"Kita bisa menginap disini, namun hanya tersedia dormitory (Dormitory adalah salah satu tipe kamar yang disediakan guesthouse atau hostel. Penghuni dormitory diisi beberapa orang yang belum saling mengenal sebelumnya. Biasanya, dormitory diisi 4 sampai 10 orang yang tidur dalam ruangan yang sama. Penghuni dormitory dituntut toleransi yang sangat tinggi, seperti tidak merokok atau berisik di dalam ruangan. Dormitory sangat populer di kalangan backpacker karena tarifnya lebih murah) bagaimana? kita ambilkah?". Leandra
"Tidak ada pilihan lain. ambil saja". Martin menyahut.
Sesaat kemudian Rio keluar dari mobil berpikir akan menggendong tubuh Laras. Ternyata disisi lain Leandra telah berusaha memindahkan tubuh perempuan itu kedalam dekapannya dari pangkuan Nana. Leandra tak nampak kesusahan, tubuh itu kurus seperti boneka terkulai lemas. Dia berjalan santai di belakang Martin yang tergesa-gesa mengurus administrasi, kemudian salah satu pelayan berlari menunjukan jalan dan membuka pintu kamar.
Tidak butuh waktu lama hingga Leandra membaringkannya perlahan di atas tempat tidur bercorak bunga anyelir putih, sepertinya kondisi agak kikuk ini membuat wajah Leandra memerah.
"Bisa bantu mencari teh hangat atau semacamnya?".
Martin baru saja memasuki kamar, meletakan beberapa barang kemudian membuka tas persediaan obat-obatan, mendekati Laras untuk memeriksa. Dia real calon dokter teladan. Mengeluarkan alat tensi, lalu dengan cekatan memeriksa kondisi Laras.
Ketika Rio datang sembari membawa teh hangat dan beberapa camilan. Dia mendapati perempuan yang dikawatirkannya sedang duduk dikelilingi teman-temannya.
"Maafkan aku". Laras menyadari dirinya telah merepotkan yang lain.
Gadis itu mencoba tersenyum, menunjukkan dia baik-baik saja. Dengan perlahan sembari minum teh hangat, penuh kesabaran Martin memintanya menjawab beberapa pertanyaan prosedural layaknya Dokter kepada Pasien.
Satu persatu yang lain bersiap-siap untuk istirahat.
"Besok kau harus sembuh. Aku tidur didekat mu. kalau ada apa-apa bangunkan aku". Nana tersenyum menyemangati, tidur di ranjang tepat sisi kanan Laras.
Dormitory itu berisikan 8 tempat tidur, terdapat 4 ranjang yang berada sejajar dengan ranjang Laras dan 4 lainnya berjajar didepan Laras. Hanya ada mereka berlima didalamnya. Mereka memilih formasi tidur seakan sedang mengelilingi Laras.
Leandra disisi Kiri, Martin dan Rio beriringan didepannya. Malam yang melelahkan. Semua segera terlelap dalam mimpi masing-masing.
***
Satu persatu terbagun oleh aroma harum dalam ruangan. Aroma itu berasal dari secangkir kopi yang tersusun rapi pada tiap-tiap nakas (meja kecil samping termpat tidur) yang berpenghuni. Kopi harum ditemani roti bakar menggugah selera untuk langsung menyantapnya. Rio terbangun terlebih dahulu.
"Bagaimana? sudah sehat?". Dia menyapa Laras.
Karena pagi ini, terlihat pemandangan yang berbeda. Laras tampaknya sudah lebih segar. Gadis itu Bagun paling awal. Pemandangan disekitar menunjukan yang lain masih tidur. Sepertinya dia juga yang menyiapkan penggugah selera pagi ini pada nakas teman-temannya. Dormitory tidak mungkin ada pelayanan semacam ini.
Anggukan kecil Laras. Menghantarkan Rio memasuki kamar mandi. Laras melanjutkan aktivitasnya menyisir rambut. Nana mulai bergerak dan langsung menyeruput kopi di sampingnya. Setengah sadar mengabaikan yang lain.
Sebelum Nana, Sebenarnya Leandra telah lama membuka mata. Pemuda itu terbangun menatap Laras didepanya. Melihat cara gadis itu merapikan rambut lalu mulai mengikatnya. Ikatan kuncir kuda. Rambutnya bukan sihitam lebat lurus, sama sekali bukan. Malah tampak bergelombang kecil alami berserakan. Namun menarik.
'Deg, deg, deg'. Seolah mendengar suara detak jantungnya sendiri Leandra spontan menggerakkan tangannya memegang d**a.
'Tunggu, bukankah dia gadis minimarket'. Tanya pada diri sendiri.
Leandra tidak pernah benar-benar menatap penjaga minimarket langganannya dimalam hari yang berakhir 3 bulan lalu karena kebodohannya sendiri. Karena penjaga itu selalu mengenakan masker wajah dan sedikit bicara. Tapi dia hapal betul bentuk ikatan rambut termasuk pita rambut yang sama persis. Pemuda itu beranjak ingin memastikan.
"Hai setelah ini giliran ku". Seruan Nana mengagetkan.
Membuyarkan niat Leandra. Nana segera lari ke kamar mandi, baru saja Rio keluar. pasti Nana berfikir Leandra bangun untuk menyela kamar mandi. Teriakan Nana sekaligus membuat Martin terbangun. Martin protes dan suasana mulai ramai oleh omelan Martin kepada Nana dan sebaliknya. Sebenarnya saat ini adalah waktu sahur. Bukan waktunya bangun untuk Martin.
***
Penampilan Laras tampak segar. Hampir tidak ada yang mengira bahwa semalam dia tak sadarkan diri. Saat ini jam 9, sehabis sahur mereka kembali tidur. Dan baru berkumpul dilobi setelah beberapa saat menunggu Martin sarapan pagi.
Seakan sudah terkomando. Mereka memasuki mobil Martin dan menempati posisinya masing-masing. Kali ini giliran Leandra. Dia sudah siap di kursi pengemudi. Spontan Laras duduk di kursi depan menemani Leandra. Yang lain mencoba memastikan apa tidak masalah dengan pilihannya. Laras meyakinkan bahwa dia sudah baikan. Mobil putih itu melaju dengan santai ditemani suara Bruno mars, just the way you are.
"Kita berhenti di Lawang Sewu!. kalian setuju?". Seru Nana. Semua oke. Sayangnya rencana itu tidak terealisasikan. Karena pertimbangan waktu mereka memilih meneruskan perjalanan.
"Apa kita semua jadi turun di Surabaya?". Tanya Martin.
"Terserah, yang pasti aku diturunkan di terminal Bungurasih supaya mudah cari bus Malang". Jawab Rio.
Rio berasal dari Malang. Pemuda itu memiliki kakak laki-laki di Jakarta. Yang sekaligus seorang publik figur dan menikah dengan kalangan artis. Itu sebabnya follower di Instagramnya tidak bisa diabaikan. Padahal hanya ada 5 foto yang menunjukan dirinya di laman IG. Selebihnya adalah gambar arsitektur karyanya atau interior favoritnya. Kadang dia membuat perkakas unik hasil tangannya dan di posting di IG.
Wajah tampan khas Indonesia. Tinggi, bermata coklat dengan garis tegas
pada dagunya, membuatnya tak kurang sedikitpun. Hidungnya mancung mirip sekali dengan kakak laki-lakinya yang wira wiri di stasiun TV. Pemuda ini kabarnya juga telah menerima tawaran memainkan film romansa tanpa audisi. Seperti masa muda kakaknya yang bersinar di film romansa. Sayangnya semua tawaran itu dia tolak bahkan dihindari jauh-jauh.
'Aku bukan aktor, jika butuh aktor silahkan hubungi kakak ku'. Jawaban itu menjadi rumor yang beredar di kampus UI. Bahkan rumor itu semakin hangat setelah situs berita online menampilkan dirinya dengan judul 'arsitek tampan adik dari aktor nik**as, telah menolak tawaran menjadi pemeran utama bla bla bla'.
Artikel itu dilebih-lebihkan terkesan lebay. Itu sebabnya Rio benar-benar tidak ingin menjadi seperti kakaknya yang tidak memiliki kehidupan privasi. Damai tenang dari kebahagiaan kecil adalah harga yang mahal untuk kakaknya di mata Rio. Alasan dikejar-kejar rekan kakaknya membuat dirinya memutuskan untuk tinggal di apartemen sendiri menghindar dari semuanya.
***
"Laras kamu turun mana?". Martin
"Aku dari Trenggalek. Jadi di Bungurasih aja". Laras menjawab.
"Atau kita lewat Trenggalek saja". Seru Nana
"Iya Sich klo di map kita ke Surabaya atau kita ke Trenggalek waktu tempuhnya sama". Leandra
"Dari Surabaya berarti kamu akan naik bus lagi ya?". tanya Rio.
"Iya". Jawab Laras
"Menuju Trenggalek dari Surabaya itu 5 jam". Jelas Rio. "Kalau tidak keberatan sebaiknya lewat Trenggalek saja, sekalian mengantar Laras. Aku juga bisa ke Malang naik kereta/bus dari Tulungagung". Lanjut Rio.
"Sayangnya jalannya agak rawan untuk wilayah Ponorogo, pegunungan dan perbukitan". Laras.
"Aku sudah terbiasa dengan itu jangan Khawatir". Leandra meyakinkan.
Saat itu pula mereka memutuskan untuk mengantar Laras sampai rumah. Laras segera memberi kabar pada ibunya. Dia mengatakan mungkin teman-temannya akan menginap semalam di sana. itu artinya mereka akan solat Ied di Trenggalek kampung Laras.
Laras meyakinkan apakah pilihan mereka tidak masalah. Nana sempat mempertimbangkannya. Tapi ke Surabaya adalah rumah induk kakek neneknya, keluarga kampung Arab yang mudah di tebak tradisi Lebarannya. Jadi mencoba hal baru kenapa tidak.