Entah apa yang ada di benaknya sehingga rasa haru menyelimuti hatinya hingga ia menitikan air mata melihat kedekatan Clara dan Elvina. Rasa syukur tak henti ia panjatkan, akhirnya Clara memiliki ibu pengganti yang menyayanginya.
“Clara Sayang, Nenek pinjam Mamamu, ya? Sebentar saja,” ucap Martha yang diangguki Clara sebagai jawaban.
Martha lalu mengajak Elvina untuk ikut dengannya. Mereka berjalan menuju taman di belakang rumah tersebut. Kemudian, Martha duduk di kursi taman itu diikuti Elvina yang duduk tepat di sampingnya. Hanya meja bundar yang terbuat dari kayu yang menjadi pemisah jarak duduk mereka. Elvina sudah tidak enak hati, ia sudah membayangkan apa yang akan wanita itu katakan.
“Terim akasih,” kata Martha dengan wajah sendu seolah menahan tangis yang ingin ia curahkan sera
