SELAMAT MEMBACA
***
Empat hari setelah pulang dari rumah sakit, Kila masih di harus kan beristirahat dengan baik. Belum di izinkan bekerja oleh dokter. Karena masih dalam tahap penyembuhan.
Mau tidak mau Kila pun menurutinya. Mau bagaimana lagi, dia juga tidak mau kalau sampai sakit lagi dan merepotkan banyak orang seperti sebelumnya.
"Mbak Kila mau batagor, makan sama-sama yuk." Ema datang kekamar Kila dengan membawa bungkusan plastik berisi dua porsi batagor yang baru saja dia beli.
Gadis itu baru saja pulang dari kampus sepertinya, karena masih membawa tasnya saat datang kekamar Kila.
"Boleh, nanti Mbak ganti uangnya." Jawab Kila lalu mempersilahkan Ema untuk masuk kekamarnya.
Dia langsung berdiri untuk mengambil piring dan garpu. Lalu menyerahkan satu pada Ema. Dia juga menyerahkan uang ganti beli batagor untuk Ema. Namun, gadis itu langsung menolaknya.
"Sudah Mbak makan saja, tidak usah di ganti. Harga batagor saja berapa." Jawab Ema menolak uang pemberian Kila.
"Terimakasih ya," ucap Kila.
Dia lalu ikut duduk bersama Ema dan mulai membuka batagornya.
Siang itu cuaca sangat terik, cuaca benar-benar tidak bisa di tebak sama sekali kadang siangnya panas seperti sekarang malam justru hujan angin seperti sebelumnya.
"Itu tukang di belakang belum selesai ya Mbak kok masih ada suara-suara?" tanya Ema pada Kila.
Sejak tiga hari yang lalu memang ada tukang di kos mereka yang bertugas memperbaiki kanopi di halaman belakang.
"Belum, tapi kayanya sudah mau selesai. Tinggal sedikit lagi," ucap Kila. Dia menjemur pakaian tadi pagi dan melihat halaman belakang yang hampir selesai.
"Mau cuci baju aku Mbak, tapi susah mau di jemur dimana," Keluh Ema lagi.
"Di belakang Em, memangnya mau di mana lagi."
"Itu ada pak tukang, malu kalau mau jemur dalaman."
Kila tersenyum mendengar keluhan Ema. Dia pun awalnya juga bingung bagaimana menjemurnya, malu ada tukang bekerja.
Namun, setelahnya Kila menemukan cara yang bisa membuat pakaian dalamnya tidak terlihat meski di jemur.
"Tutupin lah pakai baju, taruh di gantungan." Ucap Kila memberi solusi sama Ema.
"Memangnya kering Mbak, tidak apek?"
"Kering, jangan baju yang tebal. Kaos-kaos tipis saja. Kalau panas pasti kering kok," jawab Kila lagi.
Dari jauh dia melihat Bu Marni yang kelihatan kerepotan membawa makanan dan minuman. Kila yang kebetulan duduk di dekat pintu dan melihat hal tersebut pun berinisiatif untuk membantu Bu Marni.
"Sebentar ya Em," ucap Kila sambil berdiri dari duduknya.
Kila langsung membantu Bu Marni dan membawakan teko yang awalnya di letakkan oleh Bu Marni di bawah karena kesusahan membawa.
"Biar saya bantu Bu," ucap Kila.
"Ehhh Mbak Kila, sudah tidak usah saya bisa sendiri." Ucap Bu Marni.
"Sudah tidak papa, saya bantu bawa Bu. Ini di bawa sekalian atau tidak?" tanya Kila lagi sambil menunjuk sepiring gorengan di atas meja.
"Iya Mbak kalau tidak merepotkan. Untuk pak tukang di belakang." Ucap Bu Marni lalu berjalan kearah belakang kos yang kemudian di ikuti oleh Kila.
Kila dan Bu Marni meletakkan minuman dan makanan yang mereka bawa.
"Di minum dulu Pak," ucap Bu Marni pada dua tukang yang tengah bekerja.
"Ooo nggih Buk, matursuwun." (Iya Bu, terimakasih) Jawab salah seorang tukang.
Kila mengamati halaman belakang kosnya, dimana kanopinya sudah di ganti sepenuhnya dan ada beberapa bagian yang di perbaiki. Pantas saja sampai berhari-hari baru selesai. Tadi pagi dia tidak terlalu memperhatikan.
"Pak Kama wau ten pundi nggih Buk?" (Pak Kama tadi kemana ya Bu) tanya tukang itu lagi sambil duduk dan menikmati suguhan dari Bu Marni.
"Kirangan nggih Pak. Kalo ndak salah tadi bilangnya mau keluar sebentar cari oleh-oleh, mau pulang nanti sore." (Tidak tau ya Pak)
"Oalah nggih mpun, niki mpun kelar sedanten Buk. Mengke menawi Pak Kama wangsul terus enten sing kirang saget hubungi kulo maleh." (Oo yasudah, ini sudah selesai semua Bu. Nanti semisal Pak Kama pulang terus ada yang kurang bisa menghubungi saya lagi)
"Lha nopo mboten nenggo riyen Pak?" (Lha apa tidak menunggu dulu Pak)
"Nggih niki di tenggo Buk, kalih resik-resik. Mbok menawi, mengko kulo wangsul terus Pak Kama dereng dugi." (Ya ini di tunggu Bu, sama bersih-bersih. Cuma semisal, nanti kalau saya pulang terus Pak Kama belum datang)
"Oalahhh nggih-nggih." (Oooiya-iya)
Jawab Bu Marni lagi.
Kila pun pamit setelahnya, dia ingat jika meninggalkan Ema di kamarnya sendirian. Sedangkan dia justru entah apa yang dia lakukan berlama-lama disana.
Setelah pamitan pada Bu Marni dan kedua tukang tadi, Kila kembali kekamarnya dan melihat Ema yang sedang tidur-tiduran santai.
"Mbak dari mana?" tanya Ema saat Kila kembali.
"Dari halaman belakang. Tadi bantu Bu Marni bawakan makanan untuk pak tukang." Jawab Kila sambil melanjutkan makan batagornya yang belum habis itu.
"Sudah selesai?" Ema menanyakan pekerjaan di belakang pada Kila.
Kila pun mengangguk sebagai jawaban.
"Sudah bersih-bersih pak tukangnya. Sudah mau pergi itu, sudah selesai berarti."
"Yess, besok cuci baju." Ucap Ema dengan senangnya.
Kila hanya melihat itu dengan heran, kenapa harus menunggu besok. Di cuci sekarang pun juga tidak papa sebenarnya. Ahh sudahlah, terserah Ema saja.
***
Kama sampai di kos sekitar pukul lima sore, hampir magrib. Dia turun dari mobil dengan menenteng beberapa plastik oleh-oleh yang akan dia bawa pulang. Ada pesanan dari Sari dan ada oleh-oleh yang dia bawakan untuk Sarah.
"Pak tukang sudah pulang Bu?" tanya Kama saat bertemu dengan Bu Marni di depan rumah.
"Sudah Pak, tadi nungguin Pak Kama tidak pulang-pulang. Tapi sudah selesai semua, katanya kalau masih ada yang kurang pas bisa hubungi lagi."
Kama mengangguk menerima informasi dari Bu Marni.
"Iya, tadi macet Bu jadi lama pulangnya." Ucap Kama lagi.
Setelahnya dia langsung membawa belanjaannya kedalam rumah. Setelah meletakkannya di ruang tamu, Kama masuk ke dalam kamarnya dan ingin segera bersih-bersih karena sebentar lagi magrib.
***
Kring ...
Kama langsung berdiri dan melihat ponselnya yang bunyi. Dia baru saja selesai melaksanakan sholat magrib saat ponselnya berbunyi dan sepertinya ada yang mengirimkan pesan.
Sarah ...
Setelah sejak kemarin gadis itu tidak mengubunginya sama sekali, sekarang dia baru mengirimkan pesan lagi. Apa sesibuk itu pekerjannya.
From: Sarah
Assalamu'alaikum Mas Kama.
Mas masih di Jogja, kapan pulang?
Kama tersenyum membaca pesan yang di kirimkan Sarah, setelah itu dia langsung mengetikkan balasannya.
To: Sarah
Waalaikumsalam.
Iya masih, mungkin besok pagi Sar.
Kenapa memangnya, mau titip oleh-oleh apa lagi?
Send ...
Lama tidak ada balasan, Kama pun meletakkan ponselnya kembali. Dia lalu pergi untuk mengganti bajunya.
Kring ...
Ponsel Kama kembali berbunyi. Dia langsung membukanya pasti balasan dari Sarah.
From: Sarah
Besok sepulang ngajar, apa kita bisa bertemu Mas.
Ada yang mau tak sampaikan sama sampeyan ...
Kama merasa heran dan mulai menebak-nebak apa yang ingin di sampaikan oleh Sarah. Kenapa dia tiba-tiba deg-deg an. Entah karena takut atau apa, dia tidak faham.
To: Sarah
Oke
Send
Meski sebenarnya Kama cukup penasaran dan ingin bertanya, kira-kira apa yang ingin di katakan oleh Sarah padanya. Tapi Kama menahannya, besok juga akan tau.
***