Part 2: Toko buku

1500 Words
-Kantin Kania mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Dira. "Kania disini!!!" teriak seseorang yang membuat Kania menoleh ke sumber suara tersebut dan ternyata yang berteriak adalah Dira. Tapii anehnya kenapa ada Varo? Setaunya Dira dan Varo tak dekat. 'Oh, ayolah Kania jangan negatif dulu, ingat Dira sahabat loh,' batin Kania. "Hai, kok ngelamun?" tanya Varo lembut yang entah sejak kapan sudah berada di depan Kania. "Emm nggak papa...yuk ke Dira," ajak Kania seraya menarik tangan Varo. Sesampainya di meja tempat Dira berada, Kania langsung di sambut oleh wajah Dira yang terlihat kesal. "Ngeret loh nyet," tukas Dira seraya melirik Kania sinis. "Aelah bawel loh!" balas Kania ketus lalu meminum jus jeruk milik Dira. "Huh seger banget,"ucapnya meletakkan kembali jus jeruk itu di meja. "Ihh Kania itu kan punya gue," rengek Dira. "Gue haus Dira, pelit loh ah. Pesan aja lagi jangan kayak orang susah aja," balas Kania enteng. "Enteng banget loh ngomong, loh kira duit itu kek daun yang ada dimana-mana," ucap Dira kesal. "Udah-udah nggak usah debat kayak anak tk aja,"lerai Varo. "Yaudah sayang kamu minum punya aku aja,"ujar Varo seraya memberikan minumannya kepada Kania yang tentu di terima antusias oleh gadis itu "Makasih sayang." Kania tersenyum manis kepada Varo. "Sok manis loh,"cibir Dira. Baru saja Kania ingin mengeluarkan suara namun Varo mendahuluinya. "Udah-udah, ingat umur kalian! Kalian bukan anak TK lagi," potong Varo yang membuat Kania dan Dira mengercutkan bibirnya. "Dasar cowok," guman Kania dan Dira pelan yang hanya didengar semar-semar oleh Varo. "Apa?" tanya Varo. "Nggak papa. Oh iya hari ini kamu bisa nggak nemenin aku ke toko buku?" ucap Kania mengalihkan pembicaraan. "Maaf sayang aku hari udah janji sama teman-teman aku buat ngerjain tugas kelompok di rumah Fian." Varo menatap Kania dengan sorot mata menyesal.  Kania menghela nafasnya kecewa. "Nggak papa," balas Kania disertai senyum tipisnya. "Kamu marah?"tanya Varo pelan. Kania tersenyum tipis lalu berkata, "nggak sayang, aku nggak marah kok." "Tapi senyum kamu berkata lain," ujar Varo. "Terus aku harus gimana Varo?" tanya Kania sedikit kesal. "Sepert ini....." ucap Varo seraya membentuk bulan sabit dibibir Kania menggunakan kedua telunjuknya. Hal itu membuat pipi Kania seketika merona. "Varoo,"rengek Kania. “Apa sayang?"tanya Varo dengan senyum jahilnya. "Kacang.....kacang....kacang....untuk mbak dan masnya yang sedang dimabuk asrama mohon memberikan pengertian sedikit bagi para jomblo," sindir Dira. "Asmara Dira sayang bukan Asrama," ralat Kania dengan gemas. "Emmmmmm." Dira berdehem. "Oh ayolah Dira jangan marah gue cuma bercanda," bujuk Kania dengan lemas. Dira terkekeh, "Iya-iya sahabat gue yang paling cantikkkk," balas Dira seraya mencubit pipi cubby Kania. "Dira jauhin tangan loh dari pipi gue yang lucu ini!!!" pekik Kania seraya berusaha melepaskan tangan Dira dari pipinya. Dira terkekeh mendengar pekikan Kania, gadis itu melepaskan cubitannya dari pipi Kania.  "Sorry baby girl," Kania melipat kedua tangannya di d**a, gadis itu membuang pandangannya. "Yaelah gue cuma bercanda Kania," Kania diam. "Loh bisu?!" pekik Dira kesal. Kania masih tetap diam. Dira tampak mengetuk-ketukkan telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir. Tak beberapa lama, muncullah ide briliant di kepala Dira, yang gadis itu yakini akan membuat Kania tergiur dan melupakan kemarahannya. "Kalau loh mau maafin gue, gue bakalan nurutin semua permintaan loh. Gimana?" tawar Dira. Mendengar penawaran Dira, Kania langsung menatap Dira dengan mata berbinar. "Beneran?" tanya Kania antusias. Dira meneguk salivanya dengan susah payah, sepertinya ia harus siaga 1.  Seharusnya ia sadar bahwa semua ini adalah akal-akalan Kania. 's**t,' rutuk Dira dalam hatinya. Kania berdehem. "Dir..gimana?" "Iya," jawab Dira dengan susah payah. Kania tersenyum puas namun senyum itu terlihat menyebalkan di mata Dira. "Cepatan apa permintaan loh?" desak Dira. "Kan Varo nggak bisa nemenin gue ke toko buku---" Dira menaikkan salah satu alisnya. "Terus?" Dira memotong ucapan Kania. "Loh yang harus menggantikan Varo buat nemenin gue ke toko buku, " ucap Kania antusias. Dira terdiam mendengar permintaan Kania. Kania menatap bingung Dira. "Kenapa? Ada yang salah dengan permintaan gue?" "Maaf Kania...untuk hari ini gue nggak bisa, hari ini gue harus ngejemput Mommy gue di bandara, loh tau kan seminggu yang lalu Mommy  berangkat ke Aussie buat ngejenguk nenek gue yang lagi sakit," jelas Dira dengan nada menyesal. Kania mendesah kecewa. "Nggak papa, mungkin lain kali loh bisa nemenin gue ke toko buku," balas Kania disertai senyum tipisnya. "Maaf Kania," "Nggak papa, gue tau gue cantik," "Dih," "Kenapa? Mau minta foto? Nanti yah gue harus cepet-cepet ke toko buku, takut toko bukunya ke buru tutup," ucap Kania dengan nada terdengar seperti anak berusia 5 tahun. Hal itu membuat Dira mengeluarkan ekspresi ingin muntahnya, gadis itu memilih memainkan hp-nya. Kania terkekeh melihat tingkah sahabatnya. "Kamu nggak makan, sayang?" tanya Varo dengan nada khawatirnya. "Nggak, aku nggak lapar," jawab Kania singkat. "Kok cuek? Kamu marah gara-gara aku nggak bisa nemenin ke toko buku? Kalau iya, lebih baik aku nemenin kamu ke toko buku. Kerja tugasnya bisa besok atau nggak lusa. Gimana??" Kania menggeleng "Nggak usah, aku nggak marah Varo," jelas Kania seraya tersenyun tipis Varo membalas senyum Kania seraya mengusap lembut rambut kekasihnya. Kania melirik jam tangannya."Emm Varo, Dira kayaknya aku harus ke toko buku sekarang deh," "Sip,"ucap Dira tanpa menoleh ke Kania karena sibuk dengan hp-nya "Aku pergi dulu, bye." Kania tersenyum kepada Varo. Setelah itu Kania langsung beranjak dari duduk, namun baru beberapa langkah tiba-tiba Varo meneriakinya. "Sayang  tunggu," teriak Varo seraya mengejar Kania. Kania membalikkan badannya lalu berkata, "Kenapa?" Cuppp "Hati-hati di jalan," pesan Varo setelah mencium kening Kania. Blushh Seketika pipi gadis itu memerah serta jantungnya yang berdegub kencang karena perlakuan yang Varo yang begitu manis menurutnya. Varo terkekeh seraya tersenyum jahil kearah Kania, hal itu semakin membuat pipi Kania memerah. "Iya...aku pergi yah, bye!" pamit Kania sedikit gugup Setelah itu Kania bergegas menuju parkiran seraya melampaikan tangan yang dibalas kekehan oleh Varo. 'Ternyata Kania banget manis pas lagi salting,' batin Varo. *** Sesampainya di parkiran Kania langsung menaiki mobil sport putih miliknya.  Kania mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal, membelah kepadatan kota Jakarta menuju toko buku di salah satu mall ternama di Jakarta. Sesampainya di toko buku, Kania langsung mencari novel bergenre horor, entahlah akhir-akhir ini ia sangat suka membaca novel bergenre horor. "Aduh di mana yah novelnya." Kania  mengedarkan pandangannya. "Selamat sore mbak, ada yang bisa saya bantu?" sapa salah satu penjaga toko buku tersebut dengan ramah. "Emm iya nih, novel bergenre horor  bagian mana yah?" "Sebelah sana mbak," ucap Rani seraya menunjuk kearah salah satu rak buku. "Oh...ok terima kasih," ucap Kania lalu bergegas menuju rak buku itu. Setelah lama mencari novel yang menurutnya menarik, akhirnya Kania menemukan sebuah novel yang berjudul "School Horor" Baru saja Kania ingin mengambil novel tersebut yang hanya tersisa tinggal satu. Tiba-tiba sebuah tangan kekar mengambil novel tersebut terlebih dahulu. Dengan emosi Kania langsung mendongakkan kepalanya. "Loh?!" Kania mengepalkan tangannya. "Emmmmm." "Kembaliin novel gue Arsen," "Nggak, gue lebih dulu ngambil novel ini. Lagipula novel ini bukan punya loh, kan loh belum ngebayar," balas Arsen cuek. "Maka dari itu siniin novelmya biar gue bayar secepatnya," pinta Kania dengan nada ketus. Arsen mengangkat bahunya acuh lalu berjalan menuju kasir. Demi apapun kini Kania merasa kepala mendidih, ingin sekali rasanya mencakar wajah menyebalkan lelaki itu. Namun sebisa mungkin Kania menahan emosinya, demi novel incarannya itu. Kania segera mengejar Arsen. "Arsen tunggu,"pekik Kania seraya memegang pergelangan tangan Arsen. Arsen berhenti, ia membalikkan tubuhnnya. "Novel itu buat gue aja yah?" pinta Kania seraya tersenyum manis berharap Arsen akan luluh. Arsen menaikkan satu alisnya, lelaki itu menatap secara bergantian tangan Kania yang sedang memegang pergelangan tangannya dan Kania yang sedang tersenyum manis kepadanya.  "Cantik," guman Arsen tanpa sadar seraya tersenyum tipis. Kania yang mendengar ucapan Arsen seketika salah tingkah dengan cepat gadis itu melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan Arsen lalu merubah ekspresinya kembali datar. "Kembaliin novelnya," pinta Kania ketus Arsen terkekeh. Gadis ini sangat pandai merubah ekspresinya dengan waktu singkat "Kalau gue nggak mau, gimana?" tantang Arsen seraya berjalan  mendekat ke Kania. Sungguh! Sekarang antara mereka sangat dekat, bahkan Kania bisa merasakan hembusan nafas Arsen dan membuat jantung Kania berdegub kencang. "Aa--arsen apa yang loo--loh lakuin?" tanya Kania gugup. Arsen tersenyum sinis. "Arsen...." cicit Kania. Arsen tak menjawab, lelaki itu justru semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Kania. Jantung Kania semakin berdegub kencang. Gadis menutup matanya rapat, sungguh ia bisa menebak apa yang akan dilakukan Arsen. Arsen berusaha sebisa mungkin untuk menahan tawanya, ia sangat yakin bahwa Kania berfikir ia akan menciumnya. Arsen memperhatikan wajah Kania dengan intens. Wajah putih bersih tanpa polesa n make-up sedikit pun, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir berwarna merah cherry nan tebal ugh sangat menggoda. Sekarang salahkah Arsen jika ia mencintai Kania, musuhnya sendiri?  Kania merasa ada yang aneh, gadis itu perlahan membuka matanya. Mata Arsen dan Kania bertemu, mereka seakan terhipnotis dengan mata itu.  Cukup lama mereka bertatapan. Akhirnya Kania tersadar, gadis itu segera mengalihkan pandangannya. Arsen terkekeh. "Berharap dicium nona?" Kania mendengus kesal. "Di mimpimu tuan," ucap Kania ketus setelah itu berjalan menjauh dari Arsen. *** Kania Pov Sekarang aku berada di Calvin's cafe yang merupakan cafe favoritku sejak kuliah.  "Sore Kania," Sapa Anya pemilik cafe  ini sekaligus sahabatku. "Sore Anya," "Seperti biasa?” Aku terkekeh. "Tentu saja Anya, loh tau itu," "Cheese cake oreo dan milkshake rasa vanilla, benar?" "Iya Anya sayang, cepatan ih sebelum gue jadiin loh makanan sebagai gantinya," ucapku gemas. Anya terkekeh. "Iya-iya, "ucapnya lalu berjalan menuju dapur. Seraya menunggu pesananku datang, aku berselfie ria.  Setelah itu, aku memposting fotoku yang menurut cantik di akun instagramku bukannya sombong, namun banyak komentar-komentar yang memuji kecantikanku  namun tak sedikit juga yang berkomentar pedas. Setelah membaca beberapa komentar, Aku menaruh ponselku di tas selempang. Aku mengedarkan pandangannya di sekeliling cafe dan.... Degg Apakah yang aku tak salah? Ya tuhan aku sangat mengenal seseorang sedang bercanda ria disana. Aku mulai menajamkan pendengaranya dan aku sangat terkejut mendengar percakapan mereka. 'Ya Tuhan kenapa mereka tega,' Batinku menjerit. Karena tak tahan akhirnya aku berlari meninggalkan cafe itu, disertai air mata yang terus jatuh dari mataku. Sesampainya di mobil aku langsung mengendarai mobilku dengan kecepatan di atas rata-rata, tak peduli dengan orang-orang yang menyumpah serapaiku sepanjang jalan. Yang aku pikirkan sekarang adalah apa yang ia tadi lihat dan dengarkan di cafe tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD