Kesepakatan Bersama

1137 Words
Lelucon macam apa ini? Apakah Sean mengatakan hal ini dalam keadaan sadar? Elena tertawa mendengar apa yang diucapkan Sean barusan. Bukankah keduanya sepakat tidak akan melakukan kontak fisik berlebih atau pun sampai memiliki anak? “Apa kau dalam keadaan sehat, Sean?” tanya Elena sambil mengecek suhu tubuh suaminya itu dengan punggung tangannya yang sudah mendarat di kening Sean. Sean menjauhkan tangan istrinya dari keningnya, lalu memegang kedua lengan Elena dengan tatapan tajam nan mematikan. Seakan pria itu kapan saja siap untuk melahap Elena yang diam tak bersuara. “Aku mengatakan hal itu serius karena memang aku sudah sangat bosan mendengar pertanyaan itu,” ucap Sean yang membuat Elena mengerti kalau obrolan yang terjadi di antara mereka bukan sebuah obrolan ringan seperti biasanya. “Tapi kau tahu kalau kita tidak akan melakukan kontak fisik lebih jauh apalagi sampai memiliki anak dan hal itu sudah tertulis di perjanjian yang sama-sama sudah kita sepakati, Sean,” ucap Elena mengingatkan. Sean membuang napas kasar lalu menjauhkan tangannya dari lengan Elena. “Ya kita memang sudah sama-sama sepakat tidak akan melakukan kontak fisik secara berlebih yang mengundang kita sampai memiliki anak tapi apakah kita tidak bisa merubahnya hanya demi kebahagiaan keluarga kita, El?” “Aku tidak ingin merubah perjanjian yang terjadi di antara kita karena pernikahan kita hanya bersifat sementara dan lebih baik kau lupakan hal itu,” kata Elena lalu merebahkan tubuhnya dan memeluk guling yang ada di sampingnya. Sean tampak frustasi dengan keputusan Elena yang tidak bisa dirubah walau ia sudah memintanya. Sebenarnya pria itu sendiri sudah mulai menyukai Elena karena kebersamaan yang terjadi di antara keduanya tapi Sean enggan menyatakan perasaan itu kepada Elena yang sepertinya tidak menyukai dirinya. “Baiklah kalau itu maumu, aku tidak akan meminta lagi,” kata Sean yang langsung bangkit dari tempat tidurnya dan beralih ke arah walk In closet untuk mengganti pakaiannya. Elena sempat mengintip apa yang dilakukan Sean tapi tidak berani bertanya karena Sean terlihat sedang dalam mode galak alias sangar. “Abadi, tolong siapkan mobil sekarang karena saya ingin keluar,” titah Sean kepada asisten pribadinya tersebut melalui panggilan telepon. Pria itu ingin menetralkan pikiran serta suasana hatinya di luar rumah sebentar sebelum kembali berakting di depan kedua orang tuanya nanti. “Aku akan pergi bermain golf bersama Abadi di tempat biasa dan mungkin akan kembali saat jam makan siang jadi jangan lupakan tugasmu di rumah,” kata Sean kepada Elena yang pura-pura tidur saat ia kembali mendekati sang istri. Walau sedang merasa kesal, Sean selalu berusaha untuk bersikap baik kepada Elena. Dan memilih melampiaskan kekesalannya tersebut lewat cara lain seperti bermain golf. “Dasar pembohong! Bilang saja kau ingin menemui para candy yang biasa menemanimu bermain golf,” cibir Elena saat Sean sudah pergi meninggalkan kamar mereka. Elena sendiri sedang diliputi sebuah perasaan dilema yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Sean yaitu pertanyaan seputar kapan mereka akan memiliki anak yang selalu dilontarkan oleh orang terdekat bahkan orang di sekitarnya. Tapi Elena tidak bisa melakukannya karena ia merasa tidak berdaya jika anak yang terlahir dari rahimnya harus menyaksikan perpisahan yang terjadi di antara kedua orang tuanya setelah perjanjian tersebut berakhir. Elena tidak ingin rasa sakit dan perasaan kesepian yang sempat dirasakan olehnya terjadi juga kepada anaknya nanti. Cukup semua hal terjadi sampai dirinya saja. “Andai saja pernikahan yang dijalani olehku ini normal seperti pasangan lainnya mungkin aku tak akan sebingung ini dan mungkin saja saat ini aku sedang mengandung anak kami serta menyambut kelahirannya,” ucap Elena lirih yang seakan menyesali pernikahan palsunya bersama Sean. # # # Satu tahun yang lalu tepat sebulan sebelum perjodohan Sean dan Elena terjadi. “Aku akan langsung mengatakan poin utama pertemuan kita karena aku tahu pasti kau sendiri sangat sibuk dengan rutinitasmu sebagai seorang artis,” kata Sean kepada Elana saat keduanya bertemu di salah satu ruangan private yang ada di restoran terkenal. Beberapa hari yang lalu atas perintah dari Sean, Abadi mengundang Elena untuk bertemu dengannya dengan alasan ingin saling mengenal satu sama lain sebelum perjodohan di antara keduanya berlangsung. Dan hari ini Elena baru bisa menyanggupi permintaan Sean di tengah rutinitasnya yang sangat padat tersebut. “Ya, katakanlah.” “Aku tahu kau pasti merasa keberatan dengan perjodohan yang terjadi di antara kita tapi aku punya penawaran lain untukmu, El.” “Penawaran lain? Apa maksudmu?” Elena menautkan kedua alisnya. Ia masih belum paham dengan perkataan Sean barusan karena pria itu mengatakannya hanya dalam bentuk potongan bukan kalimat yang lengkap. “Aku ingin kita menerima perjodohan ini dengan beberapa kesepakatan yang akan disepakati oleh kita berdua karena aku tidak ingin berdebat dengan kedua orang tuaku mengenai perjodohan kita apalagi Om Heru saat ini sedang sakit keras,” jelas Sean. Apa yang dikatakan Sean itu memang ada benarnya apalagi posisi Elena sendiri tidak memiliki perasaan apapun kepada Sean. Dan di sisi lain ia tidak bisa menolak permintaan papanya yang sedang berjuang melawan penyakitnya di rumah sakit. Kalau dipikir lagi hal ini mungkin saja menguntungkan bagi dirinya dan juga Sean bukan? Apalagi dirinya tidak perlu repot terjebak ke dalam hak dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri untuk Sean. “Baiklah, aku setuju tapi aku minta waktu beberapa hari untuk memikirkan beberapa kesepakatan yang ingin aku buat denganmu,” kata Elena tanpa ragu menyetujui ajakan dari Sean tersebut. “Oke tidak masalah karena aku sendiri pun akan melakukan hal yang sama sepertimu tapi harus diingat aku tidak ingin kesepakatan ini merugikan kita seperti contohnya di depan umum kita terlihat seperti pasangan yang kaku dan tidak harmonis,” kata Sean mengingatkan. “Apa kau meragukan kemampuanku dalam berakting? Atau memang kau selama ini belum pernah melihat aktingku di film yang selalu aku bintangi?” “Belum karena aku tidak memiliki waktu untuk hal itu tapi jika kau memang pintar dalam berakting lakukanlah selama kita di depan banyak orang termasuk para pelayan kita nanti,” kata Sean lagi agar Elena mengingat setiap hal yang disampaikannya hari ini sebelum wanita itu membuat beberapa hal mengenai kesepakatan mereka nanti. “Oke deal.” Dengan percaya diri Elena menyetujui hal itu sambil menyodorkan tangannya ke arah Sean. Sean yang melihat hal itu langsung membalas jabatan tangan Elena sambil tersenyum. Pria itu merasa beruntung karena wanita yang dijodohkannya tersebut sangat mudah diajak kompromi tentang hal sebesar ini. Sean juga yakin jika ke depannya tidak akan ada masalah di antara keduanya sampai perjanjian mereka berakhir. “Kalau begitu, aku akan pergi sekarang dan sampai bertemu lagi nanti,” kata Elena sembari bangkit dari kursinya dan meninggalkan Sean. Entah kenapa melihat kepergian Elena meninggalkan hal aneh di dalam dirinya yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata sehingga ingatan masa lalu antara mereka saat masih kecil berputar di benaknya. “Gadis cengeng itu sekarang sudah berubah menjadi wanita mandiri dan sepertinya juga cukup tangguh,” gumam Sean sambil tersenyum melihat siluet Elena yang sudah menghilang sejak beberapa menit lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD