Pertama Bertemu

1331 Words
Adelia mendudukkan diri di kursi meja makan, menatap punggung Umminya yang sedang membuat sarapan. Tubuhnya membelakangi, namun perempuan itu menyadari kehadiran Adelia di dapur. " Ummi sedang tidak ingin menerima alasan penolakan." Ucapnya dingin. " Mi, beri kesempatan Adelia untuk menjelaskan penolakan menikahi Dimas." suara Adelia terdengar melembut.” Apa yang buat Ummi yakin, kalau Dimas itu jodoh aku dan anaknya baik? Bagaimana jika dia mengambil kesempatan pada keluarga kita, setelah menikah dan menjadi menantu Ummi, dia meringkus semua aset kekayaan termasuk Yayasan. Tidak semua orang baik terlihat dari mimik wajahnya, Ummi sudah lebih banyak makan manis – asinnya kehidupan daripada anak Ummi ini.” Yasmin menghentikan kerjanya, menoleh ke belakang." Ummi tidak menilai Dimas dari mimik wajah, melainkan perilakunya selama bertemu di Yayasan. Shalatnya bagus, tutur katanya lemah – lembut, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang masih muda. Dhuha rutin, kamu harus mencari calon pendamping yang seperti itu Adelia, jauh berbeda dari Arden – Arden yang kamu bawa ke rumah, dari raut wajahnya sudah terbaca. Dia menyukaimu karena harta bukan cinta. Coba saja kamu jatuh miskin, dia tidak akan mendekati kamu lagi." Adelia tersedak, buru – buru meneguk segelas air putih dihadapan. “ Jangan membandingkan anak orang seperti itu Mi, tidak baik.” Walau sebenarnya kesal, namun Adelia berusaha menguasai diri,” Arden calon Master dari Universitas luar. Anak pengusaha kaya, masa depan aku akan terjamin dan aku pasti bahagia menjadi istrinya.” “ Iya, bahagia berangkat clubbing bersama. Dia jemput kamu hanya untuk mengajak ke tempat haram seperti itu? Dan anehnya, kamu justru bangga." Yasmin menuangkan nasi goreng ke mangkuk besar, menatap Adelia yang garuk – garuk kepala, kebingungan. “ Semua orang punya fase masa lalu yang buruk, kami bisa berubah kalau sudah menikah.” Adelia masih tak kunjung menyerah. “ Adelia, dengarlah kata Ummi ini.” Ucap Yasmin serius, tangannya sudah berkacak di pinggang.” Lelaki seperti Arden sulit berubah, kenapa Ummi berani memastikan ucapan Ummi tidak salah? Kalau dia serius menikahi kamu, jemput kamu bolak – balik, harusnya izin pada Ummi. Ini tidak, menunggu di dalam mobil, apa dia pikir kamu lahir dari batu? Ummi yang melahirkan kamu, masih hidup!" Adelia berdehem, kalau tidak langsung berterus terang, ia akan makan omelan Umminya hingga beduk Zhuhur, bahkan mungkin hingga malam. “ Oke, aku bakal sudahi hubungan dengan Arden dan Ummi janji batalkan perjodohan aku dengan Dimas.” Katanya memohon,” biar aku menikah dengan pilihan hidup sendiri, Aku mohon Mi.” “ Tidak, nanti ujung - ujungnya kamu kembali lagi pada Arden.” Yasmin bersikeras." Ummi tidak akan mengubah keputusan apa pun. Kalau kamu keberatan, silahkan angkat kaki.” Adelia terbelalak, menutup mulut terlalu kaget mendengar penuturan Yasmin.” Sungguh! Ini tidak lucu, Mi.” Ia tertawa miris. “ Ummi juga tidak sedang bercanda.” Sindir Yasmin terang – terangan. Adelia mendongkol, memukul meja makan lalu meninggalkan ruangan. Tidak peduli tatapan Yasmin yang menyiratkan peringatan, ia mati kutu. “ Kau tidak akan pernah bahagia, jika aku pula istrimu.” Desisnya, membanting pintu kamar hingga ruangan bergetar. Yasmin geleng - geleng kepala, beristigfar dalam hati. Anak semata wayangnya telah berubah, bukan sosok perempuan lembut yang selalu disayang, dimanja dan dipenuhi kebutuhannya ketika masih kecil. Ia pun merasa bersalah pada mendiang sang suami, telah gagal mendidik buah hati mereka, satu - satunya. IM SORRY HUSBAND Sahabat Adelia menertawakan nasib yang tidak berpihak, hingga memegangi perut guna menahan sakit. Mendengar kabar Adelia akan dijodohkan, apalagi mendengar Adelia menyebutkan nama Dimas dengan panggilan Anak kampung. “ Seriusan Del, aku sampai sakit perut." Baleria terbatuk – batuk. Adelia mendengus, melempar botol kosong ke arah Baleria.” Puas kalian?" “ Sudah pernah bertemu?” Tanya Andah menimpali jawaban Adelia. “ Belum, aku saja tidak tahu wajahnya seperti apa, entah bagaimana rupanya, bisa jadi dia buta, giginya hilang satu atau jerawatan. Aku tidak penasaran, dia hanya Guru di Yayasan. Berapa gajinya? Buat perawatan saja tidak cukup, aku pastikan dia kalah jauh dengan Arden.” Bebernya semakin kesal. “ Tapi tidak semua lelaki seperti itu, biasanya justru kalau besar di pedesaan, tampannya semakin alami.” Karin mengimbuhi,” apalagi Yayasan Ummi mu basis Islam, ada wajah - wajah Ustadz.” “ Ya kau saja yang menikah dengan dia, aku tidak tertarik.” Adelia meluruh lemah, malas pulang ke rumah, isinya hanya pertengkaran. “ Terus mau kabur? menolak perjodohan?" Baleria menghisap Mochacino yang dipesan, matanya menatap Adelia. “ Kalian punya jalan keluar?” Sahut Adelia pasrah,” aku mati kutu, bawa Arden menjadi penolong pun, malah dikata - katai." “ Tenang, calon suamimu itu kan idaman. Tetap menikah pun, kita akan memberi kado terbaik, mau yang seperti apa buat malam pertama, Hmmm?" “ Eh, mulut!” Jari telunjuk Adelia mengarah ke bibir Karin,” aku siram juga sambal cabe ini ke mulut!" Karin terbahak – bahak.” Di hibur malah dikata - katai. Terserahlah, kami doakan yang terbaik buat kamu Del, semoga dia suami yang baik." “ Aku sudah terpikir untuk bercerai." " Menikah saja belum." Sahut Baleria. “ Amit - amit deh Del, jadi janda dalam usia muda.” Andah menatap sinis. “ Kalau suaminya Arden, aku pasti berusaha menjadi istri yang baik. Ini si anak kampung, untuk apa aku menghabiskan waktu dihidup dia yang tidak jelas masa depannya, datang – datang di keluarga, sudah punya semuanya. Memang ya, anak kampung itu mau hidup enak saja, tidak punya mindset untuk maju.” “ Kebalik nggak sih?” Baleria mencemooh,” kamu hidup sudah enak dari kecil. Tinggal minta sama orang tua. Berbeda dari anak kampung. Aku rasa dia nggak seburuk yang kamu katakan.” “ Aneh deh, kenapa kalian terus membela anak kampung itu?” Adelia benar – benar tidak terima. “ Ya, dari namanya saja kita sudah bisa menebak dia orang baik.” Ujar Andah memberi pendapat.” Walaupun kita belum pernah bertemu." “ Kalian ini bagaimana sih! tidak ada bedanya dengan Ummi. Mengesalkan!” Umpat Adelia, membuang tatapannya kearah lain. “ Kapan akad digelar?” “ Tidak tahu! Aku tidak peduli dengan pernikahan.” Ia mengusap wajah, Baleria hanya manggut – manggut. “ Coba sajalah diterima, barangkali dia memang lebih baik daripada Arden.” Baleria memberi saran. “ Tidak Ya, untuk apa aku menerima dia sebagai suami.” Adelia masih tetap pada sifat keras kepalanya,” baik darimananya coba?” “ Kalau dia bukan lelaki baik,mana mungkin pikir panjang untuk menentukan jawaban lamaran Ummi lalu. Gitu kan analogi sederhananya? Misal, jika dia orang yang mengambil keuntungan sepihak. Di hari Ummi kamu melamar dia, sudah langsung menyetujui. Tapi dia tidak begitu kan? Minta petunjuk Tuhan, musyawarah keluarga. Apalagi yang mesti kau bimbangkan, dia orang baik.” Andah memang jagonya membaca Pikiran orang, makanya masuk jurusan Psikologi. Namun tetap saja, untuk Adelia jawaban seperti itu ngawur. “ Yang benar saja kamu kalau bicara, Ndah.” Adelia mengejek, melambaikan tangan sebagai penolakan.” Asumsi kamu berlebihan dan salah besar, tidak semua kata hati itu benar." “ Ya, berarti hati kamu yang kesulitan membaca, sepertinya sih begitu. Berkali – kali diselingkuhi Arden, tetep saja balikan. Pakai otak kalau ingin cinta ke orang, jangan mau keliatan bodoh." “ Terserah deh!" Adelia semakin emosi dan Baleria langsung menengahi. “ Sudah – sudah, jangan bertengkar." Adelia memijit kening, berkali – kali memejamkan mata guna menenangkan pikirannya yang berantakan. “ Kamu mending pulang, bicara ke Ummi dan minta jalan keluar. Kabur begini, yang ada nanti beneran diusir, mau?" “ Kan ada kalian.” Jawabnya santai, Karin hanya mencibir. “ Kita juga tidak mau kali Del, menerima orang yang keras kepala.” Andah bangun dari tempat duduk, meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar. “ Dia kenapa sih? Terlalu mendukung aku dinikahi anak kampung itu!” Adelia mencak – mencak, Karin dan Baleria hanya tertawa melihatnya. Jauh berbeda dengan lelaki di kontrakan, tengah bersiap - siap menuju kediaman Bu Yasmin, sosok yang menginginkan Dimas menikahi anak perempuannya. " Untuk pertama kali bertemu, aku harus menyapa Adelia seperti apa, Dan?" Dimas minta pendapat. " Ya, suguhkan saja senyuman manis yang kau punya." Kata Aydan bercanda," jangan kau pikirkan bagaimana, ketemu saja dulu." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD