsen. "Sana loh...nggak usah dekat-dekat sama nanti gue kena rabies," usir Arsen. Tapi karena tak berhati-hati, Kania terpeleset yang mengakibatkan bokongnya mencium lantai. "Awshhh sakit, "ringis Kania. Arsen berjalan menghampiri Kania "Eh loh kenapa?" tanya Arsen pura-pura tidak tau   "Nggak usah pake acara nanya! punya mata kan?!"pekik Kania. "Yaudah sini gue tolong." Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Kania berdiri. Kania pun menerima uluran tangan Arsen. Kania baru saja setengah berdiri tetapi dengan rasa tak berdosa sedikit pun, Arsen melepaskan genggaman tangan kania dannnnnn 'Bukkkkkk' bokong Kania mencium lantai untuk kedua kalinya Kali ini Kania benar-benar murka, dengan hati-hati ia berdiri. "Seharusnya gue nggak pernah percaya sama iblis berwujud malaikat kayak loh!!!" geram Kania sambil menunjuk-nunjuk Arsen. Arsen mengedipkan matanya beberapa kali lalu tersenyum tanpa dosa. "Kenapa gue percaya sama loh?  Seorang Arsen menolong Kania yang notebennya musuh bebuyutannya sejak SMA? Impossible!!!" cerocos Kania sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Sedangkan Arsen memperhatikan Kania sambil mengangkat satu alisnya dan tersenyum tipis. "Kenapa liat-liat? Mau gue colok mata loh?!"tanya Kania sewot. Arsen menggeleng "Loh keliatan cantik kalau lagi mengomel," “Hah?" ucap Kania tanpa sadar. "Tapi--" "Apa??"potong Kania. "Gue bohong," jawab Arsen dengan wajah tanpa dosanya, "baper yah?kasian," lanjut Arsen lalu tertawa terpingkal-pingkal. "Apa? Baper? Gue baper sama gombalan receh loh? Nggak bermutu tau nggak?!"balas Kania berapi-api. Setelah itu Kania berjalan meninggalkan Arsen. Saat berpapasan dengan Arsen, Kania sengaja menubruk bahu Arsen dengan cukup keras karena terlalu kesal dengan lelaki itu. "Sampai jumpa Kania cantikkk!!!"teriak Arsen yang tak di gubris Kania. **** Beberapa mahasiswa menatap Kania bingung karena sedari tadi gadis itu tampak mengibaskan tangannya seraya berbicara dengan dirinya sendiri. "Lupain Kania, lupain." Berulang kali Kania malafalkan kalimat tersebut. "Loh nggak boleh baper, loh udah punya Varo yang berkali-kali lipat lebih baik dari si curut itu, " ucap gadis itu lagi. Namun tanpa Kania sadari ia sudah terbawa perasaan dengan candaan-candaan Arsen yang keluarkan bertemu Kania. Entah, apakah ia hanya sekedar terbawa perasaan karena candaan-candaan lelaki itu ataukah ia justru telah menyukai lelaki itu tanpa disadarinya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD