CHAPTER 3

1029 Words
Happy Reading ^_^ *** “Silakan duduk, Mrs. Wang.” Chrystal menatap Christopher dan tempat duduk yang dia arahkan dengan tatapan yang sulit diartikan. Semua itu karena panggilan Mrs. Wang yang hanya pernah didengarnya dua kali selama pernikahan mereka. Pertama kalinya adalah saat Christopher mengenalkan Chrystal pada rekan kerjanya. Dan yang kedua adalah hari ini. Dan baik kedua-duanya sama sekali tidak ada ketulusan di dalamnya. Terdengar manis tapi juga menyakitkan. Seandainya saja Christopher mengucapkannya dengan sungguh-sungguh, Chrystal pasti akan langsung masuk ke dalam pelukan pria itu. Tapi baik dulu atau sekarang, Christopher Wang tetap tidak pernah mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Kata-kata itu tidak berarti apa pun untuk pria yang tidak pernah melihatnya sebagai seorang istri. Tak ingin ekspresi terlukanya terbaca, Chrystal memilih langsung duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat itu, Christopher langsung geleng-geleng kepala. Kelakuan Chrystal memang kadang suka tidak terduga. Kekanakan adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Dia memilih duduk seraya memutar bola matanya. “Apa kau akan bersikap seperti ini di depan Nenek?” tanya Christopher to the point. Tak dipedulikan lagi kalau ada pramugari yang mencuri dengar perdebatan kecil mereka. Toh, hanya mereka berdua saja yang ada di kabin first class ini. Jadi bisa dikatakan bahwa dia sudah membayar mahal untuk semua perdebatan yang mereka dengarkan. “Di sini tidak ada Nenek.” Chrystal menjawab dengan santainya. Bahkan tatapan perempuan itu masih terpaku pada kukunya yang baru saja dipoles dengan kuteks warna nude yang lembut. Dan hal ini sukses membuat Christopher semakin gemas. “Nanti.” kata Christopher dengan penuh penekanan. Kapan Chrystalline Tan bisa serius sedikit, hm? batinnya dengan jengkel. Mendengar itu, Chrystal langsung mengalihkan fokusnya. Dia menatap Christopher sebentar. “Kalau nanti tentu saja aku tidak akan bersikap seperti ini. Apa pernah kau melihat aku menggagalkan seluruh rencanamu, Christ?” Chrystal memberikan jawaban yang tidak bisa dibantah lagi oleh Christopher. Dan hal ini membuat Chrystal puas karena sudah berhasil membuat pria yang bertstaus suaminya itu bungkam kehabisan kata-kata. “Rencana apa, Chrys? Kapan aku punya sebuah rencana? Jelas-jelas kita berdua sepakat untuk melakukannya, jadi bagaimana bisa kau bilang ini hanya rencanaku?” protes Christopher. “Tapi aku tidak pernah menghendaki semua ini. Kaulah yang tiba-tiba muncul dan membuat aku ada di posisi ini.” “Baiklah, ini semua memang salahku. Apa kau puas?” seloroh Christopher dengan ekspresi tidak terima. “karena pesawat belum take off, kau masih punya kesempatan untuk turun dan kembali ke festival yang menurutmu keren itu. Lupakan Nenek. Cepat atau lambat, entah bertemu denganmu atau tidak –toh pada akhirnya dia akan meninggal juga.” “Jaga mulutmu, Christopher!” marah Chrystal. Bisa-bisanya Christopher berbicara seperti itu mengenai Neneknya? Keduanya berpandangan dengan penuh emosi. Pertengkaran selalu menjadi hal yang pasti terjadi kalau mereka berdua disatukan pada suatu tempat. Mereka tidak cocok, tapi entah kenapa permainan takdir ini begitu mengerikan sampai mempersatukan mereka dalam belenggu rumah tangga yang aneh ini. “Karena inilah aku paling benci bertemu denganmu. Kita selalu berdebat seperti ini.” kata Chrystal menyampaikan apa dirasakannya. “Aku juga benci berdebat seperti ini, Chrys, tapi kaulah yang selalu memprovokasi diriku. Apa kau sebenci ini berada di dekatku? Apa kau sudah tidak tahan untuk menyandang status Mrs. Wang sampai beberapa bulan ke depan? Apa kau ingin berhenti sekarang?” Kapan aku pernah menjadi Mrs. Wang-mu, Christ? Batin Chrystal dengan terluka. Mengabaikan batinnya yang terluka, Chrystal memalingkan wajahnya. Dia tidak mau menatap wajah Christopher. Dia tidak mau menatap Christopher Wang yang selalu mengungkit perceraian secara halus. “Kita memang tidak seharusnya menikah, Chrys. Lihatlah, kita saling menyakiti seperti ini...” Christopher menambahkan dengan pelan. Tapi meskipun begitu, Chrystal masih mampu mendengarnya dengan jelas. Hatinya serasa diremas-remas. Sebuah penyesalan –entah untuk yang ke berapa kalinya- terucap lagi. Apa pria itu tidak tahu bagaimana bahagianya Chrystal dulu saat tahu kalau mereka dijodohkan? Dan seperti dirinya yang bahagia, dia pun berharap Christopher akan bahagia. Tapi kenapa pria itu terus-terusan mendengungkan kalimat penuh penyesalan? Tidakkah dia tahu kalau itu sangat menyakiti Chrystal? Mati-matian Chrystal menahan air matanya yang hampir luruh. Tidak ada yang mensyukuri keberadaannya dan ini sangat menyedihkan. “Kapan aku pernah menyakitimu, Christopher Wang? Apa pernah aku merusuhi kehidupanmu selama aku di Amerika? Tidak pernah. Tak peduli sebanyak apa pun berita kau berselingkuh dengan banyak perempuan –aku tetap tidak peduli. Aku benar-benar mengabaikan dirimu. Lalu sisi aku yang menyakitimu itu di mana? Justru sebaliknya, kaulah yang terus menyakiti aku. Kau mengabaikan aku. Kau tidak menghargai aku sebagai istrimu. Kau dengar aku?” Christopher terdiam mendengar perkataan Chrystal yang pelan tapi menusuk. Dia tidak menyangka kalau Chrystal akan berkata seperti itu. Dan ini bukan salah satu sikap kekanakannya karena dia benar-benar melihat sorot kekecewaan di mata perempuan itu. Dia sudah berusaha sebaik mungkin, lalu apakah ada yang terlewat sampai dia menyakiti perempuan itu? benak Christopher bertanya-tanya. “Karena itulah aku bilang kita tidak seharusnya menikah, Chrys...” Itu lagi, batin Chrystal dengan masam. Dia memalingkan wajahnya dengan penuh emosi. “... tapi semuanya sudah terlambat. Kita sudah menikah dan aku sudah menyakitimu –seperti katamu tadi. Jadi yang bisa kita lakukan adalah berdamai sampai waktunya untuk bercerai. Dan selama waktu itu, aku harap kita bisa berdamai, okay?” “....” “Chrys, dulu kita berteman baik. Sebelum terjerumus dalam kondisi ini, kita pernah bekerja sama untuk bisnis. Kau ingat itu kan? Tidak bisakah sekarang kita berteman seperti itu juga, hm? Katakanlah aku memang menyakitimu, tapi semua itu juga bukan hal yang mudah untukku. Apalagi kau adalah adiknya Frederick, sahabatku.” Chrystal mulai lelah. Semua perdebatan ini tidak akan berujung. Jadi daripada dia stres padahal pesawat belum meninggalkan negara ini, lebih baik dia mengakhirinya. Ada banyak kejutan tak terduga di tanah kelahirannya, jadi lebih baik dia menyimpannya untuk semua itu. “Christ, aku bukan temanmu. Yang ada di depanmu ini juga bukanlah adiknya Frederick Tan, tapi istrimu. Aku istrimu,” kata Chrystal dengan penuh penekanan. “Tapi karena kau tidak pernah menganggap aku sebagai istrimu, jadi aku pun tidak tahu apa statusku yang sebenarnya.” “....” “Tapi satu yang pasti, aku tidak pernah berteman dengan orang-orang yang tidak pernah menganggap aku ada. Tolong resapi dan ingat itu baik-baik, Christopher Wang.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD