Bertemu Lagi

1342 Words
Siang ini Kashi sudah berdiri di depan kafe dimana Seojun bekerja. Yap, kafe snow. Hari ini perkiraan cuaca mengatakan, kalau salju tidak turun, jadi ia memutuskan mengembalikan payungnya sekarang seperti rencananya kemarin. Ia takut kalau Seojun membutuhkan payungnya.   Kashi tersenyum saat melihat Seojun yang juga melihatnya dari dalam kafe, lalu Seojun segera menghampiri Kashi. Sebelumnya ia meminta izin waktu makan siangnya agar lebih awal pada atasannya. Dan untungnya boleh.   "Kenapa?" tanya Seojun begitu ia keluar kafe.   Kashi mengulurkan payungnya, "mau balikin ini."   "Simpen aja."   Kashi cemberut. Ia menarik tangan Seojun dan menaruh payungnya disana, "makasih udah pinjemin gue payung kemarin."   Melihat Kashi yang cukup cantik hari ini membuat Seojun sedikit salah tingkah. Sebenarnya Seojun sedikit naksir Kashi saat awal masuk sekolah. Tapi karna sikapnya yang bodo amat, mampu menutupi rasa sukanya terhadap Kashi. Hanya teman-temannya yang tau soal ini.   Entah kenapa Seojun bisa menyukai Kashi, mungkin ini juga alasan yang klasik, karna dimatanya Kashi cukup berbeda dari yang lain.   "Mau makan siang bareng?" tanya Seojun tanpa basa-basi. Sekaligus cari kesempatan.   Kashi menatap Seojun dalam diam. Karna ini kali pertamanya mereka banyak bicara, Kashi jadi merasa sedikit canggung.   "Gue gak maksa kalo lo gak mau," Seojun berlalu pergi. Tapi Kashi segera menarik baju Seojun, membuat Seojun kembali menoleh.   "Okay."   Seojun tersenyum penuh kemenangan lalu ia kembali berjalan diikuti Kashi disampingnya. Padahal ia cuma mau makan siang bersama. Tapi kenapa jantungnya malah berdegup kencang? Seojun dan Kashi, hanya teman kan? *   Keduanya memilih memakan teokpokki, kimbab dan entah kenapa Seojun memesan cokelat panas untuk Kashi. Katanya karna Kashi masih kecil, dia harus meminum cokelat panas tidak boleh bir.   Sejak datang, keduanya juga hanya sibuk dengan fikiran mereka masing-masing. Suasananya benar-benar canggung, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya kalau Kashi sangat pendiam dan tidak bisa menaiki suasana.   "Besok sekolah, lo masih kerja disana?" tanya Kashi yang berusaha mencairkan suasana.   "Hm?" Seojun meminta Kashi mengulangnya karna ia tidak mendengar.   Bukannya mengulang perkataannya, pipi Kashi malah memerah. Bukannya apa-apa, Seojun memiliki suara yang cukup berat. Jadi kalau berdeham membuat siapapun yang mendengarnya ingin pingsan. Karna Kashi juga kebanyakan baca novel, dia jadi punya tipikal cowok dengan suara yang berat. Memang tipikalnya sangat ketinggian.   Seojun yang menyadari pipi Kashi memerah, langsung menyentuh kening Kashi, "lo sakit?"   Kashi menahan nafasnya sekuat tenaga lalu ia menggeleng dengan cepat, "ah, gue ke toilet dulu." Lalu ia segera berlalu pergi.   Seojun menatap kepergian Kashi dalam diam lalu sedetik setelahnya ia tertawa kecil, "cute."   Kashi yang sudah ada dikamar mandi menatap pantulan dirinya dicermin. Ia menyentuh pipinya yang panas lalu tertawa miris.   "Wah, cuma karna senyumnya sama suaranya aja lo kaya gini?" ucapnya yang tidak percaya pada dirinya sendiri.   Ia membasuh tangannya lalu menarik dan menghembuskan nafas secara perlahan.   "Ayo! Jangan malu-maluin!"   Setelah mental dan fikirannya sudah siap, ia kembali kedepan. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat tiga orang perempuan berdiri di depan Seojun.Langsung saja Kashi memilih bersembunyi dan memperhatikan apa yang terjadi.   "Boleh minta nomor kamu gak?" tanya salah satu dari mereka seraya menarik rambutnya kebelakang telinga. Biasa, ini adalah cara betina menggoda jantan.   Seojun mengangguk dengan senyumnya lalu ia memberikan nomor telfonnya.Kashi cukup terkejut saat Seojun ternyata memberikan nomornya begitu saja. Tapi setelah ia fikir lagi, Seojun pantas memberikan nomornya, karna wanita yang datang padanya saja terlihat sangat cantik dan terlihat mewah.   Dan yang paling penting itu bukanlah urusannya.   "Kya! Makasih! Nanti aku hubungi kamu ya," kata ketiganya.   Seojun hanya mengangguk sebagai jawaban lalu membiarkan mereka pergi begitu saja.   Kashi menghela nafas. Ia jadi menyesal sempat baper sedikit setelah mengetahui ternyata Seojun bersikap ramah kesiapapun.   Yah, Kashi kan cuma perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tanpa kharisma yang menarik. Ia bahkan sudah menjomblo sejak ia lahir.   "Maaf lama soalnya—“   Tanpa aba-aba, Seojun langsung menarik tangan Kashi untuk segera pergi dan hal itu membuat Kashi kebingungan.   "Eh? Tapi makanannya belum abis!" Entah kenapa Kashi malah memikirkan makanannya yang belum ia sentuh. Masalahnya, Kashi juga tipikal cewek pelit.   "Kita pindah aja."   Lalu keduanya segera berlalu pergi dengan berlari bersama. Entah kemana Seojun membawanya, yang pasti ia sedikit kesakitan karna ia memakai flatshoes yang cukup tinggi.   Tak lamanya mereka sampai di kafe yang menjual cake dan beberapa minuman manis. Seojun langsung mengajak Kashi masuk kedalam.   Datang dengan nafas yang terengah-engah membuat pengunjung kafe menatap Kashi dan Seojun dengan tatapan bingung. Tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap keduanya, Seojun menyuruh Kashi mencari tempat duduk dan Seojun memesan makanan.   Seperti biasa, Kashi selalu memilih tempat duduk di dekat jendela.   "Aw." Kashi meringis saat melepas flatshoes-nya dan menatap kakinya yang benar saja sudah terluka.   Ia merogoh tas-nya untuk mencari handsaplast tapi sialnya ia tidak membawanya. Ia memutuskan memakai sepatunya lagi dan menunggu Seojun. Tapi saat ia menatap kearah kasir, Seojun tidak ada.   Matanya menyisir ruangan kafe, tapi tidak menemukan dimana sosok Seojun. Ia menghela nafas, mungkin ia pergi ke toilet. Handphone-nya mendadak bergetar. Kashi segera mengambil handphone-nya dan menatap siapa yang mengirimnya pesan. Tapi sudah ia pastikan kalau yang mengirim pesan adalah si kembar temannya, Yuna dan Luna.   Luna Kpopers : WOI! LO JALAN SAMA SEOJUN?   Yuna Chubby : SUMPAH KALO IYA, GUE GAK MAU TEMENAN SAMA LO LAGI!   Kashi memasang wajah bingung lalu ia membuka i********: sekolahnya yang hits belakangan ini.Kabarnya i********: ini dibuat oleh anak murid yang satu sekolah dengannya. i********: ini dibuat untuk menginformasikan apa yang sedang terjadi dialam sekolahnya. Setelah mengeceknya ia menghela nafas berat. Benar saja, ada fotonya dengan Seojun disana.   Kashi berdeham lalu membaca captionnya. "Admin lagi jalan sama temen, mendadak ketemu Seojun yang lagi jalan sama temen sekelasnya Kashi. Kalian tau kan kalo Seojun anak yang cuek sama cewek? Team Seojun dimohon bersabar."   "Ha, bullshit apa lagi sih nih," Lanjutnya. Lalu ia kembali berdeham dan membaca komentarnya.   Dia gak cocok sama Seojun.   Positif thingking mungkin dia temennya.   Ha, pasti ceweknya jadi sombong karna bisa jalan sama Seojun.   Aku pengen liat dia kaya gimana sih aslinya.   Aku gak banyak berharap soalnya muka ku kaya biang es sedangkan Seojun kaya pangeran.   Kashi tertawa kecil lalu ekspresinya berubah menjadi datar. Ia berusaha menahan kesalnya. Ia ingin mengomentari kembali orang-orang yang bicara buruk padanya, tapi sebelum jarinya mengetik diatas layar, Seojun datang.   "Lepas sepatu lo," ucapnya seraya mengeluarkan satu kotak dari kantung tas.   "Kenapa?"   Seojun menghela nafas. Ia tidak suka mengulang perkataannya jadi ia langsung saja bertindak. Ia memberikan sepatu flatshoes baru model simple dan memakaikannya di kaki Kashi. Kashi hanya diam saat Seojun melakukannya karna ia tau Seojun bukan tipikal orang yang senang dibantah. Jika Seojun ingin ini maka harus ini, kalau Seojun ingin itu maka hari itu.   "Kapan lo belinya?" tanya Kashi saat Seojun sudah kembali duduk, "makasih, berapa harganya?"   "Gak usah diganti. Anggep aja ini hadiah buat lo," Seojun menatap pesanannya yang sudah datang, "gue beli disebelah kafe, ada toko sepatu cewek. Gimana? Pas kan?"   Kashi mengangguk lalu menatap flatshoes barunya yang berwarna putih dengan hiasan bunga diatasnya. Manis sekali.   "Tapi, kenapa tadi lo ngajak gue lari tiba-tiba?"   Seojun menatap Kashi sebentar lalu ia menggaruk lehernya canggung, "biar lo gak diganggu."   "Hah?"   "Tadi ada cewek yang minta nomor gue dan salah satunya sadar sama keberadaan lo. Karna gue gak mau lo diomongin apalagi diganggu, gue langsung ajak lo pergi ke tempat baru," jelas Seojun. Setelah selesai menjelaskan, wajahnya berpaling kearah jendela.   Entah kenapa pipi Seojun terasa panas.   Kashi juga terdiam. Ternyata Seojun benar memberikan nomornya.   Karna Kashi sangat penasaran, ia memutuskan untuk bertanya saja, "jadi lo tipe yang kasih nomor lo gitu aja ke orang yang gak lo kenal?"   Seojun berdeham, “gue gak kasih nomor gue."   Kashi menatap Seojun bingung. Entah kenapa Seojun juga jadi terlihat salah tingkah.   "Gue kasih nomor kafe," lanjutnya lalu tersenyum tanpa rasa bersalah.   Kashi terdiam sampai suasana benar-benar terasa hening. Melihat Kashi yang hanya diam membuat Seojun semakin panik.   "Kashi, jangan diem dong."   Melihat wajah Seojun yang terlihat panik dan polos membuat Kashi tidak bisa menahan tawanya. Semua orang lagi-lagi menatap keduanya dengan tatapan bingung sedangkan Kashi masih tidak bisa berhenti tertawa.   Bukannya menyuruh Kashi berhenti tertawa, ia malah menikmati tawa Kashi yang begitu cantik.   Dan saat itu ia sadar.   Kalau Seojun semakin jatuh karna pesonanya Kashi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD