Hari ini Seojun masuk pagi, tapi semalaman Seojun gak bisa tidur. Entah kenapa ia terus terbayang wajah Kashi yang tertawa lepas di depannya. Tawa yang belum pernah ia lihat dan itu karnanya. Dan kini ia terlihat seperti orang yang seperti tidak makan selama sebulan di halte dekat sekolahnya.
Seojun mengacak rambutnya kesal, "ah, bener-bener muter dikepala gue kaya film."
"Seojun!!" itu Riki. Temannya yang suka berlari kearahnya dan memeluknya waktu bertemu.
Biasa, dia memiliki otak yang berbeda dibanding manusia lainnya.
Seojun menghindar saat Riki ingin memeluknya sampai Riki jatuh terselungkup, "yaa!!!"
Haru melakukan tos ala lelaki dengan Seojun, "nice."
"Ah, jahat banget lo semua,"
Jay tertawa, "lo butuh latihan khusus, Ki,"
"Latihan apa?"
"Lompat jarak jauh supaya bisa berhasil meluk Seojun," lalu Seojun dan Haru tertawa.
"Sial."
"Halo, Kak!" sapa dua orang perempuan yang menghampiri Seojun.
Riki memasang wajah tampan lalu berkata seperti ini dengan pedenya, "mau kasih kita semua cokelat kan?"
"Eh?"
Riki menyisir rambutnya, "ayo jangan malu-malu."
Kedua perempuan itu nampak bingung lalu salah satu diantaranya terlihat berani menjelaskan, "maaf, Kak, tapi sebenernya cokelat ini untuk Kak Seojun."
Riki langsung terdiam dengan wajah tak percaya. Bagaimana bisa seorang Riki yang tampan bak Idol ini ditolak mentah-mentah?
"Pfft." Haru dan Jay menahan tawa.
Riki menatap Haru dan Jay, "yang ketawa gue doain gak bisa kentut loh."
Haru dan Jay langsung memasang wajah datar.
"Makasih ya," Seojun menerima cokelatnya. Tiba-tiba saja pandangan Seojun teralih saat Kashi lewat dihadapannya.
Kashi nampak tidak peduli kalau ada Seojun. Ia tidak menoleh, melihat, atau bahkan menyapa. Seperti seseorang yang tidak saling mengenal. Padahal Seojun dibuat tidak bisa tidur karnanya.
"Jun, bukannya itu Kashi?" tanya Jay.
Seojun menarik tali tasnya seraya menghela nafas. Terkadang ia malas menjawab pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.
"Nenek moyang gue juga tau itu Kashi," jawab Seojun acuh lalu Haru dan Jay kembali menertawakan tindakan bodoh Riki hari ini.
"Ah gak asik kalian!"
*
"Hari ini Ibu akan mengajarkan kalian tentang sejarah Korea," ucap guru di depan kelas.
Jay sedang tertidur lelap dikursi bersama selimutnya. Karna ini musim dingin, sekolah diperbolehkan membawa selimut kecil. Ini juga karna mereka sudah kelas 2 SMA pasti banyak menghabiskan waktu di sekolah.
Selain Jay, Haru sibuk mencatat apa yang gurunya katakan di depan kelas. Bisa dibilang, dia murid yang paling raji. Sedangkan Riki sibuk menggoda teman sekelasnya dan Seojun fokus menatap Kashi yang duduk di depannya.
Rambutnya yang diikat membuat Seojun terus menatap leher Kashi. Ah, ia selalu gagal fokus jika itu tentang Kashi.
Seojun menarik kunciran Kashi sampai Kashi sedikit terkejut. Kashi menoleh dan menatap Seojun dengan tatapan tajam seolah meminta karet rambutnya kembali. Tapi Seojun bersikap acuh saja dan menaruh kuncirannya dipergelangan tangannya. Konon katanya, kalau menaruh ikat rambut dipergelangan tangan, dia akan jadi jodohmu.Tapi tentu saja Seojun tidak percaya. Itu karna ia melihatnya divideo t****k receh.
"Balikin gak!" kata Kashi tanpa suara, hanya mulutnya saja yang bergerak.
Seojun hanya diam seraya meledek Kashi. Kashi menghela nafas lalu berusaha merebut karetnya dari tangan Seojun tapi ia gagal.
"Gak kena, wle." Seojun terus saja meledek. Kalau sudah di sekolah, mendadak tingkahnya suka berubah.
Beda sekali dengan dia kalau ia sedang sendiri.
Lama kelamaan Kashi menarik perhatian gurunya sampai beberapa pasang mata menatap Kashi dan Seojun. Yuna dan Luna yang menyadari hal itu berusaha memberi kode pada Kashi agar berhenti bertindak bodoh, tapi semua sudah terlambat saat gurunya sudah berdeham dan menatap Kashi yang tidak memperhatikannya, "Kashi?"
Kashi langsung menoleh dengan wajah panik, "iya, Bu?"
"Tolong baca ulang yang Ibu katakan."
"Ah, baik bu," Kashi terlihat kebingungan. Ia mencari sudah sampai mana gurunya menjelaskan.
Seojun menghela nafas lalu pura-pura merebahkan kepalanya di atas meja, "Lagi dihalaman 162 paragraf 2 bagian sang raja."
Kashi menghela nafas lega lalu ia membacakan apa yang gurunya perintahkan. Seojun tersenyum tipis lalu mereka pun kembali fokus pada mata pelajaran.
*
Masuk di jam kedua, jam olahraga. Semua murid kali ini dibawa keruang olahraga indoor untuk praktek bola volli.
Kashi sangat menyukai permainan bola volli, sampai-sampai mood-nya langsung membaik saat mendengar kalau hari ini akan melakukan praktek. Ia masih badmood dengan Seojun yang mulai iseng lagi padanya.
Padahal keduanya tidak terlalu dekat. Hanya kemarin, saat di kafe.
"Bapak ingin kalian berpasangan dua orang, laki-laki perempuan dan melakukan permainan bolla volli yang sudah bapak ajarkan sebelumnya di kelas," kata guru olahraga sambil melihat daftar absen,"Baik, karna sudah melakukan pemanasan, kalian bisa langsung cari teman."
Yuna menghela nafas berat, "ah, males olahraga kalo dingin gini enaknya tidur. "
"Tidur mulu pikiran lo, cepet cari pasangan sana!" omel Luna, "Kashi, semangat cari pasangannya!"
Kashi cemberut. Ia senang pelajaran olahraga, tapi kalau sudah disuruh berpasangan seperti ini ia jadi malas. Apalagi sama teman cowoknya.
Seojun mengumpulkan niat untuk menawarkan Kashi menjadi pasangannya. Setelah sudah siap, ia mendekati Kashi, "Kashi,lo mau—"
"Haru! Pasangan sama gue yuk!" teriak Kashi yang langsung melewati Seojun begitu saja.
"Ayuk!" jawab Haru dengan semangat. Keduanya memang sangat gila volli dan basket.
Seojun menatap kepergian Kashi dengan wajahnya yang cemberut. Lalu temannya yang paling culun di kelas datang menghampirinya, "Seojun, kata Pak Han aku disuruh pasangan sama kamu. Soalnya yang lain udah dapet pasangan."
Seojun menghela nafas berat. Ia mengambil bolanya lalu segera mengambil posisi. Sedangkan Riki dan Jay menertawakannya.
Tiap murid bermain secara bergantian karna tempat volli-nya terbagi menjadi empat. Kashi dan Haru bermain disebelah Seojun. Sedangkan disebelah Seojun ada team Riki dan Yuna, Luna dan Jay.
Guru meniupkan peluit, "mulai!"
Keempat kelompok langsung memulai permainan. Masing-masing dari mereka sangat bermain dengan baik untuk mendapatkan nilai yang bagus. Bahkan beberapa temannya bersorak ramai dan ada yang sampai taruhan siapa yang menang antara Haru dan Kashi.
Tahun lalu yang menang adalah Kashi. Banyak yang kalah taruhan tahun lalu jadi sekarang kebanyakan dari teman kelasnya memilih mendukung Kashi.
Gurunya pun menatap murid-muridnya dengan teliti agar adil dalam menilai.
Saat ditengah permainan, Kashi tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri hingga ia hampir terjatuh. Karna posisi tangannya yang tidak benar dan tidak seimbang, bolanya terlempar cukup keras ke kepala Seojun sampai membuat yang lain terkejut.
"Aw!"
Kashi yang sempat terdiam sebentar karna panik, mendadak ia langsung tersadar sendiri dan menghampiri Seojun, "aduh maaf, sakit ya?" Lalu Kashi mengelus kepala Seojun.
Mendadak Seojun menahan nafasnya. Saat rambutnya dielus oleh Kashi, entah kenapa aliran listrik mengalir diseluruh tubuhnya sampai perutnya terasa banyak sekali kupu-kupu berterbangan.
"Cie-cie!" seru Riki membuat yang lain ikut meledek keduanya.
Seojun jadi senyum malu-malu sedangkan Kashi, Yuna dan Luna memasang wajah jijik.
"Sudah-sudah jangan berisik, nanti kalian mengundang perhatian pelajar lain yang lagi belajar," kata Pak Kim.
"Pak, saya gak bisa main lagi nih kalo gini caranya," ucap Seojun yang langsung mendapat tatapan maut dari Kashi.
"Kenapa? Kan yang kena kepala kamu bukan tangan atau kaki. Udah cepet bangun jangan manja. Kamu laki-laki loh," jawab Pak Kim yang langsung membuat Kashi menjulurkan lidah kearah Seojun. Ia berniat meledek.
Riki yang melihat temannya gagal dalam perjuangan hidup dan mati tidak terima. Ia langsung maju dan membantu Seojun, "Pak, jangan gitu dong. Justu kepala itu sensitif loh, Pak. Nanti kalo tau-tau jadi parah gimana?"
Jay dan Haru juga tidak mau kalah. Jadi ia mengangguk-angguk setuju supaya Pak Kim bisa memahaminya.
"Gak, Pak, bentar lagi kan kita selesai. Biarin aja dulu Seojun selesaiin pengambilan nilainya baru ke UKS," sahut Yuna yang juga tidak mau temannya terlihat kalah.
Kashi mengangguk, "dia juga bisa diobatin temennya, Pak!"
"Gak, Pak saya gak mau nemenin Seojun soalnya saya gak tau obat-obatan," sahut Jay.
"Saya gak tau UKS dimana, Pak, saya alergi bau obat," sahut Haru juga.
"Kalo saya pengen disini aja, Pak, soalnya saya sama Seojun kaya tom and jerry. Nanti kalo UKS-nya kebakaran biasanya itu ulah Seojun, Pak." Sebagai penutup, Riki juga beralasan.
Pak Kim menghela nafas berat. Ia menatap kearah Yuna dan Luna tapi keduanya segera membuang muka mereka. Berpura-pura melihat kearah yang lain.
Sedangkan Seojun sudah senyum-senyum sendiri.
"Kashi, karna ini kesalahan kamu, bantu Seojun ke UKS,"
"Tapi, Pak, gimana sama nilai—"
"Gak apa-apa, kalian sudah bapak nilai kok."
Kashi menghela nafas. Ia berjalan dengan hentakan kaki yang kesal lalu membantu Seojun untuk ke UKS.
Padahal yang sakit kepalanya, entah kenapa ia juga harus dibantu jalan. Anak ini memang ada maunya.
Kashi kembali menarik kata-katanya kalau Seojun itu tampan, baik dan ramah. Ternyata dia iseng dan tukang jail. Entah kehidupannya kedepannya akan bagaimana kalau Seojun terus menganggunya.