Tidak Ada Waktu

1084 Words
“Ini sarapan anda, Tuan,” ucap Amber sembari menyerahkan kotak bekal yang dibawanya. Pasalnya, dia yang terlambat membuat Carlos tidak sempat untuk sarapan di rumah. Carlos yang sejak tadi menahan kesal karena tingkah Amber hanya diam. Tangannya mulai mengambil kotak bekal di tangan Amber dan membukanya. Namun, dia hanya diam ketika melihat isi di dalamnya, membuatnya menatap ke arah Amber lekat. “Sandwich?” tanya Carlos dengan tatapan lekat. Amber yang tengah sibuk menatap layar tablet langsung mengalihkan pandangan dan menatap Carlos lekat. Namun, dia hanya diam, bingung dengan apa yang dimaksud Carlos. Pasalnya, dia merasa tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawanya. Bahkan, dia juga menyiapkan dengan bahan dari lemari pendingin di rumah Carlos yang jelas kualitasnya. Carlos yang tidak juga mendapat jawaban langsung menaikan sebelah alis, menatap ke arah Amber lekat. Amber yang melihat ekspresi tersebut langsung berdehem pelan dan menatap lekat Carlos lekat. “Maaf, Tuan. Saya bangun terlambat dan tidak sempat membuatkan sarapan. Jadi, saya hanya membuat sandwich,” jelas Amber dengan raut wajah tenang. Carlos yang mendengar langsung membuang napas kasar dan mengalihkan pandangan. “Apa kamu semalam pacaran, Amber?” tanya Carlos. Hah? Amber yang ditanya hanya diam, semakin tidak mengerti dengan maksud sang atasan. Pasalnya, dia tidak berpacaran dan tidak memiliki pacar. Selama ini dia hanya sibuk bekerja, membuatnya tidak memikirkan mengenai asmara sama sekali. “Lain kali kalau pacaran, ingat waktu. Jangan sampai seperti hari ini dan kalau sampai terjadi lagi, aku akan pastikan kamu akan keluar dari perusahaan,” ucap Carlos dengan tegas dan kembali memasukan sandwich yang dibawa Amber, mengunyah pelan. Amber yang mendengar hal tersebut langsung memutar bola mata dan kembali menatap ke arah tablet di tangannya. Dasar gila. Aku bahkan tidur sampai malam karena mengawasi dia yang mabuk supaya tidak dijebak musuh atau wanita gila, batin Amber kesal. Namun, hal tersebut hanya berlangsung sejenak karena setelahnya dia menarik napas dalam dan membuang perlahan. Beberapa kali dia melakukan hal tersebut, berusaha meredam rasa dongkol yang sejak tadi dia rasakan. Hingga dia yang merasa membaik mulai mendongak dan menatap ke arah Carlos lekat. “Katakan jadwalku hari ini,” ucap Carlos ketika sudah menghabiskan sarapannya. Amber yang mendengar langsung membacakan semua kegiatan Carlos kali ini. Dia bahkan menghapal semua jadwal kerja pria tersebut dan membacakan dengan begitu lancar. Mulai dari rapat, makan bersama sampai dengan pesta pernikahan rekan kerja yang harus Carlos hadiri. Amber membacakannya dengan cukup detail, tanpa kurang satu pun. Carlos membuang napas pelan dan menatap ke arah Amber lekat. Inilah alasan dia mempekerjakan Amber selama dua tahun. Bahkan, jika harus mengganti, dia sendiri belum memiliki kandidat yang cocok. Meski gadis tersebut sering sekali melakukan kesalahan, sering melamun dan terkadang tidak fokus, tetapi Amber juga melakukan pekerjaannya dengan cukup detail dan juga cepat. Terlebih, gadis tersebut begitu cepat untuk belajar. Membuat Carlos menyukai cara kerja gadis tersebut. Amber yang melihat Carlos hanya diam dan menatapnya langsung mengalihkan pandangan. Dia mengambil sebuah cup berisi kopi hangat dan memberikannya ke arah Carlos. “Kopi kesukaan anda,” ucap Amber. Carlos yang mendengar tertawa kecil dan meraih gelas tersebut. “Kamu tahu kenapa aku mempertahankan kamu selama ini, Amber?” tanya Carlos dengan tatapan lekat. “Itu karena kamu yang begitu detail dan juga cekatan,” jawab Carlos sembari mengalihkan pandangan. Amber hanya diam. Namun, bibirnya tersenyum tipis, sesekali menatap ke arah Carlos yang masih duduk tenang di sebelahnya. Hingga dia kembali menatap ke arah jalanan, cukup bangga dengan apa yang menjadi kelebihannya. “Oh iya, mengenai pesta pernikahan, malam ini aku mengajakmu untuk menghadirinya, Amber. Jadi, aku harap kamu bisa mempersiapkan pakaian untuk pesta mulai sekarang,” ucap Carlos dengan tenang. Amber yang mendengar langsung menatap ke arah Carlos lekat. Lagi?, keluh Amber dalam hati. Dia yakin, kali ini dia akan bangun terlambat lagi karena Carlos yang mabuk, membuatnya harus membawa pria tersebut kembali ke rumah dengan selamat “Ada masalah?” tanya Carlos ketika menatap ke arah Amber yang menatapnya lekat. Amber menggeleng dan mengulas senyum lebar. “Tidak ada masalah sama sekali. Saya akan melakukan seperti yang anda perintahkan,” jawab Amber dengan senyum dipaksakan. Hingga Carlos mengalihkan pandangan, membuat Amber mendesah pelan dan memasang raut wajah kesal. Kalau bukan karena kamu atasanku, aku benar-benar akan menghabisi kamu, Carlos, batin Amber dengan tangan mengepal, berusaha menahan kekesalannya karena sikap Carlos yang selalu seenaknya. *** Freya mengaduk cangkir di depannya pelan, sesekali menatap ke arah pintu masuk, memastikan jika Amber datang. Namun, sudah tiga puluh menit dia duduk di sana, sahabatnya tidak juga datang, membuat Freya mendesah pelan. Freya mulai mengambil ponsel di dekatnya dan bersiap menghubungi gadis tersebut. Pasalnya, mereka sudah membuat janji akan makan siang bersama, tetapi sampai saat ini Amber tidak juga datang, tidak juga memberi kabar. Namun, baru saja Freya menekan nomor Amber dan mendekatkan ponsel di telinga, manik matanya menangkap Amber yang mulai memasuki cafe. Membuat Freya mematikan panggilan dan menatap Amber lekat. “Selamat datang, Tuan Ratu,” ucap Freya dengan senyum lebar. Amber yang mendengar hanya tersenyum, cukup tahu jika sahabatnya tengah menyindir. Dia juga cukup sadar jika sudah terlambat begitu lama, membuatnya memilih diam dan duduk, tidak mempedulikan ucapan Freya. “Aku menunggu kamu sejak tiga puluh menit yang lalu, Amber. Aku bahkan sudah hampir menjadi fosil kalau kamu tidak juga datang,” protes Freya sembari menatap ke arah Amber lekat. Amber yang mendengar langsung tersenyum lebar dan menatap Freya. “Maaf, Fre. Kamu tahu sendiri kan seperti apa atasanku? Dari tadi aku mengerjakan bahan rapat dan baru bisa beristirahat,” ucap Amber. Kali ini, dia memasang raut wajah memelas, berharap Freya akan luluh dengannya. Freya yang melihat langsung mendesah pelan dan menyandarkan tubuh di punggung kursi. “Aku rasa ini terakhir kalinya aku mengajak kamu makan siang di luar, Amber. Aku tidak akan mengajak kamu lagi,” kata Freya dengan nada frustasi. Amber langsung tertawa kecil ketika mendengar keluhan sahabatnya. “Sudahlah, aku akan datang tepat waktu kalau kita membuat janji lagi. Aku pastikan tidak akan terlambat,” ucap Amber sungguh-sungguh. Namun, Freya yang mendengar hanya diam. Sebenarnya dia percaya jika Amber akan menepati janji, tetapi dia tidak bisa percaya jika atasan Amber akan membiarkan gadis tersebut datang lebih awal. Hingga dering ponsel terdengar, membuat Amber langsung mengambil ponsel dan mengangkat panggilan. “Amber, di mana kamu?” tanya Carlos dari seberang. “Cepat kembali dalam waktu lima belas menit,” ucap Carlos, tidak menunggu Amber menjawab pertanyaannya dan menutup setelah selesai mengatakan. Amber mendesah pelan dan menatap Freya lekat. “Maaf, aku harus kembali,” kata Amber dengan raut wajah masam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD