LoD_2

1222 Words
Ini adalah hari di mana aku dipanggil interview untuk sebuah pekerjaan pada sebuah toko komputer, laptop, dan semua aksesorisnya, sebagai pramuniaga. Sebenarnya ini bukan keinginanku, aku ingin banget kerja di salah satu perusahaan IT terbesar di kota Indrigiri ini. Tapi memang, untuk masuk ke sana tidak semudah melamar pekerjaan di tempat lain. Yah, jangankan masuk perusahaan itu, masuk ke toko komputer ini aja aku harus melewati beberapa seleksi, padahal cuma sekedar untuk menjadi pramuniaga. Pagi sekali, Tante Andriane sudah sibuk di dapur, meriah sekali hari ini. Dari luar aku bisa mendengar Tante Andriane memanggilku dan menyuruhku untuk mandi dan bersiap-siap, "Adek, bangun. Udah jam enam, langsung mandi, siap-siap, Adek." Aku yang masih di atas kasur sungguh merasa malas banget, ini masih terlalu pagi. Interviewku padahal jam sembilan pagi, aku bisa pergi dari rumah naik motor jam delapan nanti. Masih ada dua jam untukku ber siap-siap. Tapi, demi mencium aroma nasi goreng kampung khas Tante Andriane dan demi terciptanya kedamaian di dalam rumah, maka aku bergegas bangun dan langsung ke dapur, "Sedap banget, Tan. Jadi laper aku. Udah siap semua, Tan?" Tante Andriane sedang memindahkan nasi goreng tadi ke wadah dan karena piring juga gelas minum belum ada di meja makan, aku langsung mengambilnya dari rak. Tante Andriane ngomong ke aku, "Gak usah bantu nyiapin apa-apa, kamu siap-siap sana. Nanti terlambat." Aku ketawa, ini Tante Andriane semangat banget deh, "Tante Andriane tersayang. Interview aku jam sembilan, ini masih jak enam pagi. Masih ada waktu dua jam, Tan. Jam delapan nanti aku pergi naek motor juga masih ada sisa waktu banyak. Kalo aku siap-siap sekarang, keburu luntur deh make up dan riasanku. Mendingan aku makan dulu nasi goreng ini, aku minum dulu kopi panas ini, setelahnya baru deh, aku siap-siap. Oke, Tanteku." Tante Andriane menggeleng, "Terserah kamu deh, Dek. Yang penting jangan sampai terlambat, ya. Kesan pertama itu sangat penting dalam dunia pekerjaan. Lebih baik kita yang nunggu daripada mereka, pihak yang akan menginterview yang nunggu kita. Bisa jadi poin plus kalo kita datang lebih awal, itu menunjukkan betapa kita antusias untuk melakukan interview tersebut, pun sebaliknya, jika terlambat, pihak yang menginterview akan menilai juga, bahwa bisa jadi kita tidak menganggap penting panggilan interview mereka." Aku mengangguk, sepakat, dan mulai menyendokkan nasi goreng yang harum dan sedap ini ke mulut, lalu menjawab perkataan Tante Andriane "Iya-iya, Tan. Paham." Dan menganggukkan kepalaku. Kakak yang biasanya bangun siang pun, jadi ikutan nimbrung pagi itu. Masih dengan mata yang sedikit rapat, rambut yang awut-awutan, dan menguap, Kakak turun dari kamarnya, dan bergabung di meja makan, "Rame bener deh, pagi-pagi. Aku yang masih ngantuk tapi juga kepo, kan akhirnya pengen ikutan." Tante Andriane ketawa, aku juga, wajah Kakak yang lucu, membuat kami akhirnya tertawa bareng-bareng. Jadilah pagi itu, pagi yang heboh, perkara aku yang akan interview. Setelah selesai sarapan, aku mencuci piring dan Kakak membersihkan meja makan. Tante Andriane yang daritadi pamit ke kamar, keluar dengan membawa baju kemeja dan celana panjang seperti kulot, warna khaki. Dan menyodorkan sepasang baju tersebut ke tanganku, "Dek, ini dicoba dulu. Muat gak sama Adek, buat nanti dipakai interview." Sebenarnya aku sudah memilih baju untuk dipakai nanti, gak se-formal ini, baju santai aja, tapi tetap sopan dan cantik kalo dipakai. Baju yang Tante Andriane kasih ini agak formal, menurutku. Tapi, demi tidak mau mengecewakannya, aku mengangguk dan mengambil setelan baju tersebut dari tangan Tante Andriane, "Siap, Tan. Wuih, ini kapan nih nyiapin baju ini buat aku?" Aku berseloroh yang diikuti dengan ucapan Kakak, "Habis pakaian, ke kamarku, biar aku dandanin, ya, Dek." Nah, ini. Ini yang aku khawatirkan, euforia mereka terlalu berlebihan. Aku menggeleng keras, menolak ucapan Kakak, "No! Aku gak perlu dandan. Aku cukup pakai bedak dan lipstik. Ayolah, ini tuh cuma interview jadi penjaga toko bukan sekertaris, loh." Tapi bukan Kakak panggilannya, kalo gak melepaskan adiknya ini sampai dia puas mendandaniku. Jadilah, setelah mandi, aku harus pasrah, memasrahkan wajahku lebih tepatnya ke tangan Kakak. Karena begitu keluar kamar mandi, dia udah duduk dengan manisnya di kursi meja belajarku dengan peralatan perangnya. Aku cuma bisa berpesan, "Jangan menor-menor, Kak. Aku cuma mau interview jadi pramuniaga toko komputer bukan pramuniaga kosmetik." Kakak mengangguk dengan yakin, dan bilang "Iya cerewet. Tenang aja, duduk sini yang anteng. Kalo gak dimulai-mulai, ini gak selesai-selesai loh. Udah jam setengah delapan." Dan begitulah, jari jemarinya menari di atas wajahku yang tadinya polos tanpa pulasan apa pun, sekarang sudah mulai terlihat warnanya. Alis juga sudah digaris oleh Kakak, lipstik sudah dioleskan, lalu sentuhan terakhir, aku disuruh memejamkan mata dan dia menyemprotkan air ke seluruh bagian wajah dan leherku, "Matanya ditutup, mulutnya juga. Jangan dibuka sampai aku bilang selesai." Dan aku nurut lagi. Akhirnya setelah selesai aku membuka mataku dan menyusuri setiap jengkalnya, "Wah, keren. Aku seperti cuman pake lipstik doank, tapi tadi banyak banget yang ditemplokin ke mukaku, Kak." Aku tertawa, Kakak lebih ketawa lagi, "Itu namanya make up flawless, Dek. Ditemplokin banyak jenis make up tapi hasilnya natural. Gimana, cakep, kan?" Tante Andriane tiba-tiba masuk kamar dan bilang, "Cantik banget, Dek. Sini-sini, kita foto dulu. Jarang-jarang, kan, Adek make up begini." Jadilah, pagi itu, saat yang tidak akan pernah aku lupakan. Well ... Setiap saat, kalo ada Kakak dan Tante Andriane, pasti jadi momen tidak terlupakan. Hanya saja hari ini, akan jadi salah satu best moment kami. Sadar waktuku sudah gak banyak, akhirnya aku menghentikan kehebohan ini, "Oke-oke, cukup yak, foto-foto sama artisnya. Udah jam delapan lewat sepuluh menit, aku harus segera berangkat." Jadilah, hari itu, Tante Andriane dan Kakak berdiri di depan pintu melepas kepergianku untuk interview, diiringi dengan pesan-pesan ajaib, "Bismillah, Dek. Jangan gugup. Jangan grogi. Tenang aja." Dan sebagainya. Mereka berdua gak berhenti dan suara mereka masih terdengar hingga aku menghilang di tikungan depan menuju jalan yang mengarah ke jalan raya. Hanya sekitar setengah jam perjalanan ke tempat interview, jam sembilan kurang sepuluh menit aku sudah sampai dan masuk lalu duduk dengan rapi di tempat yang sudah disediakan oleh toko tersebut. Seperti sedang melakukan peragaan jadi model, setiap orang yang datang ke toko tersebut akan melihat kami, karena memang tempat kami interview ya bisa dilihat dari tempat orang-orang itu belanja. Aku termasuk orang yang datang lebih cepat ke tiga sebelum waktu yang ditentukan. Ternyata ada yang lebih pagi lagi dari aku datangnya. Ketika tiba giliranku masuk untuk interview, kok tanganku keluar keringat dingin, dadaku juga jadi deg-degan. Alhasil, aku hampir saja mundur dan tidak jadi interview. Tapi, demi mengingat kehebohan yang disponsori Kakak dan Tante Andriane tadi pagi, akhirnya aku menguatkan diri dan hati untuk tetap menjalani interview ini. Tidak ada yang istimewa, aku hanya disuruh menebak nama alat-alat sparepart komputer yang ada di meja interviewer, lalu menyebutkan program-program apa saja yang ada pada windows, dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan internet dan komputer. Gaji yang ditawarkan juga tidak besar, tapi menurutku cukup untuk seorang pramuniaga dengan list dan job desc pekerjaan yang tadi disampaikan. Jadi, sekarang aku berharap banget dapat pekerjaan ini. Karena memang aku membutuhkannya, yang kedua tempatnya juga tidak terlalu jauh dari rumah. Setelah selesai interview, aku langsung pulang. Sampai di rumah, aku melihat banyak banget barang-barang punya Kakak yang dikirim dari kliennya untuk direview. Mulai dari kotak yang terkecil hingga kotak besar yang entah apa isinya. Rumah sepi, hanya Tante Andriane tadi yang membukakan pintu, dan dengan berisiknya bertanya bagaimana interview tadi, "Jadi gimana, Dek, interviewnya, aman? Adek bisa jawab semua pertanyaan mereka, kan? Ditanya apa aja tadi?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD